Senin ini Kayra sudah kembali masuk sekolah, ia izin untuk tidak mengikuti pelajaran di kelas regular karena ia melakukan try out susulan yang tertinggal mulai hari Selasa sampai Jum'at kemarin. Sehingga empat mata pelajaran tersebut ia kerjakan hari ini.
Pak Vicky – pembimbing aksel sudah mengatakan jika try out susulan bisa diangsur. Namun Kayra bersikukuh ingin menyelesaikan hari ini juga. Ia mengatakan bahwa lebih cepat lebih baik agar ia tidak menyusahkan guru pengawas jika setiap harinya ia mengangsur try out.
Saat ini Kayra tengah berjalan menuju kantin setelah selesai mengerjakan soal try out selama empat jam dengan dijaga oleh pak Vicky.
Cewek itu membawa serta tas bekalnya. Menuju meja paling ujung. Sekarang memang waktunya istirahat. Dan tadi ia sengaja membawa bekal makannya ke ruang aksel untuk makan siangnya.
Dilihatnya suasana kantin lumayan ramai walau tak seramai ketika ada kelas 12. Selama ini kelas dua belaslah yang selalu membuat kehebohan. Baik sering meramaikan dengan permainan alat musik sampai kedatangan para komdis yang selalu menjadi pusat perhatian terutama di kalangan adik kelas.
Kayra memilih meja paling ujung. Di mana ada empat kursi dan kebetulan semuanya kosong.
Cewek itu duduk sembari membuka kotak bekalnya. Sang ibu lah yang menyiapkan itu semua. Mengingat Kayra baru saja sembuh sehingga diusahakan jangan sampai telat makan. Sebenarnya Kayra masih belum diperbolehkan melepas selang infuse minggu kemarin. Namun cewek itu mengotot dan tetep keukeuh pada pendiriannya.
Di dalam kotak bekalnya tersebut terdapat nasi putih, ayam goreng, kornet, nugget kesukaannya serta sayur sawi dan wortel yang sudah direbus. Dengan santai ia mulai mengunyah makanan walaupun masih terasa pahit di lidah.
Seketika pandangannya teralih ke depan dimana dua orang cewek yang ia yakin seangkatannya – kelas 11 berjalan menuju ke arahnya. Kayra tersenyum tipis kemudian meminum air di botolnya.
"Boleh di sini nggak?"
"Boleh."
"Lo Kayra kan?" tanya salah satu di antara mereka. Kayra mengangguk.
"Masih sama Jovi?" tanyanya lagi.
Kayra mengangguk pelan.
Kayra tampak risih dengan kedatangan kedua cewek tersebut yang intonasi dan mimik wajahnya terlihat menyindir dan menatapnya sinis. Namun ia mencoba setenang mungkin.
"Oh ya, denger-denger minggu kemarin Jovi berantem ya sama cowok di mall? Gara-gara ngerebutin cewek?" Cewek yang satunya itu berucap dengan mimik wajah sinis.
Hah... rasanya Kayra sangat ingin menyumpal mulut mereka berdua. Pertanyaan dan intonasinya benar-benar membuatnya sebal.
Kayra berdehem sebelum memulai berbicara, "Apa harus dijawab? Kakak nggak perlu tahu. Dan itu bukan untuk konsumsi publik juga kan?" sahutnya dengan menampilkan senyuman tipis.
"Beraninya lo!" Cewek itu menggeram sambil melotot pada Kayra, yang satunya terlihat begitu kesal sampai menggebrak meja. Membuat beberapa pasang mata mengarahkan pandangan ke arah mereka.
"Kenapa Kak? Apa harus semua yang dilakukan senior harus dipatuhi dan dituruti oleh junior? Terutama mencampuri urusan orang lain?" Kayra beerucap dengan memberanikan diri.
Kedua cewek itu melotot tak percaya dengan apa yang diucapkan Kayra. Mereka berdua berdiri dengan amarah di ubun-ubun.
"Eghem!"
Kayra dan kedua cewek itu menoleh ke sumber deheman. Ternyata di sana, di belakang kedua cewek itu, Raka.
"Masih dipakai kursinya, Kakak?" Raka bertanya dengan nada mengejek namun ia lembutkan.
"Argh..." keduanya menggeram kesal.
Keduanya berlalu dengan kesal dan sempat menghentakkan kaki ke tanah. Membuat banyak pasang mata mengarahkan pandangan ke arah mereka.
Sedangkan Raka tersenyum puas.
"Raka?" Raka duduk di depannya.
"Kenapa tiba-tiba l-lo di sini?" Kayra bertanya keheranan.
"Gue nyariin lo. Di ruang aksel kosong, yaudah ke sini. Dan ternyata benar, lo di sini."
Kayra tersenyum tipis.
"Untung l-lo datang." Kayra berucap senang seakan telah terbebas dari sebuah beban.
"Kenapa? Mereka ganggu lo?"
Kayra mengendikkan bahu. "As you can see..."
"Kalau ada yang ganggu lo, bilang aja ke gue."
"Hm... nggak apa Ka. Selagi bisa dihadepin, kenapa nggak?"
"Hm... Kayra gue udah gede ya?" Raka menyondongkan badannya untuk mengacak gemas poni Kayra.
"Ih... apa sih Ka?!" Kayra mengerucutkan bibir.
"Udah... lanjutin makannya. Biar sembuh." Raka tersenyum genit.
Kayra mengangguk.
"Lo udah sehat bener kan?"
"Hm... udah kok, cuma masih agak pahit kalo makan makanan." Kayra menjulurkan lidahnya sekilas.
"Emang gitu kalau habis dirawat dan minum obat terus. Apalagi typhus."
Kayra mengangguk.
Raka membenarkan dasinya lalu menyanggakan pipi ke telapak tangan. Mengamati Kayra makan dengan tenang sambil tersenyum genit.
"Raka! Apaan sih?!"
"Nothing. I just want to know how you have a meal." Raka mengedipkan sebelah matanya genit.
"Do you want to taste?"
"Ehm... yup!"
Raka tertawa terbahak. Membuat beberapa siswa di sana menoleh ke arahnya dengan tatapan heran.
Kayra menusukkan garpu pada nugget dan mengarahkan ke Raka. Raka dengan sigap menerima suapan itu.
"Lagi dong, ayamnya!" Perintah Raka manja. Kayra mendengus gemas lalu menuruti keinginan cowok itu.
"Minum ya...?" Raka langsung mengambil botol itu dan meminum isinya. Belum sempat Kayra berucap.
"Raka!"
" Apa sih?!"
"Ih.... Itu kan bekas g-gue..." Kayra mencicit pelan.
Raka membentuk mulutnya menjadi 'O' dengan jahil. "Kebetulan," ucapnya cepat.
"Ih.... Lo nyebelin!"
"Biasa aja kali. Nanti gue ganti minumnya."
"Bukan itu... ih..." Kayra berucap kesal sambil terus melanjutkan makannya.
"Karena kita udah ciuman nggak langsung?"
Jleb... Ternyata Raka tahu apa yang ada di pikirannya tadi. Hal sepele yang mengingatkannya pada: pertama pada Dion lalu Jovi.
Hah... Jovi.
Menyebalkan! Omelnya dalam hati.
"Tau ah!" Kayra menutup bekal makannya lalu merampas botol minumnya dari tangan Raka dengan kesal.
"Jangan marah dong Kay..."
"Habisnya lo nyebelin." Kayra mencebikkan bibirnya.
"I am sorry..." Raka berucap sambil nyengir dengan jarinya membentuk 'V'.
"Oh ya, besok lo datang ke acara Davyna... ehm... siapa itu?" tanya Raka mencoba mengalihkan kekesalan Kayra.
"Ehm... Kak Davyna." Kayra mengangguk.
"Lo datang sama siapa?" Tanya Raka penasaran.
"Kak – "
"Ehm... nggak ada. Sendirian." Kayra meralat dengan cepat
Raka tersenyum penuh arti seketika.
"Sama gue mau nggak?"
Kayra menatap Raka. "Kenapa?"
"Nggak apa. Gue nggak ada pasangannya. Kalau nggak ada, mending gue nggak datang. Daripada jadi kacang di sana. Gimana?"
"Ehm... beneran?" tanya Kayra memastikan.
"Iya Kayra..." Raka berucap dengan gemas.
"Ehm... iya deh g-gue mau."
"Oke, deal! Lo berangkat sama gue." Raka menujulurkan tangannya. Kayra dengan mantap menjabat tangan itu.
Konyol memang.
"Deal!" ucap mereka bersamaan.
"Thank you Kay... gue makin suka sama lo deh, kalau kayak gini."
"RAKA!" Bentaknya. Lagi, seisi kantin menatap ke bangkunya dengan heran. Sedangkan Raka malah semakin tertawa.
Menyebalkan!
***