Our Apartment

By TaniaMs

414K 23.8K 787

NICOLE selalu menganggap JUSTIN adalah sahabatnya, karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, Ju... More

Our Apartment
Our Apartment [1]
Our Apartment [2]
Our Apartment [4]
Our Apartment [5]
Our Apartment [6]
Our Apartment [7]
Our Apartment [8]
Our Apartment [9]
Our Apartment [10]
Our Apartment [11]
Our Apartment [12]
Our Apartment [13]
Our Apartment [14]
Our Apartment [15]
Our Apartment [16]
Our Apartment [17]
Our Apartment [18]
Our Apartment [19]
Our Apartment [20]
Our Apartment [21]
Our Apartment [22]
Our Apartment [23]
Our Apartment [24]
Our Apartment [25]
Our Apartment [26]
Our Apartment [27]
Our Apartment [28]
Our Apartment [29]
Our Apartment [30]
Our Apartment [31]
OUR APARTMENT AFTER STORY

Our Apartment [3]

12K 721 3
By TaniaMs

Nicole menikmati pijatan karyawati salon pada kepalanya. Rasanya dia ingin tidur saat itu juga, seperti yang sedang di lakukan oleh Lisa—Ibunya saat ini. Tapi beberapa pengunjung salon yang sedang berada di ruangan itu menatapnya terang-terangan. Padahal ini sudah seminggu berlalu setelah berita menghebohkannya dan Jean, yang menyebabkan wajahnya muncul di televisi selama empat hari penuh sebelum akhirnya di gantikan oleh artis lain yang tertangkap basah sedang berada di sebuah hotel pada dini hari, padahal dia sudah menikah.

Nicole mengurungkan niatnya untuk memejamkan mata ketika ponselnya berbunyi. Dia meminta tolong pada karyawati yang bernama Shane itu untuk mengambilkan ponselnya yang ada di meja dihadapannya.

Dia menggeser tombol hijau pada layar ponselnya, sebelum berkata dengan malas-malasan, "Ada apa?"

Justin di seberang sana terkekeh. "Astaga! Ini masih siang, kenapa suaramu masih seperti orang yang dibangunkan pagi hari, hah?"

"Kau menelepon hanya untuk mengolokku?" cibir Nicole. "Memangnya pekerjaan kantormu sudah selesai?"

"Aku sedang istirahat," sahut Justin. "Mataku lelah karena membaca laporan terus dari tadi pagi. Jadi aku sedang mencari hiburan."

"Cih, dasar PresDir gila!" umpat Nicole. "Dan apa katamu? Mencari hiburan? Memangnya aku televisi? Yang menayangkan hiburan?"

"Kau tidak tahu ya? Berbicara denganmu adalah hiburan, sekaligus memberiku semangat."

Nicole mendengus keras. "Jangan membual. Aku ingin muntah saat ini," gerutu Nicole.

Justin terkekeh. "Baiklah. Kau sedang dimana?"

"Di salon," jawab Nicole singkat.

"Sudah kuduga," kata Justin. "Memangnya kau bisa berada dimana lagi setelah menjadi pengangguran."

Nicole langsung menegakkan tubuhnya hingga Shane yang masih memijat kepalanya terlonjak kaget. "Hei! Aku akan membunuhmu begitu kau muncul di hadapanku, mengerti?!"

Lisa tak kalah kaget karena seruan putri bungsunya itu. "Astaga, Nic! Kau membuatku kaget!"

Nicole menoleh kearah Lisa, lalu tersenyum minta maaf. "Maafkan aku Mom. Seseorang yang meneleponku sudah bosan hidup tampaknya," ujarnya.

Lisa menggelengkan kepala, dan kembali memejamkan matanya.

Nicole merebahkan kembali tubuhnya, hingga Shane kembali bekerja. "Berhenti membuatku kesal, Justin Bieber!"

"Nanti malam kau menginap di apartemen?"

Nicole mendengus. "Setelah kau mengolok-olokku, menurutmu aku masih mau tidur disana?!"

Justin tertawa. "Kalau aku jadi kau, aku pasti akan tidur disana. Karena kalau tidak, aku akan membuang semua pakaianmu yang ada di lemari. Atau mungkin menyumbangkannya?"

"Ancaman macam apa itu?" sungut Nicole. "Sangat tidak berbobot."

"Sepertinya aku ingin memesan Ayam, Pizza juga singgah sebentar di supermarket untuk membeli susu cokelat bubuk."

Nicole tertawa keras. "Kalau begitu aku akan menginap disana," ujarnya sambil memutuskan telepon sepihak.

Nicole memejamkan matanya, membayangkan betapa nikmatnya malam nanti. Dia bisa makan ayam, lalu setelah itu Pizza, dan minum susu cokelat panas sebelum tidur. Itu benar-benar surga dunia. Mungkin dia juga bisa menonton salah satu dari koleksi DVD Justin sampai pagi, karena dirumah dia tidak akan bisa melakukan hal itu. Scott—ayahnya, pasti akan membunuhnya kalau menonton sepanjang malam.

"Kau akan menginap di tempat Justin nanti malam?" tanya Lisa, setelah mereka berada di mobil untuk perjalanan pulang.

Nicole yang berada di belakang kemudi mengangguk. "Ya, kenapa?"

Lisa menatap Nicole sekilas. "Aku hanya bingung dengan hubungan kalian."

"Kami berteman. Lalu?"

Lisa mengangkat bahu. "Kau entah sudah berapa kali berpacaran. Terhitung semenjak kau sekolah menengah, kan? Tapi kau tetap dengan Justin. Maksudku, kau tetap dekat dengannya. Seharian kau pergi dengan pacarmu, lalu malamnya kau akan bertemu lagi dengan Justin. Kau seperti tidak dapat di pisahkan dengannya."

Nicole tertawa. "Kami sudah berteman sejak kecil, Mom. Tentu saja begitu."

"Semenjak kuliah, kau mulai tidur dengan Justin padahal kau punya kekasih—"

"Astaga, Mom!" potong Nicole. "Aku tidak tidur dengan Justin. Aku hanya menginap di tempatnya. Okay? Jangan berpikir macam-macam."

"Baguslah. Kupikir kau tidur dengannya setiap kau menginap disana. Ayahmu sering uring-uringan masalah ini. Memangnya siapa yang bisa berpikir logis, jika ada sepasang manusia bermalam dalam satu tempat? Siapa yang bisa menjamin bahwa tidak akan terjadi apa-apa?"

Nicole menggelengkan kepalanya tidak percaya. Kenapa sekarang dia malah mendapat kuliah gratis dari Ibunya? "Mom, aku masih waras. Aku tidak akan tidur dengan laki-laki yang bukan suamiku."

Lisa tersenyum lebar. "Itu baru putriku," ujarnya.

oOoOoOoOo

"Kau masih belum tidur?"

Nicole menggeleng dan tidak mengalihkan pandangannya dari televisi sama sekali. Ini entah sudah film yang keberapa yang ditontonnya. Tapi, dia masih belum mengantuk. Karena DVD koleksi Justin benar-benar bagus, membuatnya tidak bisa mengedipkan mata. Bahkan berpikir untuk tidurpun tidak.

"Ini sudah jam 3, kau tahu?" ujar Justin sambil duduk disamping Nicole dengan segelas air di tangan kanannya. Dia sudah tidur semenjak pukul 11, dan Nicole memilih menonton di ruang duduk karena tidak ingin menganggu tidurnya. Dan karena haus, dia terbangun, mendapati sisi sebelah kanan tempat tidurnya kosong. Lalu dia menemukan Nicole masih dengan wajah segar di depan televisi.

"Film ini sedang seru, Just. Tutup mulutmu," sanggah Nicole.

"Kalau sampai televisiku rusak karena kau menonton semalaman, kau harus menggantinya dengan yang lebih bagus dari ini," ujar Justin.

Nicole melirik sekilas. "Aku akan belikan layar bioskop untukmu, jadi sekarang pergilah tidur, jangan ganggu aku."

Justin meletakkan gelasnya di atas meja lalu bangkit dari duduknya, dan berjalan ke mesin penghangat ruangan. Menaikkan suhunya. "Kau tidak kedinginan dari tadi?" katanya.

"Sedikit, tapi aku malas bergerak kesana untuk menaikkan suhunya," jawab Nicole tak acuh.

Justin berdecak kesal, berjalan menuju kamar mengambil selimut. Kembali keluar dan melempar selimut itu tepat pada wajah Nicole. "Pakai itu, bodoh! Bagaimana kalau nanti kau sakit?"

Nicole mendelik, namun tetap membungkus dirinya dengan selimut itu.

"Aku ingin bertanya."

"Aku tidak berniat untuk menjawab pertanyaan apapun," sambar Nicole langsung.

Justin mendorong kepala Nicole dari samping, membuat gadis itu terkekeh. "Aku serius."

"Baiklah. Kau ingin bertanya apa?" tanya Nicole sambil menatap Justin.

"Aku penasaran, kenapa Jean tidur dengan Violet. Kau tahu alasannya?"

Nicole mendengus. "Kupikir kau ingin bertanya apa," gerutunya, merasa kesal karena pertanyaan Justin sama sekali tidak penting. "Tentu saja karena kau tidak mau tidur dengannya."

Justin melotot maksimal. "Bajingan itu mengajakmu tidur?"

Nicole mengangguk santai. "Beberapa kali, secara tidak langsung. Tapi aku selalu menolak. Kau mengenalku, kan? Tidak ada seks sebelum pernikahan. Dan tentu saja dia tidak akan menikahiku dalam waktu dekat," ujarnya. "Selain bodoh, otaknya juga tidak kalah kotor."

"Bagaimana caranya dia mengajakmu tidur?" tanya Justin penasaran. Rasanya dia ingin menghajar artis itu saat ini juga.

Nicole mendelik. "Memangnya kenapa?"

Justin menatap Nicole lurus-lurus. Menuntut jawaban.

Nicole mendesah pasrah. "Dia mengajakku main ke apartemennya, dan aku selalu bilang tidak bisa."

Justin menghembuskan napas lega. "Aku pikir dia menciummu, lalu tangannya mulai bergerak kemana-mana," gumamnya dengan suara pelan.

"Itu kan kebiasaanmu, Tuan Mesum!" ketus Nicole. "Tanganmu itu suka bergerak tak tentu arah!"

"Aku hanya meletakkan tanganku di lehermu, di pinggangmu, atau di betismu, di—"

"Hei, Sialan! Berhenti mengucapkan hal menjijikkan seperti itu!" sembur Nicole sambil memukuli tubuh Justin dengan bantal sofa. "Kau laki-laki paling mesum yang pernah aku kenal! Bahkan Jean tidak pernah mencium bibirku, kau tahu?! Harusnya kau yang kutendang jauh-jauh dari hidupku!"

Justin tertawa keras. Senang melihat Nicole emosi, tidak mempedulikan tubuhnya yang terus di pukuli. "Bukankah ciuman pertamamu juga denganku? Benar, kan?"

"Aish! Tutup mulutmu, brengsek!"

Justin segera menangkap pergelangan tangan Nicole, dan menariknya hingga tubuh Nicole berada tepat di atasnya. Dia menatap mata Nicole yang tengah melotot tajam ke arahnya, lalu beralih pada bibir gadis itu.

"Kalau kau mencium—"

Justin langsung membungkam mulut Nicole dengan bibirnya. Tersenyum ketika mendapati Nicole semakin mendelik. Beberapa detik kemudian, dia melepaskan tautan bibirnya dengan senyuman lebar. Dia selalu suka mencium gadis itu. Selalu merasakan hal yang sama. Manis.

"Demi Tuhan Yang Kudus!" seru Nicole sambil bangkit dari tubuh Justin. "Kenapa kau suka sekali mencium bibirku, Sialan?!"

Justin tersenyum manis. "Karena aku mencintaimu. Masa kau tidak mengerti?"

Nicole tertawa hambar. "Ha ha ha. Lucu sekali, Mr. Bieber."

oOoOoOoOo

6  years ago...

Nicole berdiri di dekat meja yang menyajikan banyak makanan dengan kesal. Dia benci sendirian di tempat ramai seperti saat ini. Kedua temannya, Miley dan Weronika, sudah menghilang sejak beberapa menit yang lalu, bergabung dengan puluhan siswa lainnya dilantai dansa. Dan Justin meninggalkannya karena ingin pergi ke toilet.

Ya, dia sedang berada di acara yang paling dia hindari di seluruh dunia. Prom night. Dia sudah berniat tidak datang, karena menurutnya acara ini hanya membuang-buang waktu. Tapi, kedua temannya dan Justin berhasil menariknya datang setelah mendandaninya habis-habisan. Sekarang, dia harus terjebak dengan gaun berwarna aqua, tanpa lengan, ditambah high heels setinggi tujuh sentimeter, yang membuatnya ingin terjembab sepanjang waktu.

"Nicole, kau mau berdansa denganku?"

Nicole menatap laki-laki di depannya. Terkejut karena Aaron, laki-laki yang baru dia putuskan tiga bulan yang lalu, mengajaknya berdansa. "Maaf, Aaron. Aku tidak bisa."

Aaron tidak menyembunyikan kekecewaannya. "Baiklah," ujarnya sambil berlalu pergi.

"Aku pasti tampak bodoh karena berdiri sendirian disini," gerutu Nicole, karena masih belum melihat sosok Justin.

Nicole mundur hingga berada ke sudut ruangan, agar orang-orang disana tidak menyadari keberadaannya, lalu mengajaknya berdansa. Dia sudah dalam mood yang buruk sekarang dan tidak berniat melakukan apapun. Dia ingin pulang, tapi pulang dengan taksi atau bus atau kereta bawah tanah pada malam hari bukan keahliannya.

"Disini kau rupanya, Nona Manis."

Nicole mendelik Justin. "Kemana saja kau, hah?!"

"Aku sempat berdansa dengan Mia sebentar."

"Kau meninggalkanku dengan alasan ingin ke toilet dan kau ternyata malah berdansa dengan gadis itu?!" protes Nicole.

"Aku memang ke toilet. Ketika ingin menghampirimu, tiba-tiba saja dia menghadang jalanku. Aku tidak mungkin menolak ajakannya, kan? Aku tidak ingin mempermalukannya."

Nicole mendengus dan melipat tangannya di depan dada. "Terserah."

"So, kau mau berdansa denganku?" Justin mengulurkan tangan kanannya pada Nicole.

Dengan wajah cemberut, Nicole menerima uluran tangan Justin. Mereka pun berjalan ke tengah aula, yang sudah di sulap menjadi tempat yang indah. Bergabung dengan para siswa lainnya.

Mereka bergerak mengikuti alunan lagu yang sedikit cepat. Sesekali Nicole menginjak kaki Justin dengan sengaja, membuat laki-laki itu melotot tajam padanya.

"Itu balasan karena kau meninggalkanku sendiri," ujar Nicole sambil terkekeh.

"Terima kasih," gerutu Justin tanpa melepaskan tangannya dari pinggang Nicole.

Lalu, lagupun berganti dengan musik slow, membuat mereka yang berdansa memperlambat gerakannya. Lampu aulapun sedikit redup membuat suasana semakin menyenangkan.

Nicole meletakkan tangannya di leher Justin dengan canggung. Bagaimanapun, dia belum pernah sedekat ini dengan Justin walaupun dia sudah berteman dengan laki-laki sejak kecil. Wajah mereka sangat dekat, hingga Nicole merasa, jika Justin memajukan wajahnya sedikit lagi, bibir mereka akan bersentuhan.

Nicole tidak melepaskan pandangannya dari mata Justin yang sangat mempesona. Dia seperti terhipnotis hingga tidak bisa mengalihkan pandangan. Dan yang dia sadari berikutnya adalah keberadaan bibir Justin dibibirnya.

Nicole memundurkan wajahnya dengan ekspresi terkejut. Dia menatap Justin tidak percaya. Dia berciuman dengan...Justin?

"Our first kiss, eh?" kekeh Justin.

oOoOoOoOo

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 106K 27
[COMPLETED] Part 1-7 : Public Part 8-End : Private TENDERLY TOUCHED Book #1 in The Whittaker Brother Trilogy The Whittaker Brothe...
1M 84.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
286K 23.7K 37
SUDAH KELUAR DALAM VERSI E-BOOK DAN CETAK https://play.google.com/store/books/details?id=_CWKDwAAQBAJ THE ANGELS SERIES book #1 (Beberapa part sudah...
1.8M 14.1K 7
✨✨ Cerita pindah ke Dreame ✨✨ Meski sepuluh tahun telah berlalu, tapi kenangan itu akan selalu menjadi mimpi buruk setiap kali Zeefaya Hawkins memeja...