Semu [Completed]

By sajakgadis

55.8K 3.8K 150

"Ck. Kenapa sih setiap ketemu, selalu dalam kondisi memprihatinkan?" Suara itu, cukup membuatku mendongak mem... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14.
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Epilog
Extra part

16

837 72 0
By sajakgadis

Kata hati mengatakan kamu itu bagian dari dia. 

♡♡♡

Istirahat ke dua kali ini aku menyusuri kelas demi kelas, tetapi hanya satu tujuanku, yaitu kelas 11 Ipa 1. Aku tetap menatap lurus sesekali melirik sekitar. Saat aku memandang deretan kelas Ipa, tiba-tiba jantungku berdetak tidak karuan, ada desir aneh yang menjalar di hatiku. Membuatku tidak nyaman.

Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, hanya agar tidak terlalu gugup. Aku juga heran dengan diriku sendiri, kemana keberanian yang selalu ku junjung dimanapun aku berada?

Aku mengetuk pintu saat sudah sampai didepan kelas Aldi, ya kelas Aldi.

Aku tersenyum tipis saat melihat seorang lelaki sawo matang berparas manis menghampiriku.

"Nyari siapa?" Tanyanya ramah sesampainya dia di depanku.

"Hm, Aldi nya ada?"

"Oh Aldi, tadi dia pergi ke taman belakang sehabis dari BK." Aku terdiam, lalu tersenyum.

"Oke, makasih ya."

Ketika aku berbalik ingin segera beranjak, tiba-tiba cowok itu memanggilku membuatku berbalik menatapnya.

"Nama lo siapa?" Aku menaikkan kedua alisku. Ah, malas sekali. Aku menghela nafas pelan.

"Alda."

"Gue Sandi. Lo pacarnya Aldi ya?" Tanyanya hati-hati, tetapi berhasil membuatku membelalakkan mata. Aku pacar Aldi? Siapa yang mau berpacaran dengannya? Ganteng sih, tetapi membuat sakit. Entahlah, bagaimana aku bisa berspekulasi seperti itu.

Aku menatapnya datar, "bukan."

Cowok itu manggut-manggut terlihat tidak percaya dengan jawabanku. "Kalau gitu, boleh gue minta nomor lo?"

Si Sandi itu tersenyum manis dan mengangkat dagunya percaya diri. Aku menatapnya aneh seakan dia tengah meminta angin padaku. Sedetik kemudian aku tertawa renyah pada Sandi.

"Lo lucu deh." Setelah berucap demikian aku segera pergi meninggalkannya sambil menggeleng gelengkan kepala. Aku bisa merasakan kalau dia tengah menatap bingung kearahku.

Mana ada ya yang seperti itu? Huh, kalau saja aku tidak mati rasa, aku akan mau-mau saja dan menambah predikat seperti Anya 'penikmat cogan' .

Sebentar, mati rasa? Aku tidak yakin akan hal itu. Semenjak bertemu pertama kali pada Aldi yang memberi sapu tangan itu, perasaan yang dulu kumiliki hanya khusus untuk dia kembali lagi. Perasaan hangat. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, ada perasaan tidak merasa resah atau jengkel.

Sekali lagi aku berbalik menatap Sandi yang kini tengah mengaca pada layar Handphone nya. Aku tertawa kecil, disini banyak cowok aneh.

*******

Aku menetralisir degup jantung yang tiba-tiba membuncah saat melihat Aldi duduk di kursi panjang, menyenderkan punggung sambil memejamkan mata.

Cowok muda yang tampan. Astaga, wajahnya bahkan terlihat bersinar. Padahal matahari tepat berada diatas kepala. Ya tidak tepat juga. Karena hal itu dapat terjadi ketika di Akhirat nanti. Eh?

Cuaca memang terik, walaupun ada pohon di dekat bangku itu. Namun, kalau ini bayangannya mengarah pada arah sebaliknya, bukannya melindungi Aldi dengan keteduhan.

Aku berjalan pelan menghampirinya. Apa Aldi sedang berjemur? Aku lebih mendekat kearahnya, berdiri tepat di depan nya. Aldi masih memejamkan mata. Aku menghalau sinar matahari yang menyinarinya. Ternyata ada keringat menetes di sekitar pelipisnya.

Tidak ada terik yang menyinari Aldi, hanya ada sejuk yang membayanginya saat ini. Entah kenapa aku melakukan ini.

Aku mengamati wajah nya yang terlihat damai dari pada sebelumnya, sejak aku menghalau terik darinya. Aku terlarut dalam indah wajahnya. Kenapa ada anak SMA se tampan dia ya? Padahal wajahnya masih lebam dibagian rahangnya.

"Harusnya gue yang nglakuin itu." Aku terjungkal mendengar suaranya, hanya saja dia tidak membuka matanya. Aku kembali bereaksi ketika dia menarik tanganku untuk duduk disampingnya.

"Lo nggak perlu nglakuin itu. Nanti lo nya yang kepanasan." Blush. Semburat merah berhasil menjalari pipiku. Untung saja Aldi masih memejamkan matanya.

Aku menutupi rasa maluku dengan mendengus. "Jangan percaya diri. Gue cuma mau ngomong sama lo." Aku membuat nada bicaraku seketus mungkin.

Aldi membuka matanya, seketika aku mengalihkan pandanganku. "Mau ngomong apa?" Aldi tersenyum manis padaku.

Aku tidak tahu pasti kenapa aku nekat menemui nya, setelah kejadian tadi. Tapi, bukan hanya itu saja. Aku merasa dia mengetahui sesuatu tentangku. Masa lalu. Dari kejadian sampai ucapannya yang terkadang sama persis dengan dia. Apa ini kebetulan yang direncanakan Tuhan, aku masih tidak mengerti.

Aku membutuhkan jawaban, hanya jawaban. Terbayang masa lalu melalui Aldi itu membuatku sakit dan aku akan hancur jika aku membiarkannya. Dengan dia, aku tidak tahu perasaanku. Aku selalu menganggapnya duniaku, poros kebahagiaanku. Tetapi, Bullshit dia juga meninggalkanku.

"Kenapa diem? Tanya kejadian tadi?" Aku tersadar, aku melipat bibirku kedalam dan mengangguk.

"Kenapa lo ngehajar Joshua?"

"Seperti yang gue bilang, lo nggak pantas digituin sama cowok manapun."

Aku memandangnya bingung. Bukan seperti itu. Ah, aku memang tidak suka berbasa-basi. Tetapi, jika langsung pada intinya, aku ketakutan.

"Lo itu nggak pantes di gituin sama Joshua, sesederhana apapun bentuk jahilnya." Ucapnya melanjutkan dengan memandangku dalam. Aku takut berenang disana, aku takut tenggelam. Tenggelam dalam kelamnya matanya.

"Kenapa?"

"Karena lo nggak suka sama orang yang usil sama lo, lo bakalan marah."

Deg

"Kemarahan bisa merusak lo. Nggak semua hal bisa lo kendaliin, yang bisa lo kendaliin itu hati lo."

Deg  Deg

"Kalau lo marah, lo sering diem. Buat orang di sekitar lo khawatir." Aku masih terpaku mendengar tiap ucapannya. Untuk bernafas aku telah lupa caranya.

Bagai seluruh sistem sarafku mati, tidak terkendali. Aku terdiam lama, tercekat tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Aldi kembali bersender pada kursi dan kembali memejamkan mata. Aku menelan ludah susah payah. "Lo siapa sih? Kenapa tau banyak tentang gue?"

Bodohnya! Hanya itu yang bisa kukatakan. Astaga, bisa aku mencabut ucapanku setelah mendengarnya terkekeh.

"Gue Aldi," balasnya, "Kalau lo?" Lanjutnya kembali dengan tawa yang menurutku terdengar merdu.

"Lo kenal gue sebelumnya? Sebelum gue pindah kesini?" Aku berujar lirih.

"Ya."

Aku memandangnya yang kini membuka matanya. Jantungku berdegup, seluruh memori berkelabat ketika memandang bola mata hitamnya. Aku kembali dilemparkan.

"Jangan maksa apapun! Cukup lo pahami sendiri." Aku mengernyit mendengar ucapannya. Kenapa ucapannya seolah telah mengenal ku lama. Apa dia seoarang pembaca pikiran?

Krrriiiinngg

Aldi mengedarkan pandangan ketika bel masuk berbunyi. Dia kembali menatapku yang setia terpaku di tempat.

"Mau bareng masuk?"

Aku mengerjap kemudian menggeleng pelan. Sebenarnya aku masih ingin bertanya. Tapi, aku lebih takut lagi menghadapi fakta.

"Kalau gitu gue duluan. Oh ya kalau ada apa-apa, lo lapor ke gue aja!" Aldi terkekeh sambil berbalik, tidak menunggu jawabanku.

Setelah beberapa langkah dia berhenti dan kembali berjalan kearahku. Aku menatapnya sendu, biarlah sudah. Dia juga sering melihatnya.

"Alda, nggak harus selalu jika Air Tuba selalu dibalas Air Tuba." Dan dia benar-benar berbalik tanpa menoleh. Membuatku terperangah. Kenapa bisa semirip itu?

Kenapa ucapannya mirip, dia?

Sial, ucapannya mengoyak sesuatu didalam sana, luka nya bukan semakin menutup malah semakin menganga. Aku menyentuh dada kiriku yang terasa berdenyut. Kenapa ucapannya memengaruhiku sebesar ini?

Tidak peduli dengan aku yang saat ini menangis, tidak peduli dengan keadaan sekitar dan tidak peduli lagi dengan perasaan terluka ini. Sungguh tidak peduli. Aku akan kembali peduli jika dia kembali dan mengobatinya.

________________________________

Terimakasih sudah membaca cerita ini,  semoga suka yaaaa, 😍
Oh ya,  dukungan dari kalian lho yang akan membuat aku terus semangat untuk melanjutkan dan membuat cerita-cerita baru
Jangan lupa tekan tombol bintang dan ketik sesuatu di komentar biar makin semangat gitu Author nulisnya😊

Follow ig aku juga ya.

Ig : novitas33

Continue Reading

You'll Also Like

57.9K 7.3K 57
[Follow dulu sebelum baca] "Karena jika itu kamu, meskipun sakit, aku rela." Gagal move on. Kalimat yang cocok menggambarkan Diana saat ini. Bayang...
505K 25.3K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
34.2K 6.3K 34
[Season 2 โ€ข Wajib baca season 1 nya dulu] Ketika waktu mengubah banyak hal. Sebuah kepercayaan, perlahan memudar. Sebuah keyakinan, mulai menimbulkan...
983 64 26
Sebuah kisah yang rumit. Antara aku, kamu dan luka kita. ________________ Dipubliksaikan pada tanggal : 27 Februari 2021