Bonnie & Clyde || K.T.H.

By themoonsea

63.5K 10.1K 771

"Aku tak akan membiarkan siapapun merenggut kebahagian dari hidupku lagi, bahkan jika aku harus membunuh mere... More

Prologue
I : "Mini Market"
II : "Lunch Box"
III : "Give and Take"
IV : "Drunk"
V : "Heart"
VI : "Caught"
VII : "Romantic"
VIII : "Accompany"
IX : "Argument"
X : "Recording"
XI : "Blood Stain"
XII : "Dealt"
XIII : "Night Out"
XIV : "Revealed"
XV : "Trauma"
XVI : "Gone"
XVII : "Purpose"
XIX : "Clyde"
XX : "Runaway"
XXI : "Sea"
XXII : "Hatred"
XXIII : "Stigma"
XXIV : "Unsure"
XXV : "Tear"
XXVI : "Trust"
XXVII : "Euphoria"
XXVIII : "Freedom"
XXIX : "Love"
XXX : "Fear"
XXXI : "Medicine"
XXXII : "Anxiety"
XXXIII : "Flower"
XXXIV : "Arrested"
XXXV : "Summer"
XXXVI : "Trial"
XXXVII : "Grudge"
XXXVIII : "Emotion"
XXXIX : "Silence"
XXXX : "Bliss"
XXXXI : "Strange"
XXXXII : "Suspicion"
XXXXIII : "Dilemma"
XXXXIV : "Misunderstood"
XXXXV : "Black & White"
XXXXVI : "Causes"
XXXXVII : "Rain"
: EPILOGUE :
× P O S T E R ×

XVIII : "Déjàvu"

1K 218 16
By themoonsea

Chapter 18 :

"I've told you, i will make you smile."

— • —

By ©TheMoonSea

— • —

» 🌹 «

"Taehyung!"

Hyuna memeluk tubuh Taehyung yang basah dengan erat, membuat Taehyung terkekeh pelan. Taehyung membalas pelukannya, merasakan tubuh Hyuna bergemetar. Ia menangis.

"Hey, kenapa kau terus menangis?"

"Aku merindukanmu, kau tidak tahu bagaimana rasanya menunggu di tempat yang sama berharap kau akan datang secara tiba-tiba," Taehyung tersenyum kecil, mengelus rambut Hyuna.

"Aku tahu, aku selalu melihatmu berdiri di depan mini market," Hyuna mendongak menatap Taehyung.

"Kau melihatnya? Lalu kenapa kau tidak berbuat sesuatu!" Hyuna mendorong Taehyung.

"Karena kau mungkin takut denganku? Bukankah kau bilang kau butuh waktu?" Hyuna terdiam. "Aku pindah dari mini market, karena kupikir kau tak ingin melihatku untuk beberapa waktu."

Hyuna berdiri di sana menatap Taehyung, merasa sangat bodoh pernah mengatakan hal itu kepada Taehyung. Ia sadar apapun yang membuat Taehyung tampak seperti orang asing, tak akan mengubah apapun. Hyuna masih membutuhkan Taehyung, dan Taehyung adalah temannya yang berharga.

"Maafkan aku, aku hanya shock dengan kamera itu. Kau tahu itu tampak-"

"Aneh? Kau pasti berfikiran yang tidak-tidak tentangku bukan?" Taehyung menghela nafas. "Aku datang kemari karena aku merindukanmu, kau sangat baik dan aku merindukan masakanmu. Namun aku akan segera pergi jika aku membuatmu merasa tidak nyaman dengan kehadiranku."

Hyuna menarik Taehyung masuk ke dalam apartemennya, tepat sebelum Taehyung bisa pergi dari hadapannya. "Aku tidak ingin kau pergi." Hyuna menggaruk lehernya, ia sedikit tidak yakin karena kamera itu bukan satu-satunya hal yang membuatnya memiliki firasat buruk. Namun ia lebih tidak ingin kehilangan Taehyung lagi, "biarkan aku menjelaskan terlebih dahulu. Aku hanya merasakan firasat buruk saat melihat itu, insting manusia. Namun- kau tahu aku akan tetap mempercayai perkataanmu, kau memiliki hak untuk menjelaskan. Aku hanya shock, karena itu aku bilang aku butuh waktu."

Taehyung kembali tersenyum, "Terima kasih, kau telah mempercayaiku."

"Namun aku ingin tahu kenapa kamera itu ada di lemarimu?" Taehyung menatap Hyuna dengan ragu, namun akhirnya menghela nafas.

"Itu milik seseorang, ia mencoba mengambil gambarku dan aku berhasil menangkapnya. Ia mungkin seorang penguntit, ia mengikutiku saat kita berada di Hongdae. Aku membawa kamera itu pulanng kerumah, lalu menghapus gambarku dari situ, dan..... aku menemukan fotomu juga, jadi aku menyimpannya," Taehyung membuang muka, pipinya sedikit merona, "karena kau tampak cantik di sana."

Keadaan menjadi hening, Taehyung memainkann jari-jarinya sedangkan Hyuna menatapnya tidak percaya.

Oh baiklah, kali ini Hyuna melihat sisi baru dari Taehyung. Namun ini membuat ia kembali berfikir, mungkin apa yang dikatakan Jin ada benarnya. Mungkin ia telah salah sangka terhadap Taehyung, setelah mendengar pengakuannya membuat Hyuna berfikir semua keanehan itu mungkin memilik alasan yang baik. Sama seperti saat ini.

"Kau tahu, kau bisa membenciku jika-"

"Aku tidak membencimu Taehyung, terima kasih," Taehyung kembali menatap Hyuna sedikit tidak percaya, namun Hyuna tersenyum lembut kearahnya. "Aku bersyukur kau datang di depan pintuku, aku tak bisa membencimu Taehyung."

Taehyung berdiri dengan bingung, ia sungguh tak percaya. Seseorang mengatakan itu, jika ia tak akan bisa membenci Taehyung. Seumur hidupnya, ini adalah pertama kalinya ia mendengar itu, membuat hatinya yang dingin terasa hangat.

"Aku akan mengambil baju ganti dan handuk, kamar mandi ada di sana," Hyuna menunjukkan kamar mandi lalu menghilang ke kamarnya.

Taehyung masuk ke kamar mandi, melihat dirinya di kaca. Wajahnya tampak merona dan kulitnya tidak terlihat sepucat biasanya, padahal ia cukup merasa dingin karena hujan.

Mungkin karena seseorang mempercayainya, tanpa ia harus berbohong. Sebuah keajaiban bagi Taehyung. Walaupun ia tak mengatakan jika dari mana penguntit itu berasal dan siapa yang menyewanya, namun Taehyung telah mengatakan yang sebenarnya.

"Taehyung, ini adalah pakaian Jimin yang paling besar yang bisa kutemukan dalam closetnya," Hyuna kembali dengan sweater biru di badannya, karena tadi bajunya basah terkena Taehyung saat memeluk. Taehyung mengambil pakaian dan handuk yang ada di tangan Hyuna. "Aku akan menunggu di luar."

Hyuna menutup pintu kamar mandi. Perlahan Taehyung melepas pakaiannya satu persatu menyalakan shower, membasahkan tubuhnya.

Sebenarnya ia kemari karena ia selalu berdiri di dekat mini market, ia tahu hari ini Jimin membeli bunga dan dekorasi-dekorasi lainnya. Ia tahu Jimin akan melamar Hyuna, dan membawanya jauh dari sini. Ini berbeda dengan insiden bus itu, selama Taehyung tahu Hyuna masih hidup dan bahagia maka ia juga akan merasakan hal yang sama.

Selama tak ada yang berusaha mengambil Hyuna untuk selamanya.

Taehyung membiarkan itu semua terjadi, mempercayai takdirnya. Merelakan Hyuna, karena saat itu ia berfikir Hyuna tak ingin melihatnya lagi. Hyuna membencinya, dan Taehyung selalu ingin membuat Hyuna bahagia.

Berfikir mungkin itu akan membuat Hyuna bahagia, dengan tidak melihatnya.

Namun tak disangka, Jimin sendiri yang menghentikan semuanya. Jadi itulah takdir Taehyung.

Hyuna tak bahagia, ia menangis saat Taehyung akhirnya datang ke apartemennya karena tidak ada tanda-tanda Jimin akan kembali.

Dan dari situ ia sadar, ia tak bisa merelakan Hyuna kalau bahkan momen membahagiakan bisa menyakiti perasaannya. Padahal Taehyung tahu jika semua ini adalah sebuah kesalahan besar.

Ia hanya berusaha untuk mempercayai Jimin untuk sekali saja, saat melihat bunga-bunga yang ia bawa ke apartemennya hari ini. Mungkin Jimin telah melakukan hal yang benar, bahkan Taehyung hampir berfikir untuk menghentikan segala kegiatannya, membiarkan rencana Jimin berjalan lancar. Berfikir Jimin mungkin menyiapkan sesuatu yang lain, karena ia telah mengetahui alasan di balik semua ini, dan mungkin akan membuat Hyuna bahagia. Ingat? Hyuna adalah sumber kebahagiaan Taehyung, jadi ia selalu ingin Hyuna bahagia.

Namun seperti yang ia prediksikan dari awal-

"Bahkan sejak awal saat aku hanya mengetahui ia adalah seorang pria brengsek, sampai aku mengetahui alasannya... ia tetap saja brengsek."

| × |

"Taehyung aku membuatkan cokelat panas," Hyuna menoleh ke belakang saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. "Bajunya muat?"

Taehyung mengangguk, meghampiri Hyuna duduk di sofa bersamanya. Hyuna memberikan secangkir cokelat panas kepada Taehyung, Taehyung dengan senang hati mengambilnya. Ia melihat sekitar.

"Bunga-bunga dan lilin, romantis sekali," ujar Taehyung, meliht lilin-lilin yang mulai mati. "Lalu kenapa kau menangis?"

Hyuna menunduk memeluk kakinya, menahan air matanya yang akan kembali keluar. Taehyung menaruh cangkir di atas meja, mengambil kain di sampingnya dan menyelimuti Hyuna.

"Ceritakan padaku," bisik Taehyung memeluk Hyuna dari samping, membiarkan kepala Hyuna bersandar di dadanya.

"Ia ingin melamarku, namun ia pergi meninggalkanku sebelum aku menjawab," perlahan air matamya kembali mengalir, tubuhnya bergemetar. Taehyung menepuk bahunya dengan lembut, menghapus air matanya.

"Bagaimana jika besok kita jalan-jalan?" Hyuna mendongakkan wajahnya, mendengar ajakan yang tiba-tiba. "Kau tak boleh bersedih, jadi aku akan membuatmu kembali tersenyum."

"Kehadiranmu saja sudah cukup untukku Taehyung," bisik Hyuna kembali bersandar.

Ah, itu membuat Taehyung membeku di tempatnya. "Kenapa rasanya seperti ini?"

"A-apa?"

"Jantungmu rasanya berdetak sangat keras."

Hyuna menaruh tangannya di dada Taehyung, merasakan detak jantung Taehyung. Taehyung memegang tangannya, "Hyuna, aku hanya gugup."

"Kenapa?"

"Aku tidak seharusnya disini seperti ini bersamamu," Hyuna menatapnya, lalu memegang dadanya merasakan detak jantungnya.

Sama?

"Dia juga tidak seharusnya pergi seperti tadi meninggalkanku," kali ini Hyuna mendengarkan iblis di hatinya. Taehyung mengangkat alisnya, ia tak pernah berfikir Hyuna akan mengatakan itu.

Namun ia sama sekali tidak salah.

Hyuna menyandarkan kepalanya di atas pangkuan Taehyung. "Aku ingin tidur."

"Baiklah," Taehyung menghela nafas lega, mengelus rambut Hyuna yang telah menutup matanya.

Tiba-tiba Hyuna mengambil salah satu tangan Taehyung, dan menggenggamnya dengan kedua tangannya erat- seperti tak ingin dilepaskan.

Ia tahu satu orang yang akan menepati janjinya, jika ia meminta. Entah mengapa ia yakin. Lebih yakin daripada janjinya dan Jimin.

Ini hanya permintaan kecil.

"Taehyung," Hyuna berucap samar.

"Ya?"

"Berjanjilah padaku, kau akan berada di sampingku saat aku terbangun," ujarnya pelan tanpa membuka mata, namun seseorang memberinya senyum yang sangat tulus.

"Aku janji."

| × |

Hyuna membuka matanya perlahan, sinar matahari menyinari apartemennya. Ia melihat jam, sudah pukul 11 pagi.

Ia menyentuh selimut yang melingkar di badannya, bantal di kepalanya, dan melihat cangkir bekas di atas meja.

Taehyung.

Hyuna menyibak selimutnya dengan panik melihat ke seluruh ruangan.

Apa semalam aku bermimpi?

Masih ada bekas-bekas lilin dan bunga-bunga dimana-mana. Apartemennya masih sunyi dan tampak suram sejak kejadian semalam.

Apa aku sungguh bermimpi?

Hyuna hampir menitihkan air matanya, berjalan ke seluruh tempat mencari sosok Taehyung. Tidak, ia tak menerima jika semua itu mimpi.

Itu tidak bisa hanya mimpi, terlalu berharga untuk sekedar mimpi.

Setidaknya jika ia harus menangis karena ia tidak bisa menjawab lamaran dari kekasihnya, maka jangan buat kehadiran Taehyung sebagai mimpi. Itu sangat menyakitkan.

"TAEHYUNG!" Ia mulai menangis mencari ke semua ruangan, dan tak menemukan siapapun.

"Oh, kau sudah bangun?"

Hyuna berbalik, menemukan Taehyung dan sebuah mangkuk di tangannya. "Aku membuat sereal untukmu, karena aku tak bisa memasak."

Hyuna menghela nafas lega, itu bukan mimpi. "Kau menangis? Kenapa lagi? Mimpi buruk?" Taehyung menatap Hyuna dengan khawatir, Hyuna tersenyum saat ia mulai berhenti menangis.

"Tidak Taehyung, aku kira kau mengingkar janjimu."

| × |

"Jadi kenapa kita ada disini?"

Mereka berdua berdiri di depan sebuah Bar, dan yang mengejutkan adalah ini masih siang. Awalnya Hyuna mengira Taehyung akan membawanya pergi makan siang bersama.

"Aku pikir kau bilang ingin jalan-jalan? Kenapa disini?" Hyuna menatap Taehyung bingung, namun Taehyung hanya tersenyum simpul.

"Ada sebuah cerita menarik yang ingin ku ceritakan," Taehyung merangkul Hyuna, "itu adalah maksud dari jalan-jalan hari ini, ayo masuk."

Hyuna ingin menolak untuk masuk, karena ia berfikir Jimin tak akan menyukai ini, namun akhirnya ia menyerah dan mengikuti Taehyung.

Suasana bar tak begitu ramai, namun ada beberapa orang sedang menari dan beberapa orang yang sedang menikmati minuman mereka. Hyuna semakin mendekat kepada Taehyung memeluk tangannya, saat beberapa orang menatapnya.

Taehyung membawanya ke meja bar, ada seorang bartender di sana sedang membuat cocktail.

"Hai, Yoonseo benar?" Bartender itu mengangkat alisnya, namun ia mengangguk. "Hyuna ia memiliki peran dalam cerita ini."

Hyuna dan bartender itu saling bertatapan dengan bingung, Taehyung menyadari kebingungan mereka.

"Hari itu ada sebuah pesta besar disini, seorang wanita menyewa tempat ini dengan bayaran termahal. Benar bukan?" Taehyung menyeringai kearah bartender itu, yang mematung ditempatnya menatap Taehyung dengan horor. "Wanita itu datang bersama bodyguardnya, ia memberi sebuah obat kepada bartender untuk dicampur ke dalam minuman seseorang."

Hyuna masih menyimak Taehyung walaupun ia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya Taehyung sedang ceritakan. Sedangkan bartender di belakang meja bar masih menegang di tempat.

"Beberapa jam berlalu, dan malam pun tiba. Wanita itu ternyata kembali lagi, namun bersama seorang pria. Mereka minum bersama tanpa sadar ternyata minumannya telah dicampur obat," bartender itu memukul beja bar dengan keras.

"Tuan mohon berhenti-"

"Ah, jangan potong ceritaku, belum selesai tahu," cibir Taehyung. "Lalu setelah itu wanita itu pergi bersama pria yang telah setengah mabuk, ke kamar yang ada di atas bar ini. Kau ingin melihat kamarnya?"

Hyuna bahkan belum menjawab, atau bahkan bartender itu belum sempat memprotes Taehyung telah menarik Hyuna untuk mengikutinya.

"Taehyung, sebenarnya apa yang sedang kau ceritakan ini?" Hyuna merapat kepada Taehyung, berusaha menghindar dari orang-orang mabuk dalam perjalanan menuju lantai 2.

"Tentang seseorang, kau akan tahu di akhir cerita," ujar Taehyung.

Mereka berdiri di depan sebuah pintu kamar, Taehyung mendorong pintu tersebut terbuka. "Jadi kamar ini adalah saksi kejadian tersebut."

"Kejadian apa?"

"Bercinta," bisik Taehyung, membuat Hyuna menjauh.

"Jangan katakan kau sedang bercerita tentang dirimu?" Taehyung tertawa.

"Tentu saja tidak," Taehyung menggeleng mencoba menahan tawanya.

"Lagian kenapa kau menceritakan ini kepadaku?"

"Kan sudah ku bilang, aku akan membuatmu tersenyum."

| × |

"Rumah sakit?"

"Wanita itu menggugurkan kandungannya karena ia hamil setelah malam itu, di rumah sakit ini," Hyuna mengerutkan dahinya.

"Taehyung itu sangat mengerikan, itu tak akan membuatku tersenyum. Sungguh aku tak mengerti apa yang sedang kau pikirkan," Hyuna menggelengkan kepalanya, namun Taehyung menggenggam tangannya mambawanya masuk ke dalam rumah sakit.

Ada beberapa suster yang lewat, beserta pasien-pasien di lorong rumah sakit sore ini. Hyuna tak nyaman melihat ini, ini membuatnya merasa sedih.

Taehyung mengetok pintu ruangan seorang dokter, lalu membukanya. Hyuna melihat seorang wanita- wajahnya cukup familiar bagi Hyuna -dengan seragam dokternya di kursi kerjanya, namanya tertulis di sana. Choi Aejeong.

"Selamat sore dokter!" Sapa Taehyung dengan boxy smilenya. Taehyung menarikkan kursi untuk Hyuna duduki.

"Shin Hyuna?" Dokter itu bertanya, Hyuna mengangguk pelan. Dokter itu tampak mengecek laci kerjanya.

Hyuna menyikut Taehyung, "kenapa kita ada di sini?"

"Bagian dari cerita, sshh," Hyuna menatap Taehyung dengan kesal.

"Jadi ia menggugurkan bayinya, setelah melakukan perjanjian yang tertulis dan di tanda tangani keduanya," dokter itu menatap kertas yang ada di tangannya, "aku tak mengizinkan pengguguran bayi tersebut karena ia adalah adikku, aborsi memiliki efek yang buruk, jadi ia memberikan kertas perjanjian ini kepadaku agar aku menyetujuinya."

"Dokter bacakan lagi isinya untuk Hyuna," dokter itu menghela nafas, menuruti permintaan Taehyung.

"Pengguguran bayi dilakukan untuk kenyamanan bersama. Namun ada syarat, dalam kurun waktu 9 bulan pria itu harus memberikan dirinya sepenuhnya tanpa berbagi kepada siapapun, kecuali di dalam rumahnya. Menjadi tangan kanan wanita itu untuk waktu yang tidak dicantumkan, jika perjanjian diingkar ada hukuman, itu isinya secara keseluruhan," dokter itu kembali menyimpan kertas tersebut ke dalam lacinya.

Hyuna jadi merasa canggung, ia tak ada niatan untuk mendengar ini. Ia sama sekali tak tahu siapa yang sedang di bicarakan, dan apa yang membuat cerita ini akan membuatnya 'tersenyum'. Ia awalnya mengira Taehyung sedang membual agar Hyuna tak akan merasa bosan atau semacamnya, namun ini terlalu nyata.

"Baiklah, terima kasih dokter," Taehyung berdiri menjabat tangan dokter tersebut, "jadilah dokter yang jujur ok?"

"Sama-sama Taehyung, dan ya tentu saja," wanita itu tersenyum tipis.

"Sampai jumpa dok!"

| × |

"Taehyung aku ingin pulang," Taehyung menahan tangan Hyuna, "Taehyung aku tak ingin kesana!"

Mereka sekarang sedang berdiri di depan gedung perusahaan tempat Jimin bekerja. Taehyung sudah menebak Hyuna pasti akan bereaksi seperti ini.

"Lagian kenapa kita kesini? Apa hubungannya dengan ceritamu?" Hyuna bertanya dengan kesal, Taehyung mengelus punggung tangan Hyuna dengan jempolnya.

"Aku harus menyelesaikan ceritanya, kita harus masuk-"

"Taehyung, Jimin ada di dalam!" Hyuna memijit pelipisnya, ia sungguh tak ingin membuat masalah lainnya saat ini.

"Ikuti saja aku, ok?" Taehyung menangkup wajah Hyuna, "percaya padaku."

Hyuna menghela nafas berat, tidak ada cara lain selain mengikuti Taehyung dan berdoa agar Jimin tak melihatnya disini dengan Taehyung. Hanya itu yang bisa ia lakukan, ia tak bisa menolak Taehyung.

"Baiklah," Taehyung tersenyum ceria mendengar jawaban Hyuna.

Mereka pun memasuki gedung perusahaan tersebut bersama. Taehyung melambai dan mengedipkan matanya kepada seorang wanita di meja resepsionis, membuat wanita itu meleleh, mudah sekali mengalihkan perhatian seseorang untuk Taehyung.

Mereka menaiki lift, menuju lantai dimana ruang CEO berada.

"Kau tak perlu khawatir, kita tidak akan pergi ke lantai dimana ruangan Jimin berada," bisik Taehyung, membuat Hyuna mengerutkan dahinya.

Hyuna baru saja ingin menanyakan dari mana ia tahu ruangan Jimin berada, namun pintu lift te;ah terbuka. Taehyung membawanya menuju sebuah pintu kaca transparan, mereka masuk dan disamut seorang lelaki di meja sekertaris.

"Oh? Ku rasa aku pernah melihatmu," lelaki itu berdiri, menatap Taehyung dengan curiga.

"Aku ingin masuk, bisa kau merahasiakannya?" Lelaki itu membulatka matanya, Taehyung mengedipkan matanya dengan mudah tanpa diketahui Hyuna, "jaga pintunya, ya?"

"B-baiklah," dengan begitu Taehyung membuka pintu selanjutnya yang lebih besar.

Nampaklah ruang CEO yang luas dan mewah, Taehyung menutup pintu.

"Kenapa kita ada disini? Bukannya kita dilarang kemari? Ini ruang CEO," Taehyung hanya mengabaikan Hyuna, duduk di meja kerja yang ada di ruangan itu.

"Biarkan aku melanjutkan ceritanya," Hyuna melipat tangannya, menunggu Taehyung kembali berbicara agar cerita yang ingin ia ceritakan akan segera selesai.

"Wanita dan lelaki itu bertemu disini, sejak kejadian di bar itu tempat ini menjadi saksi lainnya dalam hubungan mereka," Hyuna dengan tenang mendengarkan, melihat kesekeliling. "Lelaki itu meminta anak itu digugurkan, karena ia memiliki seseorang yang ia cintai, ia tak ingin menyakiti perasaan kekasihnya."

Hyuna kali ini menaatap kedua mata Taehyung yang mulai menggelap. "Namun tak semudah itu, makanya ada perjanjian untuknya memberikan dirinya sepenuhnya diluar area rumah tempat tinggalnya bersama orang yang ia cintai. Ia akan melakukan apa saja untuk menjaga perasaan kekasihnya dan keselamatan kekasihnya. Mengatakan untuk tidak membawa kekasihnya dalam masalah ini, itu yang dijanjikan wanita itu jika lelaki itu setuju dengan perjanjian itu."

"Tanpa ia ketahui itu hanya sebuah pengalihan, jika wanita itu tidak mengatakan ia tak akan menyentuh kekasihnya maka lelaki itu pasti akan ragu menerima perjanjian ini. Pintar bukan?"

"Kenapa lelaki itu tidak mengatakan yang sebenarnya? Kekasihnya mungkin akan mengerti," akhirnya Hyuna merespon cerita Taehyung, mengatakan pendapatnya jika ia yang berada di posisi itu.

"Mungkin ia belum mengenal kekasihnya dengan sepenuhnya, ia hanya menebak perasaan yang mungkin akan dirasakan kekasihnya. Belum percaya mungkin?" Taehyung mengangkat bahunya.

"Namun lelaki itu juga tidak bodoh, ia tahu ia telah dijebak. Maka dari itu tidak ada tanda kapan perjanjian ini berakhir di surat perjanjian. Ia mencoba mencari jalan untuk menyelesaikan masalah ini," Taehyung membuka ponselnya, "Sebuah perusahaan besar di Eropa yang bisa menjamin seluruh keamanan dan reputasi karyawannya, menyediakan pengacara terkenal untuk karyawan yang dituduh dalam sebuah kasus hukum, jadi secara keseluruhan perusahaan ini melindungi semua karyawannya dari semua tuduhan hukum. Tentu juga untuk reputasi baik perusahaan."

Taehyung kembali memalingkan wajah dari ponsel, menatap Hyuna. "Ia melamar pekerjaan disini secara diam-diam dibantu oleh saudaranya, ia telah diterima. Rencananya adalah untuk menghancurkan karir wanita itu secara keseluruhan, dengan melaporkan minuman yang telah dicampur obat, aku yakin ia telah mendapat bukti. Ia butuh perusahaan yang akan membantunya di jenjang hukum nanti, karena tanpa itu percuma saja. Wanita ini sangat kaya dan memiliki kuasa cukup besar diantara perushaan-perusahaan Korea, tak ada orang yang akan percaya pengakuannya. Ia hanya akan kehilangan pekerjaan, dan seluruh hidupnya akan hancur seperti yang dijanjikan wanita itu."

"Terdengar seperti tak ingin dirugikan ditelingaku," Hyuna terkekeh, Taehyung tersenyum. "Mungkin dunia ini tidak adil, orang yang memiliki uang pasti selalu menang. Namun ia memiliki kekasih yang ia cintai, tak masalah bukan jika harus menderita bersama?"

"Aku juga berfikir seperti itu Hyuna, cerita ini menarik bukan?" Taehyung terkekeh, "kasihan sekali pulang-pulang ke rumah badannya bercampur bau parfum wanita itu, mereka terlalu banyak bersetubuh. Bahkan sebenarnya dalam perjanjian ini lelaki itu banyak dirugikan, ia bahkan tak bisa pergi kencan dengan kekasihnya, saat ketahuan ia di hukum oleh wanita itu. Lebih menyedihkan lagi lelaki itu jadi jarang menghabiskan waktu dengan kekasihnya yang malang," Taehyung menggelengkan kepalanya.

Ekspresi wajah Hyuna berubah, ia seperti pernah merasakan hal-hal tersebut. Rasanya sangat aneh, ini terlalu kebetulan?

Mungkin hanya perasaanku saja.

"Taehyung," Hyuna mengepalkan tangannya, mengingat semuanya dari awal. Kenapa ia merasakan hal seperti ini, setelah bercerita tentang 2 orang asing yang ia tak kenal di kantor Jimin bekerja? Dan kenapa harus diruangan ini?

Kenapa ini sangat familiar baginya?

Tak mungkin kebetulan, bukan?

"Aku ingin tahu siapa dua orang yang sedari tadi kita bicarakan," Hyuna merasakan tangannya menjadi dingin saat menanyakan ini.

Taehyung hanya duduk di sana dengan santai, "Kau benar-benar ingin tahu? Kau yakin? Aku hanya ingin bercerita loh, bukan untuk mengatakan identitas mereka."

"Katakan padaku," Hyuna menggigit bibirnya, takut.

Taehyung mengangguk, mengambil papan nama CEO yang ada di meja, "wanita itu adalah Choi Mina, CEO perusahaan ini."

"L-lalu?" Taehyung menatap Hyuna dengan datar.

"Lalu...lelaki itu adalah bawahannya-











Park Jimin."

Setetes air mata jatuh dari pipinya, sekali lagi karena orang yang sama.

— +

🌑

[ N O T E ]

I'M BACK, huft his chapter is so long but i hope it's good.

Sesuai dengan prediksi kalian Jiminnya seperti apa? Hahaha, mungkin kalian udah bisa nebak but not all of the details right?

Aku ngga tahu chapter ini udah ok atau belum, maaf kalau masih banyak kekurangan. Mungkin chapter ini bakal di revisi sedikit, supaya lebih 'masuk akal'.

Dan aku lihat semakin banyak new readers disini, aku jadi grogi takut cerita ini tidak memuaskan.

Aku akan berusaha lebih keras, and i love you so much!

Another warning for the next chapter so get ready ;)

Aku bakal update lagi mungkin hari sabtu, next chapter itu penting banget jadi aku harus nulis dengan hati-hati. Aku butuh waktu.

So until then, stay tune!

See ya soon ❤

Continue Reading

You'll Also Like

88.6K 10K 42
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
2.8K 336 12
Monochrome Sama seperti namanya. Buku ini berisikan sekumpulan cerita tentang hitam putihnya kehidupan kapal Taerin. Genre : Random Start: 1 Februar...
58.1K 7.8K 51
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] #BelumRevisi Tuhan begitu adil menciptakan semuanya, tidak ada yang Tuhan ciptakan dengan gagal. Semua memiliki kekurangan...
36.6K 2.3K 10
Cerita ini merupakan pychopath jimin dan sahabatnya kim taehyung. Mereka selalu membuat orang yang berada di samping mereka merasa takut