Reuni Mantan di Manhattan #OD...

By Belattedonat

50.5K 2.2K 1.6K

COMPLETED. (Proses revisi secepatnya). Range : [18++] Diharapkan pembaca bisa bijak. Jika memaksa membaca, si... More

Bienvenue
Préface
Prologue
RMdM 01 - Other Side
RMdM 02 - What?!
RMdM 03 - Allardo's Club
RMdM 04 - Crazy
RMdM 05 - False
RMdM 06 - Indonesia
RMdM 07 - After Those Day
RMdM 08 - Hot Chocolate vs. Hot Coffe
RMdM 09 - Becaused
RMdM 10 - Back with New Scandal
RMdM 11 - Frankfurt
RMdM 12 - Shit! This Is A Trap
RMdM 13 - Semaine Des Creatuers du Mode
RMdM 14 - Drunk on You
RMdM 15 - Come and Gone
RMdM 16 - Snow Is...
RMdM 17 - The Way You Look At Me
RMdM 18 - Happier Family
RMdM 19 - But She Was Pregnant
RMdM 20 - Damn News
RMdM 21 - The Dealing?
RMdM 22.1 - Holiday on Brithday
RMdM 22.2 - Holiday on Brithday
RMdM 24 - Pieces of Facts
RMdM 25 - New Beginning
RMdM 26 - Reasons
RMdM 27.1 - His Old Story
RMdM 27.2 - His Old Story
RMdM 28 - All of Him
RMdM 29 - Rio's Shoulder
RMdM 30 - The Wedding
Epilog

RMdM 23 - Aurora's to Us

825 45 0
By Belattedonat

All the lighting on the sky, like you on my life, as a lighter.
- David Debendrof -

My playlist today: Demi Lovato - Tell Me You Love Me, how yours?

Norwegia. Entah apa yang dipikirkan seorang David Debendrof sehingga membawanya berlibur ke Norwegia yang notabennya satu di antara banyaknya negara di Eropa.

Perjalan pria itu bolak-balik Asia-Eropa tampaknya menyenangkan, sampai-sampai dia tidak jera dan bahkan membaginya pada El. Sayangnya, El tidak merasakan senang. Bagaimanapun, pergi berlibur dengan cara 'penculikan' bukan hal yang wajar dan harus disenangi.

Dia meninggalkan Rio begitu saja, meninggalkan pekerjaannya, orang-orang yang mungkin akan mengkhawatirkannya, terlebih jadwal quality control serta class meeting-nya. Dan catat, dia bahkan pergi di saat-saat sebentar lagi dirinya akan mengikuti ajang penting. Lalu apa yang akan menyenangkan dari perjalanan liburan paksanya ini?!

"Jangan menekuk wajah terlalu dalam. Ini bahkan masih pagi."

David menyembul dari pintu kayu putih dan menghampiri El yang termenung di balkon.

Nyaman. Pemandangan di vila David memang memberinya kenyamanan. Hamparan lautan nan biru, gunung-gunung menjulang dengan kokoh beserta awan yang menyelimuti, belum lagi suara sorak-sorai dari para burung yang berkicauan dan deburan ombak yang menghempas batuan. Tidak ada pemandangan khas desa di tengah suasana kota metropolitan yang dijajahinya selama ini.

"Kalau kau masih menekuk wajahmu, nanti matahari pagi ini akan menyombong," celetuknya lagi.

El tidak menjawab, dia masih kesal. Setelah mereka mendarat di bandar udara Bodo, Hastrad kemarin siang, David tidak menyapanya sedikitpun. Sedikitpun. Tolong digarisbawahi.

Bayangkan saja, sudah diculik, lalu didiamkan dan diabaikan. Memangnya dia apa?

"Mommy dan uncle diam-diaman kayak Ken dan Balbie kalau sedang malahan." Gadis kecil bersetelan busana musim dingin mendatangi El dan David dengan tangan yang memegang es krim dalam cone.

El melempar pandangan protesnya pada David. "Ini musim dingin. Dan kau memberi anakmu es krim?" ketusnya dalam bahasa inggris. Sehingga Snow tidak akan mengerti dengan mudah.

David yang ditatap seperti itu hanya menghendikan bahunya tidak peduli. Lalu diangkatnya tubuh Snow untuk duduk di atas pangkuannya.

"Es krimnya enak, bukan, Snow?" David bertanya dengan logat bahasa indonesia yang terdengar kaku.

Snow mengangguk setelah menjilat es tingginya.

"Uncle mau," pinta David masih dengan posisi mereka.

Snow mengarahkan es krimnya ke mulut David, tapi saat David hendak menyambut es dingin tersebut, esnya malah mengenai sudut bibirnya.

Suara tawa yang sarat akan kegelian dari seorang wanita membuat David sadar bahwa wanitanya sudah kembali. "Jadi harus menodai wajah tampanku dulu baru kau mau menghilangkan tekukan di wajahmu, babe?"

Kalimat David menghentikan tawa El seketika. Bodoh! Dia lupa jika sedang marah. Well, memangnya mudah apa melihat moment manis antara ayah dan putrinya di pagi hari dan kau hanya merespon dengan muka yang muram? She doesn't!

Hatinya senantiasa menghangat. Hingga tanpa sadar dia malah mengusili mereka. Snow yang menertawai David dalam pangkuan pria bermantel abu tersebut membuat El menarik senyum setelah reda dari tawanya.

"Mommy, uncle Dave bisa main bola kecil," Snow berkata dengan semangat. "Snow tadi main sama uncle pakai tongkat yang panjang," ujarnya menarik kedua tangannya—yang salah satu masih memegangi es– membentuk garis yang seolah menunjukkan itu panjang.

"Ya, ayahmu memang suka bermain golf, Snow," jawab hati El dengan lancang. El berdehem menetralisir kekeringan di tekaknya, "Wah, hebat dong," katanya dengan muka sumringah. Lalu dia menatap David dengan tatapan datar.

Fine, dia tau dia kekanakan. El bukan wanita moody-an yang suka ngambek. Sebelum begini, dia sudah menanyakan bagaimana kelangsungan hidupnya kepada David. Maksudnya, tujuan mereka kemana, kapan pulang dan bagaimana dengan ponselnya. Ditambah lagi siklus bulanan yang datang, membuat dia rasanya ingin marah-marah saja.

Yes, David bukan hanya menculik El dan Snow, pria itu bahkan tidak membawakan baju ganti untuk mereka apalagi ponselnya. Untung saja vila ini miliknya, dan mendapatkan baju ganti untuk seorang bos bukan hal yang sulit. Karena dia yang berkuasa, sudah semestinya semua keinginannya dituruti, bukankah begitu hukum hidup yang berlaku selama ini?

***

Angin malam yang berasal dari laut menerpa wajah tirusnya. Berlayar. Ternyata itu yang sedang David rencanakan untuk mereka.

Setelah dua hari mereka menghabiskan waktu di tepian pulau Lotofen, baru tadi sore David mengatakan jika mereka sebenarnya hendak berlayar.

Ya! David memang manusia ajaib. Bagaimana bisa dia mengajak liburan dengan agenda berlayar di saat hampir memasuki musim dingin. Terlebih daerah utara seperti Norwegia, jika sudah musim dingin, matahari pun enggan timbul.

"Snow sudah tidur," David sudah turun dari dek atas yang merupakan kamar. "Semenjak berlibur kau tampak lebih pemurung. Bukan seperti dirimu, kau tau."

El menoleh, lalu tersenyum tipis.

David benar. El sudah beberapa hari sejak mereka berlibur dengan acara culik-menculik ini seperti kehilangan sebagian semangat. Apa karena otaknya yang malah memikirkan kondisi di Jakarta? Atau hanya karena siklus bulanan yang membuat mood para wanita naik turun?

"Queen... pergelanran busanamu sudah diatur sedemikian rupa oleh Nalt."

David duduk di single sofa kosong sebelah El.

"Aku hanya ingin memberi angin segar untuk hubungan kita," katanya.

El belum menjawab, akan tetapi matanya seperti berkata 'memangnya hubungan seperti apa antara kau dan aku?'

Seakan mengerti, David pun menjawab. "Ya, aku tahu. Kita sudah berpisah bertahun-tahun lalu, tapi nyatanya semua terasa sama. Terlebih saat aku melihat sorot mata biru Snow sejak pertama kali saat kau dan Rio video call di depanku."

El terperangah dan diangguki oleh David, seperti mengatakan, aku tau itu.

"Ditambah lagi dengan keintiman kita malam itu di Manhattan Hotelku saat di Paris. Ya, aku tau itu hanya karena alkohol. Tapi rasamu masih sama El, kau bahkan tidak menolakku setelahnya," ujarnya. "Apalagi fakta yang datang mengatakan bahwa Snow adalah putriku." David mendongak ke langit. Menghirup udara sebanyak mungkin untuk masuk ke paru-parunya agar lebih relaks. Pembahasan hubungan mereka acap kali menguras emosinya, namun kali ini dia akan berusaha untuk tidak terbawa emosi sedikit pun.

"Aku kira kita—"

"Kau tau, di antara kita berdua, aku yang paling berdosa, Dave. Aku."

El memandang David dengan tatapan mirisnya.

"Aku yang berperan sebagai peran antagonisnya, aku yang melukaimu."

El berucap dengan nada rendah dan pelan. Saking pelannya, David harus lebih mendekatkan tubuh mereka. Yang artinya David berpindah ke kiri sofa El agar bisa lebih dekat. Dia bertumpu pada lututnya.

"Aku rasa, lebih baik kita masuk. Cuaca sedang tidak bagus."

Bukannya merespon perkataan El yang memang kurang jelas didengarnya, David malah mengajak El masuk ke dalam dek yacth-nya. Padahal ada sesuatu yang ingin dia bicarakan serius dengan El, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin didalam juga tidak apa.

Air laut yang berbentuk ombak beradu satu sama lain, anginnya pun berhembus cukup kencang. Sesekali langit juga berkilat seperti hendak menurunkan hujan. Tidak lucu bukan jika mereka harus kehujanan di tengah lautan?

"Aku suka di sini, dingin. Rasanya seperti mengingat aku padamu," tolak El. "Tapi dengan adanya mantel bulu ini, aku harus berterima kasih. Kehadirannya sama dengan Rio yang menjadi penghangat di tengah dinginnya rasamu, Dave."

David menegang di tempatnya. Apa katanya?!

"Sialan!" umpatnya dalam hati. Namun bibirnya malah membentuk senyum simpul meski masih terkatup rapat.

"Ma-maaf," El tergagap, dia tidak seharusnya membawa-bawa Rio dalam perbincangan serius mereka. Apalagi kejadian terakhir di antara mereka yang berujung cekcok saat seusai acara ulangnya.

"Aku tidak tau seperti apa perlakuan Rio kepadamu dan Snow selama ini. Aku bahkan tidak peduli jika dia lebih manis," gumam David. "Tapi yang ingin aku pedulikan adalah, masih ada aku di hatimu, 'kan, Queen?" tanyanya dengan percaya diri.

El terpaku diam. Lidahnya kelu untuk berucap, otaknya pun stuck untuk memberi jawaban.

"Aku tau, masih ada aku di hatimu. Masih ada kita." Lagi, David masih dengan pendiriannya. "Jika tidak ada lagi kita, tidak mungkin kau tidak mengamuk setelah percintaan panas kita malam itu. Aku terlalu mengenalmu, Queen," jeda David beberapa detik. "Terlebih dengan responmu tentang kehamilan Verona, aku semakin mempunyai bukti untuk percaya diri."

Angin berhembus menerpa wajah mereka. Yacht pribadi yang mereka tumpangi pun masih membelah lautan Lotofen dengan pelan.

"Sayangnya, aku bahkan tidak marah tentang kehamilan Verona, bukan?"

Benar, El memang tidak marah apalagi mengamuk.

"Yes, you're not. Tapi kau mendiamkannya. Itu lebih beberapa tingkat dari cara kau marah. Lebih tepatnya kau kecewa, don't you?"

Benar, David benar lagi.

"Aku tau kau—"

"Berhenti bersikap kau tau semuanya tentang aku, Dave."

"Aku memang mengetahui semuanya tentangmu." David mengangkat alisnya sebelah.

El terdiam sejenak, otaknya seperti memikirkan sesuatu. Dia tidak boleh kalah. "Tidak semuanya, bahkan hingga hari ini kau pun belum tau tentang apa penyebab aku pergi, bukan?" Akhirnya El bisa menemukan apa yang tidak David ketahui tentanngnya.

David yang tadi tersenyum angkuh, kini terpaku. Dan El senang, dia menang lagi kali ini. Jangan mentang-mentang memiliki uang, David bisa sok tau semua tentang orang. Dia tidak,-

"Apapun alasanmu pergi, setidaknya kau kini kembali."

Gantian, kini El yang terpaku. Pria ini tidak marah? Atau menggeram barangkali?

But wait! Apa-apaan itu?

David masih dalam posisinya yang berlutut di sofa yang diduduki El, namun kali ini tangannya sudah menyodorkan sebuah kotak merah yang berisikan cincin permata.

"Aku tidak memiliki paradigma rasa untukmu, yang aku punya hanya statistik dan itu selalu naik. Hatiku pun terlalu bodoh untuk memasang kadaluwarsa. So, will you fix all that has been broken between us?"

Astaga! Itu bahkan cincin pernikahan mereka lima tahun lalu. Ya, El masih ingat dengan desain simpelnya membentuk permata love dari blue garnet yang langka. El juga masih ingat bagaimana bersemangatnya David memesan cincinnya dengan binar bahagia.

"Kau...kau...."

"Ya," David mengangguk. "Apapun tentangmu masih kusimpan dengan rapi."

Dia meraih tangan kiri El untuk memasangkan cincin. Sayangnya, hentakan suara guntur dari langit menyadarkan El. Membuat wanita itu menarik tangannya refleks.

Mulutnya yang hendak berucap malah ternganga karena pemandangan di depannya.

Demi apapun, perpaduan kilatan dari langit membuatnya takjub. David yang terkejut dengan respon El, kini malah tersenyum. Well, ternyata usahanya tidak sia-sia. Dia sengaja menginap di vila sampai dua harian karena ingin melihat fenomena ini. Tapi setelah ditunggu-tunggu, tidak kurun tiba. Ternyata saat di atas yacht mereka bisa menyaksikan.

Indah.

Memangnya ada kata lain lagi yang bisa menggambarkan fenomena aurora langka? Mereka jelas sangat beruntung bisa menyaksikan kilatan aurora borealis di bulan November. Apalagi di saat salju bahkan belum turun.

David yang mulanya mengira mereka akan pulang dengan tangan kosong, patut berbangga karena dia salah. Nyatanya perpaduan cahaya luar biasa antara langit biru malam dan hijau zambrut yang terang sudah menunjukkan diri.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK MANJA NAN NYATANYA❤

RMdM 23 - Aurora's to Us.
NBd17, Bengkalis - Riau.
Kamis, 05 April 2018.

Continue Reading

You'll Also Like

88.5K 7.2K 32
From bestfriend to husband. Begitulah hubungan Merry dan Dino. Berawal dari perjodohan mereka, persahabatan mereka sejak TK merenggang. Namun, pada...
174K 14.1K 21
Dimas bukan orang yang anti cinta. Ia percaya cinta. Namun, ia tak pernah menyangka akan jatuh cinta pada gadis SMA. Dimas berharap perasaannya salah...
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
216K 14.6K 39
Licia tidak pernah tahu jika Ed, si playboy menyebalkan yang baru pindah ke kantor tempat ia bekerja, akan berakhir menjadi tunangan pura-puranya. De...