Reuni Mantan di Manhattan #OD...

By Belattedonat

50.8K 2.2K 1.6K

COMPLETED. (Proses revisi secepatnya). Range : [18++] Diharapkan pembaca bisa bijak. Jika memaksa membaca, si... More

Bienvenue
Préface
Prologue
RMdM 01 - Other Side
RMdM 02 - What?!
RMdM 03 - Allardo's Club
RMdM 04 - Crazy
RMdM 05 - False
RMdM 06 - Indonesia
RMdM 07 - After Those Day
RMdM 08 - Hot Chocolate vs. Hot Coffe
RMdM 09 - Becaused
RMdM 10 - Back with New Scandal
RMdM 11 - Frankfurt
RMdM 13 - Semaine Des Creatuers du Mode
RMdM 14 - Drunk on You
RMdM 15 - Come and Gone
RMdM 16 - Snow Is...
RMdM 17 - The Way You Look At Me
RMdM 18 - Happier Family
RMdM 19 - But She Was Pregnant
RMdM 20 - Damn News
RMdM 21 - The Dealing?
RMdM 22.1 - Holiday on Brithday
RMdM 22.2 - Holiday on Brithday
RMdM 23 - Aurora's to Us
RMdM 24 - Pieces of Facts
RMdM 25 - New Beginning
RMdM 26 - Reasons
RMdM 27.1 - His Old Story
RMdM 27.2 - His Old Story
RMdM 28 - All of Him
RMdM 29 - Rio's Shoulder
RMdM 30 - The Wedding
Epilog

RMdM 12 - Shit! This Is A Trap

1K 49 1
By Belattedonat

Hate, like love, outgrow by little things.

- Balzac -

My playlist today: Justin Bieber - What Do You Mean, how yours?
(Tag yang ngakunya Beliebers ah HalimahTunsadiah😂)

Angin musim panas berhembus menemani paginya. Wanita yang baru bangun dari tidurnya tengah mencepol asal rambut pirangnya ke atas. Di sela kegiatannya menuju dapur, dia dikejutkan dengan pemandangan di depannya. Indah.

Bukan cuma karena pemandangan menara legendaris kota romantis ini, tetapi dengan apa yang tersaji dekat jendela yang terbuka.

"Kau pasti lelah?"

Pria yang menyapanya mendekat dengan beberapa baguette ditangan. Baguette sendiri merupakan roti khas Perancis yang memiliki tekstur keras pada bagian luarnya tetapi lembut seperti roti tawar pada umumnya di bagian dalam. Roti panjang yang seperti tongkat itu pun biasanya disantap bersama cream soup, daging giling atau hanya sekedar di panggang bersama polesan butter and garlic.

"Kurasa, kau yang lebih lelah."

Dia menjawab sambil mengambil alih baguette bawaan Rio.

El tau, di penthouse ini sedang tidak ada pelayan. Bukan tidak ada sebenarnya, melainkan Rio yang menyuruh para pelayan berlibur selama mereka di Paris. Biar lebih romantis tanpa ngangguan saja, begitu alasannya.

Gaya hidup Rio yang minimalis tetapi selalu bersikap romantis pada orang yang disayanginya tidak bisa juga disalahkan, bukan?

"Jam berapa kau bangun? Apa kau tidak tidur?" El membantu pria yang menggunakan kaos oblong berwarna hitam tersebut menyusun beberapa menu sarapan di atas meja.

"Aku tidur," kata Rio dengan anggukan. "Aku hanya ingin memberi kejutan di pagi pertamamu di Paris, ternyata kau sudah bangun duluan."

"Astaga, kau berada di sini saja sudah menjadi kejutan untukku." El menyusul Rio yang melangkah ke dapur untuk mengambil gelas.

Pria ini... entahlah! Hatinya seperti terbuat dari kapas, putih dan lembut. Bayangkan saja, Rio selalu rela memasakkan makanan untuk dirinya. Selalu menyediakan apa yang dia butuhkan dengan suka rela.

"Jangan keseringan bersikap terlalu manis padaku, aku takut kau nanti kecewa, Rio. Hatiku masih dalam rehabilitasi yang belum rampung."

Ucapan El menghentikan gerakan Rio yang menggambil gelas kaca di kitchen set.

"Aku tidak pernah mendesak masa rehabilitasi hatimu, El. Jika pun nanti bukan aku, setidaknya aku melakukan semua ini karena tulus. Membuatmu nyaman adalah kewajibanku."

Rio lagi-lagi mengacak pucuk kepala El. Entah sejak kapan, kegiatan tersebut seperti menjadi candu bagi Rio untuk menunjukkan bahwa dia menyayangi wanita di hadapannya ini.

"Aku tidak mau kita menjadi korban dari harapan yang kita bangun, Rio."

"Kolban dari halapan yang kita bangun? Halapannya lagi tidur ya, Mom?"

Itu jelas bukan Rio. Mana mungkin dia berani menjawab hal konyol di saat El dan dirinya sedang berbincang serius.

Kalimat yang berasal dari suara mungil seorang gadis sontak membuat El dan Rio menoleh serentak. Ternyata Snow sudah bangun.

"Good morning putri kecil papa." Rio berinisiatif mendekati Snow yang sedang menanti jawaban mereka untuk pengalihan topik. Sedangkan El mengambil gelas yang ditelantarkan Rio akibat kedatangan Snow di sela perbincangan serius mereka.

Rasanya tidak ada lagi kata yang bisa menyudahi kemanisan dari seorang Rio, semua stok katanya habis tidak bersisa. Pria tersebut kini sudah menggendong Snow menuju meja di pinggir jendela yang tersedia sarapan mereka.  Rio adalah pria yang tidak menyukai makanan manis, apa karena sikapnya yang sudah manis?

Sayangnya, entah kenapa El malah belum mampu membuka hatinya. Kebaikan, ketulusan dan semua yang dilakukan Rio selalu membuat El nyaman. Namun, masih ada lubang besar yang belum tertutup dihatinya. Sehingga dia belum bisa semudah membalikkan telapak tangan untuk mengatakan dia mencintai Rio.

Berbicara cinta, dia memang afeksi yang terasa ilusi. Bodohnya, umat manusia selalu terperangkap di dalam ilusi tersebut. Bagaimanapun, cinta memang diperlukan dalam hidup. Bukan cuma tentang pasangan, tetapi juga tentang semua elemen yang ada di lingkungan.

"Nggak mau, Pa. Kelas. Snow makan coklat aja, ya." Snow menggeleng saat Rio menyuapinya lagi dengan baguette, gadis itu malah menunjuk tumpukan waffle berwarna coklat serta lelehan coklat yang menggiurkan sebagai toping.

"Sini mommy suap," tawar El dengan lirih.

"Snow mau makan sendili," tolak Snow ketika El beranjak duduk di dekatnya.

El tidak bisa memaksa, sebenarnya Snow memang lebih suka makan sendiri ketimbang disuapi. Hanya saja, jika mereka sedang berada diluar El tidak akan membiarkan Snow makan sendiri. Yang ada putrinya itu akan belepotan dan mengotori bajunya.

"Itu menala ipil ya, Pa?"

Mendengar pertanyaan Snow, mengundang tawa Rio dan El. Mereka merasa geli dengan pelafalan Snow yang cadel.

"Bukan, itu namanya menara Eiffel, Snow. Bukan ipil," jelas Rio perlahan sambil menunjuk pemandangan di luar jendela.

Dari tempat mereka duduk, mereka bisa melihat pemandangan kota Paris yang di sertai menara Eiffel nan tinggi. Tentu saja, posisi penthouse yang berada di distrik 16 sangat menguntungkan. Menara yang hanya berjarak beberapa blok itupun tampak jelas dan dekat.

Memangnya mereka sedang berada di mana?

Tentu saja menara Eiffel hanya ada di Paris, Perancis. Yap, El dan timnya sudah berada di Paris. Mereka baru saja sampai tengah malam tadi. Tapi semua di luar rencana. Pasalnya, keberadaan Rio serta Snow bukanlah kesepakatan awal.

Well, karena jurus merayu Rio yang berhasil meluluhkannya, tidak ada pilihan, El pun mengiyakan tawaran Rio. Rio bilang, dia dan Snow harus ikut ke Paris demi memastikan jika pergelaran busana perdananya sukses tanpa halangan. Selain itu pun Rio mau memastikan juga tentang keselamatan El. El belum pernah berpergian seorang diri ke luar negeri semenjak hari itu, dan wajar jika Rio menjadi lebih protektif.

Tapi di samping itu, Rio juga mengatakan akan pulang bersama Snow setelah acaranya selesai. Mau tidak mau El menyetujui terlebih karena Rio juga sudah memprovokasi Snow untuk ikut. Jika tidak diiyakan, yang ada El tidak akan bisa pergi sama sekali. Snow sangat rewel jika keinginannya tidak terpenuhi, persis efek dari didikan papanya.

Bohong jika El tidak senang dengan keberadaan Rio dan Snow di acara perdananya, tentu dia sangat senang. Akan tetapi, yang mengganggunya adalah profesi dan kesibukan Rio. Pria yang menyarankan menginap di penthouse-nya di Paris itu bahkan sengaja bolos dari tanggung jawab kerjanya demi menemani El.

Ya meskipun tidak masalah juga sih, mengingat Rio Leonardo lah yang paling berkuasa di Witama Corp. Ltd Indonesia.

***

Bentang jarak antara Eropa ke Asia saja dia lewati dengan mudah karena kabar perusahaannya yang bangkrut, apalagi cuma sekedar jarak antara Eropa Tengah ke Eropa Barat, demi keuntungan besar pula. Lalu apa alasannya untuk mengatakan tidak?

Benar kata orang, setelah hujan selalu ada pelangi. Buktinya, setelah beberapa hari di Jerman untuk mengurusi para pencuri dana perusahaan, hari ini dia harus mengurusi orang-orang baru yang mendatangkan keuntungan.

Kemarin sudah seharian dia bersembunyi di ruang tidurnya karena lelah, dan pagi ini dia disibukkan dengan pertemuan pentingnya.

Ekspor-impor, siapa yang tidak menyukai cara kerja bisnis itu? Menjual barang kita ke negara luar dan mendapatkan hasil yang rata-rata juga tidak sedikit. Para pengusaha pasti menyukainya.

"Setelah makan siang Anda punya waktu 30 menit untuk bersantai, Sir."

Instruksi Nalt— yang baru menyusulnya tadi malam ke Paris karena kerjaan yang belum selesai– di angguki olehnya yang baru saja mendudukkan pantat di kursi.

"Kalau gitu, saya permisi. Jika ada yang dibutuhkan, Anda selalu tau saya di mana. Selamat siang," pamit Nalt pada Rio yang kini sudah memainkan ponselnya.

Sunyi di ruang kerjanya sudah biasa, jika seorang David dengan keramaian baru luar biasa.

Rasanya dulu waktu masa sekolah, dia bukan anak yang suka bersembunyi dari dunia luar. Bahkan saat sudah kuliah pun dia punya teman dimana-mana. Akan tetapi, semenjak Tuhan mempertemukan dia dan El, semua berubah. Kehidupannya seperti terarah ke satu titik, Queen Lexie Elizabeth.

Jika sudah sunyi, lagi-lagi dia mengenang wanita sialan yang sudah bahagia bersama Rio. Kasihan, apa sebenarnya yang tidak bisa dia dapatkan melalui uang yang dia miliki? Tidak ada, semua bisa. Termasuk membeli wanita untuk mencintainya.

Dia tau, itu tidak sulit, apalagi selama ini banyak yang mengejarnya. Bodoh memang! Tapi mau bagaimana lagi, bukankah menjadi CEO dingin yang gagal move-on lah yang membuat kisahnya berbeda dari yang lain? Terlebih dengan kebiasaan dia yang mencari kepuasan birahi dari lelaki.

"Makan siangmu, Tuan," suara itu menyadarkannya.

Selalu termenung, hidupnya memang mengenaskan jika bukan tentang harta!

"Kau juga di sini?" bukannya mengambil bukusan makanan yang diberikan pemilik suara, David malah bertanya dan tampak terkejut.

"Sama sepertimu, aku pun punya kerjaan yang mengharuskan keliling kemana-mana." Wanita yang bergaun ketat tersebut menghendikan bahunya. "Ratatouille, croissant dan beef bourguignon."

Wanita tersebut menyebutkan berbagai macam menu yang dia bawakan untuk makan siang David.

Ada ratatouille, jenis masakan Provence yang berasal dari Nice. Makanan itu berisi berbagai macam sayuran yang dipanggang. Kemudian ada croissant, roti yang berbentuk bulan sabit dan dihidangkan tanpa tambahan apapun. Namun di luar Perancis, banyak dihidangkan dengan tambahan cheese, kismis, cinnamon ataupun coklat. Terakhir, beef bourguignon, dari namanya saja sudah terbaca bahwa olahan ini terbuat dari daging. Daging sapi yang bertekstur lembut dan dimasak dengan anggur merah.

"Vous ne prenez pas la peine de m'apporter le déjeuner." (Anda tidak perlu repot-repot membawakan saya makan siang). Dicekalnya tangan Verona yang mengeluarkan kotakan  makanan dari paperbag.

Dia membuang napas secara kasar ketika aktivitasnya terhenti, "Aku tau kau bisa mencari makan siangmu sendiri," cibirnya. "Aku hanya ingin membawakanmu dan ada yang harus aku katakan. Tenang saja, aku tidak akan ikut makan bersamamu, if that's what you think."

"So, let's tell," tukas David dengan cepat.

"Kau yakin tidak makan dulu?"

"Kau bilang, kau tidak akan ikut makan bersamaku. That's mean, kau tidak memberitahu apa yang ingin kau bicarakan setelah aku makan bukan?"

David berjalan ke sudut ruangan. Berbicara banyak dengan Verona membuat dia haus juga lama-lama.

"Kau harus datang lusa ke Carrousel du Louvre," tutur Verona dengan lirih.

Apa katanya? Siapa dia bisa seenaknya menyuruh David untuk datang ke tempat perbelanjaan wanita yang terkenal itu? Minta dibelikan barang mahal, begitu? Cih!

"Lusa aku ada pergelaran busana. Dan aku mau kau datang sebagai orang yang menyemangatiku. Di sana akan banyak paparazi yang tersebar, Dave."

Seakan mengerti apa yang dipikirkan David, dia pun menjelaskan secara detail kepada pria yang berjalan ke arahnya dengan satu diet coke.

"Memangnya apa peduliku?" sahut David yang meneguk minumannya setelah berucap.

Dasar pria tega! Tidak menghargai sama sekali. Sudah jelas Verona adalah tamu di sini, jangankan diberi minuman, ditawari pun tidak. Dengan gamblang dia malah meminum minuman sendiri di depan tamunya.

Verona tidak menjawab, dia merogoh handbag-nya dan mengeluarkan sebuah amplop coklat. Amplop itu dibukanya di depan David. Semua kegiatan Verona sama sekali tidak dihiraukan oleh David. Sampai akhirnya mata pria itu membesar karena tidak percaya.

"Apa maksudmu?!" sentak David ketika melihat lembaran foto dirinya.

Bukan, lembaran foto itu bukan hanya foto dirinya. Melainkan fotonya bersama Rindrorius, Jo, Ricardo, bahkan Sam pun ada. Hampir semua partner seksnya ada di dalam foto itu Dan lebih sialnya lagi adalah, posisi intim mereka. Ada yang sedang saat berciuman, ada yang sedang tampak meraba barangnya bahkan ada juga yang menunjukkan wajah yang sarat akan hasrat.

"Aku penasaran, bagaimana jika dunia tau salah satu playboy-nya ternyata pemain pria sesungguhnya?" Verona berjalan mendekati David di balik mejanya.

Sementara David memandang geram wanita di depannya yang tampak tersenyum menang.

"Darimana kau dapatkan semua itu?" erang David. Bunyi kaleng yang diremas pun mengisi kekosongan di antara mereka.

"Well," dengan nada sombong Verona mengangkat sebelah alisnya menantang David. "Tidak susah mendapatkan apa yang orang lain tidak tau tentang seorang David Debendrof bagiku. So?" Jari telunjuknya menyusuri rahang kokoh David yang sudah menggeras.

"Kau!"

Sialan! Jika biasanya David yang selalu berlagak sombong dengan lawan bicaranya, kali ini tidak. Dia kalah telak. Tidak mungkin jika dia membiarkan berita tentang dirinya adalah seorang gay menyebar.

Sekarang 2018, sudah zamannya digital yang bermain. Dan penyebaran berita apapun selalu berjalan dengan cepat dan pesat.

"Ne pense pas trop dur." (Jangan berpikir terlalu keras). Verona menatap David dengan tatapan mengejek. Rasanya bahagia sekali bisa membuat manusia sombong seperti David Debendrof terdiam karena memikirkan pilihan.

"Tidak mau memilih, big guy?" desak Verona semakin merapatkan tubuh mereka.

"Tapi tidak ada red carpet dan aku akan datang sendiri," putus David pada akhirnya yang memancing senyuman lebar terpatri di wajah Verona.

Memangnya dia punya pilihan apalagi?

Jika dia membiarkan beritanya tersebar, sama saja dia memberi senjata untuk para wanita mencemoohnya. Terutama El, tidak menutupi kemungkinan El juga akan tau dengan cepat mengingat wanita itu yang bersama Rio.

As always, JANGAN LUPA JEJAK MANJA NAN NYATANYA ya gaes ❤

RMdM 12 - Shit! This Is A Trap.
NBd17, Bengkalis - Riau.

Minggu, 25 Maret 2018.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 114K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
854 106 11
James Alger Zerona Sangat merasa kesulitan menangani Pekerjaannya di Perusahaan, Tiba-tiba sekretaris nya Meninggal di karenakan Kecelakaan. James m...
259K 37.6K 48
"Aku adalah Arabella Vroom dan aku akan tetap berada disisi suamiku, dia suka atau tidak." "Pernikahan ini bukanlah untuk diriku, aku pria bebas yang...