Semu [Completed]

By sajakgadis

55.8K 3.8K 150

"Ck. Kenapa sih setiap ketemu, selalu dalam kondisi memprihatinkan?" Suara itu, cukup membuatku mendongak mem... More

Prolog
01
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Epilog
Extra part

02

2.4K 144 4
By sajakgadis

Selama seseorang masih punya hati
Aku yakin,
Ia mampu menaklukkan keangkuhannya sendiri.

♡♡♡

Aku melangkah menyusuri tiap bangunan sekolah ini dengan teliti mulai dari taman sekolah, ,,koridor, ruang guru juga perpustakaan.

Baru saja aku dari Ruang Tata Usaha untuk mengisi formulir data diri serta kelengkapan pelunasan biaya daftar ulang, dari sana aku mengetahui kalau aku akan masuk dikelas XII IPS 3. Entah dimana kelas itu.
Aku meneliti tiap detail sekolah ini agar sewaktu-waktu tidak tersesat.

Sebenarnya sekolah ini berbentuk persegi seperti sekolah pada umumnya, luas dan berlantai dua. Fasilitas yang ada juga memadai, dari kelas ber AC, LCD proyektor, papan tulis kaca, whiteboard, serta kelas yang nyaman dan bersih.

Kegiatanku memindai sedikit buyar. Aku mendongak mendapati beberapa siswa-siswi yang berada dilantai dua melihat kearahku serta berbisik-bisik. Ada yang tersenyum lebar, mengernyit kasihan ataupun menyeringai dengan binar.

"Anak baru tuh, pasti kejadian lagi." Samar-samar kudengar seorang peŕrempuan bersuara disekitarku. Aku mengabaikannya, sekarang aku sedang berada dilapangan basket sekolah, ketika aku hendak berbalik untuk bertanya kelasku dimana, waktu seolah berlalu dengan begitu cepat.

Ketika sadar aku justru terpekik kesakitan, jatuh tersungkur kedepan dengan posisi menelungkup karena punggungku terasa didorong?

Masih dalam posisi menelungkup kesakitan, aku berbalik melihat siapa yang telah mencelakaiku dihari pertama. Aku bersumpah, bahwa itu adalah dorongan bukannya tidak sengaja terdorong.
Disana, aku menatap tajam pada dua orang pemuda. Dibelakang sana, Ada pemuda berambut berantakan dan tinggi dengan seragam yang semrawut tersenyum miring kearahku.

Sudah kubilang, ini pasti hal yang disengaja.

Dan yang kini ada dihadapanku, pemuda yang berambut acak-acakkan pula, seragam tertata namun atribut tidak lengkap sedang menatapku, tersenyum meremehkan. Seorang pemuda yang dapat dikategorikan tampan yang rambutnya acak-acakan ini mengulurkan tangan kearahku dengan gaya pahlawan. Sedang teman dibelakangnya itu tengah tersenyum miring kearahku sambil bersidekap.

Brengsek.!

Aku menatap uluran tangan itu datar, tidak berminat menggubrisnya sama sekali. Aku memaksa bangkit sembari menahan rasa sakit di lututku. Aku menatap mereka bertiga tajam. Melaser mereka dengan tatapan yang mungkin saja dapat membuat mereka hangus dalam sekejap.

Aku menyeringai, "Thanks ya, gue baru sadar kalo cowok banci itu masih ada di muka bumi ini." Aku menatap mereka datar. Kemudian melanjutkan, "Sayangnya gue udah kedaftar jadi murid disekolah ini. Andai bukan, udah pasti memalukan banget bersekolah disini dengan murid-murid yang minim moralitas." Tekanku dingin.

Astaga, andai aku tahu bahwa disekolah ini terdapat murid-murid yang minim menyerap pendidikan kewarganegaraan, sudah pasti aku menolak mentah-mentah bersekolah disini. Belum lagi, sepertinya adegan seperti inilah yang dijadikan ajang-ajang menyenangkan daripada menimba pelajaran. Memiliki banyak dukungan.

"Wow, songong juga nih anak baru. Siapa lo? Anaknya ketua HAM?!" Seru cowok dibelakang itu. Aku mengepalkan tangan. Benar-benar ingin kusumpal mulutnya.

"Untung bohay Jos. Yah, songong- songong ada nilai plus nya" Seru cowok berambut acak dihadapanku, dia memajukan wajahnya "dikit." lalu menyeringai. cowok didepanku ini tengah menatapku terang-terangan dari atas sampai kebawah lalu keatas lagi. Kurang ajar!

"Pendek lagi!" Tambahnya meremehkan. Aku semakin menatap mereka tajam.

"Kalian pernah SD? Kalau nggak gue kasih tau satu hal.  Guru SD gue pernah ngajarin, seharusnya orang banci itu diberi pendidikan moral dan nilai sosial. Gue rasa kalian butuh itu!" Ujarku sinis lalu beranjak meninggalkan mereka.

"Buset tuh bacot!" Seru keras cowok yang berada dibelakang dilihat dari suaranya dengan menantang, Aku sangat tidak peduli.

Belum sampai delapan langkah aku berjalan, aku mendengar anak-anak yang menonton kejadian tadi menertawakanku. See? Minim moralitas.

"KATA BUYUT GUE, ORANG GILA ITU HARUSNYA DI MASUKIN RSJ BUKAN SMAAAAA!!" Aku mengabaikan teriakan itu, tapi sesampainya di belokan koridor aku masih mendengar suara tawa dari beberapa siswa-siswi yang baru saja ku lalui.

Sialan, kenapa sih?

Aku menulikan pendengaranku. Kemudian melihat seorang gadis yang memegang banyak buku dengan berjalan tergesa-gesa. Aku berjalan cepat mengejarnya, "Maaf boleh tanya?" Tanyaku menyentuh bahunya setelah berada disampingnya.

Gadis itu berhenti, menatapku dengan mata bulatnya, "Ya?"

"Gue mau tanya kelas XI IPS 3 dimana?"

"Oh itu kelas gue. Mau bareng?" Tanyanya sembari tersenyum ramah. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Kami berjalan bersama menuju kelas, dia tidak tergesa seperti tadi. Mungkin merasa tidak enak.

"Lo murid baru?" Tanya gadis disampingku, aku menoleh menatap mata bulatnya. "Kayak yang lo liat." Ucapku mengedikkan bahu.

"Eh lupa, nama gue Anya, Anya Indanazulfa. Lo?" Jadi nama gadis bermata bulat ini Anya. Aku menerima uluran tangan Anya sembari tersenyum tipis.

"Gue Revalda Nesya."

"Dari mana?"

"Dari mana aja." jawabku, kehilangan mood.  Aku mengernyit melihat Anya yang sekarang tertawa.

"Rada-rada emang orang jamam sekarang." Ucap Anya masih tertawa. Apa barusan dia bilang aku gila? Aku menatap Anya datar. Gadis itu terbungkam seketika.

"Sans sist. Abis jawaban lo lucu. Hihi" Anya masih terkikik geli yang kubalas dengan memutar bola mataku malas. "Lo lebih lucu."

"By The Way, Thanks. Bukan lo doang yang bilang gue cantik. Kim Boom aja ngakuin kalo gue cantik." Ucap Anya mengibaskan rambut sebahunya dengan angkuh. Aku melongo menatapnya.

Ya Tuhan apa aku akan dapat teman sekelas sejenis ini?

Aku mengeluh dalam hati. Walaupun Anya orang yang tergolong manis ditambah dengan mata bulatnya, tetapi kelakuan Anya benar seperti orang aneh. Aku termasuk gadis yang jarang berinteraksi, tidak memiliki banyak teman juga bukan tipe-tipe gadis humble.

"Lo bikin si anak baru takut Nya." Celetuk seorang gadis yang tiba-tiba sudah ada disampingku. Aku menatapnya mulai dari bawah sampai atas. Perawakan tinggi langsing, kulit putih yang bening. Satu kata yang terlintas, Cantik.

Kulit putih serta wajahnya yang lembut membuat siapapun akan betah memandanginya.

"Ish. Tai bekicot lo." Anya cemberut melihat kehadiran tiba-tiba gadis disampingku ini.

"Well, kenalin gue Rahmanica Rizar, pangg-"

"Panggil aja belut berbulu." Sahut Anya memotong ucapan gadis itu, membuatnya mendelik kesal. Aku tersenyum tipis melihat kelakuan mereka. Sembari berjalan santai bersama.

"Dia memang rada gesrek. Nggak usah di respon. Panggil gue Ica alias ICAntik deh." Katanya mendayu.

Selanjutnya gadis yang bernama Ica itu tertawa keras mendengar ucapannya sendiri, sedangkan Anya berpura ingin muntah menanggapinya. Aku hanya tersenyum kecil, tidak tahu harus menanggapi apa. Jadi hanya,  "Gue, Revalda Nesya."

Aku bahkan tidak handal berteman dengan orang 'aneh'. Ups. Bisa dikatakan ini kali pertamanya aku berbicara dengan seseorang sejenis mereka. Rasanya berbeda, pasalnya temanku dulu tergolong cerewet. Namun, bukan saling melemparkan obrolan ringan seperti ini, lebih mengarah pada gosip, fashion, pacar dan lain sebagainya yang membuatku jengah.

Aku memang tidak bisa berteman baik dengan siapapun selain dia.

Ica berdehem membuatku menoleh kearahnya yang juga sedang melihat kearahku dengan tatapan bingungnya. Lalu Ica mengedarkan pandangnya, aku ikut mengedarkan pandanganku yang kini tengah didepan kelas XII IPS 3. kelasku?

Kuedarkan kembali pandanganku pada siswa-siswi yang memerhatikanku sambil tertawa kecil.
"Gue baru sadar, kalau dipunggung lo ada sesuatu." Ica berbicara pelan dan hati-hati.

Aku meraba punggungku dan terhenti ketika melihat sesuatu menempel disana. Kuraih dan kubaca,

Hai, aku orang gila yang kurang belaian dan uang lhoooo.....
Tolong beri ya teman-teman yang budiman!!
Aku nggak mau jadi perawan gila! XD

Sialaaann !!

Tulisan yang sangat tidak rapi tertera dikertas itu dan dipenuhi gambar doodle yang sangat jelek dan tidak senonoh. Dengan untaian kalimat yang sungguh Sialan.

Aku menatap kertas ditanganku tajam sambil meremasnya dengan geram. Wajahku memerah, bukan malu lagi yang menguasai, melainkan amarah yang sebentar lagi siap meledak. Sepertinya aku mengerti siapa yang melakukan ini. Aku menggeram dalam hati, siapa lagi?

"Al lo nggak papa kan?" Anya menyentuh bahuku hati-hati seakan-akan aku akan meledak bila tidak dipegangi.

"Gue bakal bales!" Ucapku tajam. Aku melihat kertas yang tergulung tidak beraturan itu, lalu menyimpannya ke saku rokku.

"Al tapi dipunggung lo masih ada-" Aku langsung meraba punggungku cepat.

Double shit !

Ada permen karet basah yang menempel pada seragamku, kemungkinan sehabis digunakan untuk menempelkan kertas itu. Aku benar-benar menyumpah serapahi orang itu. Beberapa detik kemudian aku menyeringai samar, sesaat suatu ide terlintas dikepalaku.

lihat saja nanti.

"Ayo masuk! Ini kan kelasnya?" Aku menatap mereka datar yang dibalas dengan anggukkan kaku.

********

Aku duduk di pojok kanan baris kedua dari belakang. Di depanku adalah bangku Ica dan Anya. Hanya bangku ini yang terlihat kosong dan tidak berpenghuni. Secara keseluruhan, Aku menyukai kelas ini karena sama dengan kelas-kelas yang lain walaupun kelas ini bukan termasuk kelas Exellent atau unggulan. Aku juga menyukai tempat dudukku yang begitu strategis yang membantu memudahkan kegiatan tidurku sewaktu-waktu.

Aku menghela nafas pelan, aku merasakan bau permen karet yang ada pada seragamku kini mulai menguar. Aku tidak membawa jaket, kulihat sepertinya Anya dan Ica juga tidak membawanya. Terlalu gengsi juga untuk meminjam pada yang lain, nama pun aku juga belum tahu.

Sebenarnya bel masuk sekolah sudah berbunyi, tapi belum ada guru yang datang ke kelas. Mereka hanya memandangku penasaran dan berbisik-bisik. Ketika masuk, beberapa kali tadi sudah ada yang mengajak berkenalan.
Aku menghela nafas, "Sial banget perasaan." Aku menggumam pelan.

Bagaimana tidak? Baru pertama masuk sekolah sudah mendapat ujian seperti ini.

"Lo?" Aku tersentak dari lamunanku, saat mendengar suara seseorang-pemuda- menginterupsiku. Aku mendongak pada seorang pemuda yang meletakkan tas di bangku sampingku. Sedetik kemudian aku melotot, andai tidak ada saraf sebagai penopangnya, aku yakin mataku mungkin akan benar-benar menggelinding keluar dari tempatnya.

"Wih, beruntung banget hari ini." Aku hanya menatap datar pada pemuda yang mendorong ku saat dilapangan tadi.

Aku memalingkan wajah berusaha tidak peduli ketika cowok itu duduk dengan terus menatapku.
"Baru kali ini, gue suka dapet temen sebangku." Ucap pemuda itu yang tak kuacuhkan. Aku mengendalikan diriku sebaik mungkin untuk bersikap tenang. Aku akan pindah bangku. Harus.

Bagai angin lalu, tak kuhiraukan ucapannya. Bahkan sampai guru datang. Aku masih berusaha.

_______________

Jangan lupa vote dan Comment ya😊

Cerita pertama semoga suka😘

Ig : novitas33

Follow ig aku juga ya.  Hehe

Continue Reading

You'll Also Like

39K 8.5K 44
Hallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan ta...
681K 54K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

725K 35.2K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6K 1.7K 43
[FOLLOW SEBELUM BACA] • Spin off Ketos Vs Sekretaris OSIS • Bisa dibaca terpisah ____ Vino Bramantio. Cowok ceria, berisik, dan memiliki kepercayaan...