Reuni Mantan di Manhattan #OD...

By Belattedonat

50.5K 2.2K 1.6K

COMPLETED. (Proses revisi secepatnya). Range : [18++] Diharapkan pembaca bisa bijak. Jika memaksa membaca, si... More

Bienvenue
Préface
Prologue
RMdM 01 - Other Side
RMdM 02 - What?!
RMdM 03 - Allardo's Club
RMdM 04 - Crazy
RMdM 05 - False
RMdM 06 - Indonesia
RMdM 07 - After Those Day
RMdM 08 - Hot Chocolate vs. Hot Coffe
RMdM 10 - Back with New Scandal
RMdM 11 - Frankfurt
RMdM 12 - Shit! This Is A Trap
RMdM 13 - Semaine Des Creatuers du Mode
RMdM 14 - Drunk on You
RMdM 15 - Come and Gone
RMdM 16 - Snow Is...
RMdM 17 - The Way You Look At Me
RMdM 18 - Happier Family
RMdM 19 - But She Was Pregnant
RMdM 20 - Damn News
RMdM 21 - The Dealing?
RMdM 22.1 - Holiday on Brithday
RMdM 22.2 - Holiday on Brithday
RMdM 23 - Aurora's to Us
RMdM 24 - Pieces of Facts
RMdM 25 - New Beginning
RMdM 26 - Reasons
RMdM 27.1 - His Old Story
RMdM 27.2 - His Old Story
RMdM 28 - All of Him
RMdM 29 - Rio's Shoulder
RMdM 30 - The Wedding
Epilog

RMdM 09 - Becaused

1K 55 16
By Belattedonat

If you want to make your dreams come true, the first thing you have to do is wake up. - J.M Power -

My playlist today: Taylor Swift - Wildest Dream, how yours?
(Tag anak swifties ah OrekiHoutarou_)

"Gaunmu sudah?"

Lagi-lagi suara bariton itu mengintrogasinya. Dan kepalanya mengangguk lagi. Menandakan jika yang dipertanyakan memiliki jawaban sudah.

"Tak apa bukan jika besok sederhana dulu? Setelah liburan, aku janji akan membuat yang lebih meriah dari-"

"Kau sudah menanyakan perihal yang sama hampir lima kali." Akhirnya dia memotong ucapan pria menyebalkan di balik kemudi Lamborghini Reventon abu kehitaman dengan putaran bola mata yang mengikuti. Menjadi tanda bahwa dia jengah dengan pertanyaan yang itu lagi-itu lagi.

"Dan jawabanku selalu sama, apa masih belum jelas?" tambahnya sambil melipat tangan di depan dada, dia pun mengabaikan beberapa anak rambutnya yang berterbangan nakal akibat kap mobil yang dibuka.

"Oke, oke. Enough," sahut pria itu dengan cengiran bersalah sambil menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk kanan yang bebas dari setir.

Sudah sedari pagi sepasang kekasih ini menghabiskan waktu demi mengurusi keperluan mereka. Semua jadwal sang pria pun sengaja dikosongkan khusus. Tanpa meeting, tanpa kerjaan dan tanpa tumpukan berkas. Dia bukan bosnya, untung dia bekerja di perusahaan keluarga, setidaknya tidak perlu khawatir ada surat peringatan dengan alasan membolos sehari.

Bukan tidak bisa jika menyuruh orang suruhan atau sekedar wedding organizer untuk mengurusi, sang calon penggantin prialah yang menghendaki. Alhasil mereka hilir-mudik kesana-kemari, padahal besok adalah hari besarnya.

Berbeda dengan kebudayaan di Indonesia yang memiliki proses pingitan untuk calon penggantin di suku jawa, ataupun larangan mempelai yang mencoba baju pernikahannya sehari sebelum acara dimulai di Filipina, di Eropa sah-sah saja melakukan keduanya.

Apalagi David yang berdarah Amerika, itu artinya dia bebas menentukan. Karena orang Amerika, mengutamakan kebebasan yang menjaga privasi dalam setiap bidang, termasuk untuk pernikahan. Begitu pula dengan El yang kata Raina- ibu angkat El di panti asuhan- orang Britania asli. Bagi mereka tidak ada tradisi-tradisi yang harus dijalani menjelang menikah, namun tradisi itu akan menyusul setelah menikah dan pergantian nama belakang.

"But Dave, are you sure?" suara merdunya bertanya dengan nada tidak yakin yang terselip.

"Sudah, tidak apa. Aku yakin dia akan datang, jika pun tidak," pria yang baru saja memberhentikan laju Lamborghini yang mereka tumpangi itu menghendikan bahunya, "itu salahnya. Bukankah kita memiliki privasi untuk memilih pilihan masa depan, bukan?" imbuhnya menoleh ke arah kanan- tepat di mana lawan bicaranya berada.

"Tidak perlu berpikir terlalu keras. Meskipun tidak datang, aku tetap akan menikahimu. Dia juga bukan hal yang penting."

Ketulusan dari ucapannya yang berpadu dengan senyuman manis menenangkan hati El seketika. Wanita yang sedang terbalut gaun santai bercorak floral tersebut tanpa ragu mengangguk dan menarik kedua ujung bibirnya, membalas senyuman prianya.

"Sampai bertemu besok di hari bahagia kita. Tidurlah dengan nyenyak malam ini, Queen. Kau perlu istirahat cukup dan berkualitas." Pucuk rambut pirangnya di acak asal oleh pria di depannya. Mereka sudah berdiri di sebelah pintu mobil yang terbuka ke atas.

"Karena besok kau harus aku kurung di atas ranjangku seharian. We must have sexs all day. Just us. Just you and me," tambah pria itu lalu mendaratkan kecupan hangat di keningnya. Sarat akan kehati-hatian dan kasih sayang.

"For God shake! Bagaimana bisa aku mulai beristirahat dan mendapatkan kualitas yang bagus jika kau saja masih mencium keningku terlalu lama?" Suara bernada judesnya menjauhkan kesan melakoli yang terasa beberapa saat lalu.

"Apa kau ingin menginap? Pertanyaannya dijawab oleh gelengan. Berarti pria ini tidak sedang ingin menginap.

"Aku hanya terlalu senang. Ya sudah, pergilah. See you tomorrow on Altar, my Queen." Dan jarak tubuh mereka pun menjauh, saling berpisah satu sama lain.

Barangkali pernikahan ini akan berbeda dengan acara pada umumnya. Tidak ada keluarga besar, tidak ada kerabat bahkan ayah dari mempelai wanita yang akan mengantar ke altar pun tidak ada.

Queen Lexie Elizabeth, jika menilik dari namanya, sudah pasti semua orang akan mengira dia keturunan kerajaan Inggris. Namun naas, dia tidak lebih dari seorang wanita sebatang kara yang tidak pernah bertemu orangtuanya sedari kecil. Besar di lingkungan panti dan bekerja di kelab malam. Dia hanyalah El.

Kontras dengan seorang David Latrevo Debendrof, pria muda yang berhasil meraih gelar magister-nya di usia 22 tahun itu, memang sengaja tidak mengundang siapapun. Tidak kakaknya, temannya, apalagi ibunya. Mana sudi pria itu mengundang pembunuh.

***

Suara sayup-sayup tertangkap oleh telinganya. Ada suara dari beberapa orang yang seperti kesenangan, ada pula yang seperti menahan histerisnya di lantai delapan apartemen lusuhnya ini.

Lusuh bukan berarti kotor, mengingat bangunan apartemen ini memang sudah dimakan usia. Dia berdiri sejak setengah abad yang lalu.

Bukan tidak ingin mendapatkan tempat tinggal yang bagus dan apik, tapi rasanya itu agak sulit mengingat pemasukannya pun tidak banyak sebagai pelayan malam.

Hidup di lingkungan panti dengan saudara berbeda orangtua membuatnya harus keluar dari sana saat usianya memasuki 17 tahun. Dia sadar, usianya sudah cukup untuk memulai kehidupan di luaran. Alhasil, di sini lah dia, menjadi seorang pelayan kelab malam hampir dua tahunan. Namun sebelum mengenal kelab, dia sempat bekerja di butik sebagai pramuniaga.

"El!" Sapa wanita yang lebih tua dari dirinya beberapa tahun. Ternyata wanita inilah yang menjadi sumber hiruk-pikuk yang sedang berlangsung.

"Tumben kau ke mari? Membuat kehebohan saja di apartemen lusuhku ini," kekehnya sembari mendekat.

Beberapa orang yang tadinya heboh, mulai membukakan jalan untuk El menuju unit-nya. Wajar jika mereka heboh saat melihat model muda yang sedang naik daun dan cantik berkunjung tiba-tiba ke deretan tempat tinggal tua ini. Tentu kesempatan tersebut akan digunakan untuk meminta selfie atau sekedar tanda tangan.

"Aku hanya ingin membicarakan sesuatu, El. Bisa?" Verona menjawab agak berbisik di telinganya. Terdengar seperti ada nada tidak enak di kalimatnya.

"Jelas saja harus bisa, Ve."

Itu bukan El yang menjawab, melainkan wanita tua dengan perawakan yang tegas. Wanita yang memoleskan lipstik merah cerah, baju glamour dan tatanan rambut bak bangsawan itu muncul di depan El dan Verona. Membuat orang-orang bubar seketika saat melihat keberadaan dua pria gagah sebagai bodyguard di sisi kiri dan kanannya.

El yang tidak mengerti ada apa hanya bisa mengerutkan keningnya. Dia melirik ke arah Verona, wanita beriris hitam tersebut malah terlihat menelan ludahnya slow motion.

"El, kita masuk saja dulu, ya?"

Otomatis El pun mengangguk karena memang dia juga penasaran ada apa. Dengan cepat dia membukakan pintu untuk tamunya. Sementara dua bodyguard tadi hanya berdiri tegak di depan pintu, menjaga seakan-akan takut ada yang menguping.

"So, you know who am I, right?"

Wanita tua yang duduk bersebelahan dengan Verona, tapi bersebrangan dengan dirinya, mengangkat dagu secara angkuh. Dia seperti sedang menunjukkan siapa yang berkuasa.

El yang melihat cara wanita itu berekspresi seperti mengingat seseorang. Gaya angkuh mereka sama. Tidak, bukan hanya itu. Mata dan bibir mereka ternyata juga sama.

"Jadi kau siapa?"

Ketus wanita itu lagi pada El setelah menangkap mimik terkejutnya.

El tau dia siapa. Shit!

Ya, tidak salah lagi. Dia Alecia Debendrof. Ibu kandung dari calon suaminya. Wanita yang pernah dia ketemui sekali dan dimarahi habis-habisan oleh David. Tapi...

"Berhubungan di belakangku dan akan menikah besok pagi, nona?" Nada mengejek kentara dalam kalimat penuh penekanannya.

Tidak ada yang menjawab. Suasana masih hening. Sementara El yang biasanya cerewet sana-sini seketika bungkam. Dia tidak takut, tidak. Dia hanya merasa ... tidak pantas. She's not confident!

"Debendrof group, perminyakan, casino, hotel dan mata uang asing. Bisnis keluarga kami terlalu banyak untuk dipimpin oleh pria gagah seperti anakku. Dia masih terlalu muda. Dan dia juga masih membutuhkan wanita yang setara."

Glek!

Apa? Wanita yang...

"Aku tidak pernah melarang kalian menikah. Menikahlah jika kalian ingin. Tapi ingat, pernikahan bukan tentang cinta semata. Kalian juga harus memiliki komitmen yang kuat. Atau, mungkin akan terdengar lucu jika ada berita yang muncul tentang seorang David Debendrof menikahi wanita biasa lalu berpisah sebulan setelahnya. Kau mau yang seperti itu, hm?"

Alecia berucap panjang lebar. Dan tanpa dia sadari kalimatnya menohok hati El.

Benar. Dia hanyalah wanita biasa.

Apalah cinta jika itu yang menjadi landasan utama pernikahan mereka. David masih 24 tahun, begitupun dia, masih 20 tahun. Jalan mereka masih panjang di tengah kehidupan bebas negara maju seperti London, apa iya mereka bisa berkomitmen sampai akhir? Cinta hanya akan bertahan sebentar, paling lama 3 tahun, setelahnya yang mengisi adalah komitmen dan kesetiaan.

"Maaf madam, maaf jika kami bersembunyi di belakangmu. Aku sudah katakan pada David jika membicarakan terlebih dahulu hal sepenting ini padamu, namun nihil. Dia tetap bersikeras," El yang sedari tadi hanya bisa terdiam kini mulai menyahut dan mengatakan yang sebenarnya.

Dan benar, bukan El yang mau pernikahan mereka sepi, mengingat dia yang memang sudah sebatang kara, melainkan David lah orangnya.

Kata David, Alecia tidak perlu tau. Toh ibunya itu tidak akan setuju, karena jika sudah menikah, otomatis tapuk kekuasaan Debendrof Group akan berpindah dari Alecia ke tangan David. Dan David tau, ibunya tidak akan rela terlebih bagaimana dulu dia mati-matian mendapatkan harta kekayaan ayahnya, sampai harus mematikan sang empunya yang sebenarnya.

Alecia hanya tersenyum sombong saat mendengar perkataan El, dia menghendikan bahunya.

"Je pense que c'est assez, Ve."

Kali ini tatapannya tertuju pada Verona yang sedari tadi juga ikut diam di antara mereka. Alecia berucap menggunakan bahasa francaise yang justru tidak dimengerti El, membuat wanita muda itu mengerutkan alis menatap Verona. Seperti meminta jawaban atas kalimat aneh Alecia.

"Aku akan pulang." Alecia berdiri. Verona sontak ikut berdiri, mengabaikan tatapan El.

"Aku akan menghubungimu secepatnya, El. Aku pergi dulu," pamit Verona yang menyusul Alecia di depannya. Meninggalkan El di ruang tamu apartemen yang sempit seorang diri.

Hatinya seperti ... ngilu.

Apa yang dikatakan Alecia benar. Akan tetapi, dia juga percaya pada David yang pasti akan setia. Pria itu sudah membuktikan selama satu tahun belakangan mereka berhubungan. Dia dingin, tapi selalu menghangat jika bersamanya. Dia tempramen, tapi selalu luluh jika sudah tentang dirinya. Bagaimana bisa El akan berpikiran David tidak setia-,

Verona Victoria:

El, aku tau ini berat bagimu. Tapi semoga kau bisa kuat, ya.

Lexie Elizabeth:

Kuat? Maksudmu apa, Ve?

Setelah mengetik balasan, El mengerutkan keningnya berpikir. Apa maksud dari pesan Verona dan kenapa dia harus kuat?

Dilihatnya lagi ponselnya yang masih sunyi, belum ada balasan.

Dengan masih menggunakan pakaian yang sama tadi pagi, El melangkah menuju dapur, dia haus. Tapi belum sempat dia meneguk air, ponselnya berbunyi dua kali, menandakan ada balasan yang dia nanti sudah terbalaskan.

Verona Victoria.

Mommy David menemuimu bukan tanpa alasan, El. Dia memberimu peringatan sekaligus pilihan. Kau ingat Mr. William yang mati ditangannya demi harta dan kekayaan perusahaan? Jika kau ingat, aku bersyukur. Tapi jika kau lupa, aku ingatkan, mommy David tidak akan ragu untuk menyingkirkan apapun yang menghalangi jalannya. Jika suaminya saja dia bunuh, bagaimana dengan David yang setelah menikah akan merebut jabatannya. Saranku, pergilah El. Pergi jika kau tidak ingin David kenapa-kenapa. Aku sebagai teman hanya bisa mengingatkan sebelum hal yang lebih buruk terjadi. Aku kenal benar siapa Alecia Debendrof beserta kekejamannya.

Tubuhnya menegang setelah membaca pesan dari Verona. Bukan karena panjangnya, melainkan karena isinya. Membunuh? Di bunuh?

Belum juga selesai dia dengan pertanyaannya, ada pesan lain masuk.

David Debendrof:

Send a pic

Rasanya tidak sabar menunggumu berjalan menghampiriku di sini. Semoga kau suka dengan dekorasi gereja untuk kita. Selamat beristirahat, Queen, to be my Queen tomorrow.





Bingung? Sama dong!😂

Sesuai judul, because, ya jadinya inilah dia 😊

Btw, tetap don't forget jejak manja nan nyatanya, ya gaes ❤❤

RMdM 09 - Becaused.
NBd17, Bengkalis - Riau.
Kamis, 22 Maret 2018.

Continue Reading

You'll Also Like

88.4K 7.2K 32
From bestfriend to husband. Begitulah hubungan Merry dan Dino. Berawal dari perjodohan mereka, persahabatan mereka sejak TK merenggang. Namun, pada...
3.7M 277K 36
Padma Asia Ardento. 27. Chef. "Apa kamu masih mencintainya?" Asia terpaku mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Mbak Manda, seorang konsult...
1.9M 91.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
860K 81.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...