Reuni Mantan di Manhattan #OD...

By Belattedonat

50.5K 2.2K 1.6K

COMPLETED. (Proses revisi secepatnya). Range : [18++] Diharapkan pembaca bisa bijak. Jika memaksa membaca, si... More

Bienvenue
Préface
Prologue
RMdM 01 - Other Side
RMdM 02 - What?!
RMdM 03 - Allardo's Club
RMdM 04 - Crazy
RMdM 05 - False
RMdM 06 - Indonesia
RMdM 08 - Hot Chocolate vs. Hot Coffe
RMdM 09 - Becaused
RMdM 10 - Back with New Scandal
RMdM 11 - Frankfurt
RMdM 12 - Shit! This Is A Trap
RMdM 13 - Semaine Des Creatuers du Mode
RMdM 14 - Drunk on You
RMdM 15 - Come and Gone
RMdM 16 - Snow Is...
RMdM 17 - The Way You Look At Me
RMdM 18 - Happier Family
RMdM 19 - But She Was Pregnant
RMdM 20 - Damn News
RMdM 21 - The Dealing?
RMdM 22.1 - Holiday on Brithday
RMdM 22.2 - Holiday on Brithday
RMdM 23 - Aurora's to Us
RMdM 24 - Pieces of Facts
RMdM 25 - New Beginning
RMdM 26 - Reasons
RMdM 27.1 - His Old Story
RMdM 27.2 - His Old Story
RMdM 28 - All of Him
RMdM 29 - Rio's Shoulder
RMdM 30 - The Wedding
Epilog

RMdM 07 - After Those Day

1.1K 62 42
By Belattedonat

Haters keep on hating, cause somebody's gotta do it. - Chris Brown -

My playlist today: One Direction - Night Changes, how yours?
(Ngeliat ini MV bikin aku sadar, I missing them so fuckin' much!)

Perubahan zona waktu dan iklim yang sedang berlangsung padanya, memang harus diakali sepintar mungkin guna bisa beradaptasi. Lingkungan baru pun biasanya memberi suasana baru yang khas pula.

Akan tetapi, entah kenapa untuk kali ini ada perasaan berdebar luar biasa yang dia rasakan. Debaran ini jelas menganggunya. Rasanya seperti akan mendapat doorprize yang dinanti-nantikan, begitulah yang tengah dirasakan David sedari pagi. Namun dia berusaha menepis perasaan itu sebisanya.

Dia kira hal ini wajar, mengingat satu jam ke depan hotel yang merupakan objek konsolidasi dia bersama teman-temannya akan launching perdana di Jakarta. Akhirnya, pemilihan kota yang sempat menjadi bahan perselisihan di antara dia, Allard, Max dan Rio pun berakhir di Jakarta.

Bukan tanpa sebab perselisihan itu terjadi. Melainkan karena Allard dan Max yang berasumsi, jauh lebih bagus mereka menanam saham di kota Bali yang notabenenya adalah kota para turis Indonesia, sehingga di sana tidak akan sepi pengunjung. Sedangkan dia dan Rio bersikukuh dengan pilihan kota Jakarta. Sebagai Ibukota negara Indonesia, David dan Rio yakin jika omset yang ada di Jakarta lebih besar daripada Bali. Maka dari itu mereka mengusahakan bagaimana pun caranya untuk bisa mendapatkan kota Jakarta sebagai ladang bisnis melalui projek hotel bersama ini.

Berbicara tentang Rio, hingga hari ini pun David belum menanyakan ada apa sebenarnya antara Rio dengan El. Saat kemarin Rio meneleponnya dan menganggu tidurnya pun, dia tidak membahas itu. Karena menurut David, akan lebih baik menanyakan langsung face to face.

"Ready?" Allard yang baru saja selesai memasang dasinya menghampiri David yang sedang termanggu di balkon hotel.

"Kau yang terlalu lama bersiap, sudah seperti wanita saja." David bangkit dan sedikit merapikan jasnya yang masih rapi itu- bermaksud menyingkirkan debu yang tidak kasat mata. Kemudian masuk ke kamar hotel untuk menuju ke lift.

"Max membawa wanita malam ini." Celetuk Allard saat mereka sudah di dalam private lift menuju lantai acara tempat menyelenggara pembukaan.

David dan Allard sengaja menginap di hotel mereka. Selain karena malas repot, mereka juga mau menikmati terlebih dahulu fasilitas yang mereka siapkan untuk para pelanggan nantinya. Sekalian uji kelayakan, kata Allard begitu.

Jika membeli mobil saja memerlukan test drive, menginap di hotel seharusnya juga, 'kan? Ya, kurang lebih begitulah perkiraan mereka, meski tidak mungkin juga setiap tamu yang memesan kamar harus menginap secara cuma-cuma dulu seperti test drive. Yang ada malah buntung. Ini hanya sekedar simbolik untuk alibi semata. Berbeda dengan Max yang memilih menginap di salah satu apartemennya. Pria plontos itu bilang, mungkin dia juga akan lama di Indonesia.

"Bukankah Max dan wanita tidak pernah bisa dipisahkan, hum?" Sahut David sambil menyandarkan punggungnya di dinding lift sembari menanti dengan tangan yang bersembunyi di balik saku celana.

Allard mengangguk setuju. "Kau tidak ingin-"

"Jika kau berpikir seperti itu, kau jelas tau itu tidak akan terjadi," tukas David santai. Lagi-lagi menyela kalimat orang. Dia tau apa kelanjutan dari pertanyaan Allard, makanya dia langsung menyela.

Allard mendengkus. Benar, adiknya ini pasti tidak akan membawa wanita. Membuang tenaga saja menanyakan hal itu. "Memangnya kalau tidak rindu rasanya wanita, Dave?"

"I don't fucking care. Anal juga tidak kalah nikmat."

Dengan langkah besar David keluar dari lift yang bertepatan sudah tiba di ballroom setelah mengatakan kalimat frontalnya. Sementara Allard hanya bisa menggeleng-geleng takjub.

Semua berawal dari sosok adiknya yang sedang hancur dan patah hati beberapa tahun lalu. Bertemu Rindrorius yang merupakan salah satu partner-nya dalam kerjasama kelab malam. Rindrorius yang memang terkenal gay itu, entah bagaimana malah menularkan kebiasaan seksnya kepada David. Alhasil, David pun kini ikut menjadi penikmat sesama jenis.

Allard tidak tau bagaimana cara mereka berhubungan, yang Allard tau cuma tentang David yang memiliki partner lain di beberapa negara yang biasa dia kunjungi atas nama bisnis. Kata David, dia tidak bisa asal tusuk dan menikmati. Ada aturan dan cara mainnya agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual contohnya.

***


Setelah berjuang dalam memoleskan foundation, bedak, blush on, eye shadow, maskara, eye brown serta lipstik sebagai sentuhan terakhir, wanita bergaun ombre purple itu menggandeng secara lekat lengan yang berjalan di sampingnya. Sementara lengan kokoh yang digandengnya dengan hati-hati menuntut jalan mereka menuju keramaian di depan sana. Tidak lupa pula bobot beban tambahan yang berada dalam gendongan pria tersebut- gadis kecil mereka.

"Nanti ada es klim 'kan, Pa?"

Suara mungil terdengar dari gadis kecil dalam gendongan pria yang dipanggil papa. Dia mengedarkan pandangannya mengamati sekitar. Gadis kecil yang menggunakan gaun mini berwarna merah jambu, merasa terpukau dengan keramaian yang menerpa netra birunya. Banyak orang dewasa bertebaran dimana-mana.

"Tapi nanti makan es krimnya disuap aja ya, sayang?"

Mengerti dengan maksud pertanyaan putrinya, El pun menjawab mewakili Rio.

"Iya, aku mau lasa coklat ya!" Sahut gadis bernama Snow itu tampak antusias sambil mengangguk.

"Ya sudah, sini. Papa mau ketemu teman-temannya dulu." El meraih Snow dari gendongan Rio.

"Tidak usah, El. Ayo sekalian saja," tutur Rio dengan lembut. "Aku juga ingin memperkenalkan kalian dengan teman-temanku," tambahnya lagi.

El merasa gugup seketika. Ini bukan acara besar yang dia datangi pertama kali, tapi ini adalah kali pertamanya Rio memperkenalkan dia kepada teman-temannya. Kata Rio, temannya semua sibuk. Dan untuk kesempatan kali ini mereka bisa berkumpul semua. Pria itu tidak ingin melewatkan kesempatan langka ini dengan memperkenalkan El dan Snow. Mengingat El selama ini cukup lama bersamanya tanpa ada yang tau.

Snow yang masih berada dalam gendongan Rio ternyata tidak menjadi halangan untuk pria itu memeluk erat pinggang El melalui tangan sebelah kanannya yang bebas. Mereka bertiga terlihat seperti keluarga harmonis yang manis. Ayah yang gagah, ibu yang cantik serta putri yang lucu. Andai saja....

"Hei Max!" Sapa Rio kepada pria plontos yang memakai setelan tuxedo biru mudanya. "Dimana yang lain?"

Max menoleh beserta wanita berwajah oriental di sampingnya- teman kencan Max malam ini. "Mereka sudah diperjalanan katanya," sahut Max dengan tangan yang juga menggandeng pinggang wanitanya.

"So ... beautiful lady and daugther. Who they are?" Max berucap sambil mengangkat alis meminta jawaban dari Rio. Tidak lupa juga dia melemparkan tatapan selidiknya.

"Oh iya. Max, ini El. El ini Max." Rio memperkenalkan mereka. El tersenyum sopan pada Max, sedangkan pria plontos tersebut dengan cepat mengulurkan tangan kanannya yang bebas untuk bersalaman.

"Jangan sentuh dia, Max." Sergah Rio tegas sambil menyelamatkan tangan El yang hampir menyalami tangan Max.

Max memandang kesal ke arah Rio yang melarangnya bersalaman dengan El. Dia bahkan melupakan keberadaan wanita di sampingnya demi jabat tangan itu. Rio malah melarang.

Dasar pria hidung belang! Sekiranya begitulah kalimat yang keluar dari tatapan Rio untuk Max, jika saja mata pun bisa ikut melontarkan kalimat.

"Dia tidak bisa kau jadikan mangsa. Cukup kau lihat saja," nyatanya mulut Rio malah berucap begini sambil tersenyum mengejek pada Max yang menunjukkan ekspresi jeleknya. Well, tidak jelek juga. Karena mereka memiliki fisik yang oke punya, jadi untuk takaran menjadi benar-benar jelek agak sulit.

"Ah, ya sudah. Aku menyentuh gadis kecil ini saja." Max melempar pandangannya ke arah Snow. "What is your name sweet girl?" tanya Max masih menggunakan bahasa inggris.

"Snow, Uncle." Kali ini El yang menjawab. Putrinya itu baru berusia empat tahun. Snow memang bisa berbahasa inggris, tapi hanya sekedar yes-no-miss-love, lebih dari itu vocabullary-nya masih minim mengingat mereka yang hidup di lingkungan orang Indonesia dengan bahasa keseharian yang juga sama, bahasa indonesia.

"Good-"

"Kami melewatkan sesuatu?" Allard datang dan tidak membiarkan Max menyelesaikan kalimatnya.

Sontak saja, semua orang yang ada di sana menolehkan pandangannya ke arah suara bariton barusan.

Speechless.

Allard yang tadinya berniat menyapa dengan antusias, malah terbungkam setelah berdiri di antara teman-temannya. Terlebih menangkap sorot itu.

Tapi bagaimana pun, memang apalagi yang membuat cerita klasik ini menjadi menarik kalau bukan pertemuan antara seorang David Debendrof dan Queen Elizabeth? Si Pesakitan dan penyebab sakit itu sendiri.

Dengan ragu, dia melirik ke arah adiknya sedikit. Dan benar saja. Benar, adiknya pun tidak kalah terkejut. Wajahnya tampak berubah meski tidak kentara, mengingat pria itu yang selalu sebisa mungkin memasang wajah datar di depan umum.

Sementara El, gadis berambut pirang yang tadinya tersenyum saat memperkenalkan Snow seketika itu tersentak juga. Dia tidak kalah kaget.

Pria itu ada di sini. Mereka bertemu lagi? Atau... jangan-jangan memang benar pria itu yang mengangkat telepon Rio beberapa malam yang lalu? Tapi ... kenapa bersama wanita sintal yang terlihat asing? Kemana perginya Verona?

"Baru lagi, Dave?" Max tersenyum miring menyapa David yang datang bersama Allard beserta seorang wanita yang mereka jumpai tidak sengaja di depan ballroom. Kebetulan pula wanita tersebut pernah bekerja sama dengan David di bidang teknologinya. Tidak etis saja rasanya jika harus berlakon tidak sopan, bukan?

Seakan baru tertarik ke dunia, David sempat mengerjap mata beberapa kali, tangannya seketika memeluk wanita bertubuh sintal bernama Felin yang memang tidak jauh dari sisinya. Entah sengaja ataupun tidak, si wanita itupun dengan senyum merekah menyambut rangkulan David yang terlihat posesif.

"Like what you see, Max," David menyahut dengan alis yang diangkat dramatis untuk mengiyakan.

Allard tidak bodoh, dia jelas tau dari mana asal wanita dalam rangkulan David. Wanita yang mendatangi mereka beberapa waktu lalu ini jelas suka dirangkul oleh adiknya. Mengingat sedari tadi dia pun mencuri pandang ke arah David.

"Look beautiful, Dave," itu suara Rio. "But, I have then beauty. My Queen, El." Rio memperkenalkan El yang ada dalam rangkulannya. "And this is Snow," sambungnya memperkenalkan Snow dalam gendongan yang belum juga kendor.

Rio tidak tau, apa yang dia lakukan tersebut sukses membuat David menengang. Pria ber-tuxedo navy itu terkejut sekaligus marah dengan sapaan yang dipakainya. Sapaan itu, hanya miliknya!

Queen.

My Queen.

Damn it!

Apa yang sedang terjadi di sini?!

"Nice to know you, Mr. Debendrof."

Di luar dugaan! El menyapa David tanpa merasa bersalah ataupun berdosa sama sekali. Dia menyapa David seakan kata maaf tidak berlaku di antara mereka yang seperti baru berkenalan setelah Rio memberitahu marganya. El berperan seolah kata kita tidak pernah ada untuk mereka sebelum hari itu.

Hari di mana dunia menyadarkan mereka jika buah pare memang pahit.

Jika matcha yang penuh manfaat itu pun sama pahitnya.

Tepat di hari wanita pirang itu memutuskan untuk melepaskan semua. Dan pergi untuk selamanya.

Selamanya.

"Nice to know you too, Ms. Elizabeth," David menyahut dengan smirk dan nada menyombong yang malah menyayat hati wanita itu perlahan.

Tidak.

Dia tidak boleh menyesal.

Semuanya memang harus begini!

Hedeh. Dedeq lelah, butuh es krim #geplak

Btw, gimana?

Oiya, tetap ya. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK MANJA NAN NYATANYA, gaes tercintah!❤

RMdM 07 - After Those Day.
NBd17, Bengkalis - Riau.
Selasa, 20 Maret 2018.
(Anw, emak gue ultah ^^)
Hbd teruntuk wanita terhebatku ❤

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 35K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
467K 60.4K 56
Lima tahun lalu kehidupan Maxmilian Lylod hancur saat Isabel, istri yang baru di nikahinya selama sepuluh hari meninggal di depan matanya, Max beruba...
819K 72.9K 45
Alexa Richards terluka luar dalam, sampai akhirnya ia menutup dirinya dari yang namanya hubungan percintaan. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri t...
16.9M 750K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...