Surrender of Obsession

By annieegreenn

1.2M 86.9K 1.9K

SURRENDER SERIES #3 √ Completed √ ~ Setelah bertahun-tahun Ryan mempertahankan topengnya sebagai sosok yang d... More

SF to SO
SO - BAB 1
SO - BAB 2
SO - BAB 3
SO - BAB 4
SO - BAB 5
SO - BAB 6
SO - BAB 7
SO - BAB 8
SO - BAB 9
SO - BAB 10
SO - BAB 11 (Rated)
SO - BAB 12 (Rated)
SO - BAB 13
SO - BAB 14
SO - BAB 15
SO - BAB 16
SO - BAB 17 (Rated)
SO - BAB 18
SO - BAB 19
SO - BAB 20
SO - BAB 21
SO - BAB 22
SO - BAB 23
SO - BAB 24 (Rated)
SO - BAB 25
SO - BAB 26
SO - BAB 27
SO - BAB 28
SO - BAB 29
SO - BAB 30
SO - BAB 31
SO - BAB 33 (Rated)
SO - BAB 34
SO - BAB 35
SO - BAB 36 (Rated)
SO - BAB 37
SO - BAB 38
SO - BAB 39
SO - BAB 40
SO - BAB 41
SO - BAB 42
SO - BAB 43 (Rated)
SO - BAB 44
SO - BAB 45
SO - BAB 46
SO - BAB 47
SO - BAB 48
SO - BAB 49
SO - BAB 50
SO - EPILOG
CATATAN PENULIS
SPIN OFF SERIES

SO - BAB 32 (Rated)

27.5K 1.5K 47
By annieegreenn

Warning! Mature content.

Diana bangun dengan keadaan tersentak. Ia tak tahu apa yang baru saja dialaminya. Ia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tapi, sungguh, ia tak ingat mimpi yang baru saja dialaminya. Kepalanya sakit ketika dipaksa untuk mengingat. Tubuhnya luar biasa kebas seolah baru saja memikul beban berat. Satu-satunya yang Diana lakukan setelah menyadari dirinya berada di kamar tidurnya sendiri adalah mengerang seraya mengenyakkan kembali tubuhnya ke ranjang.

Astaga, kenapa tubuhnya luar biasa lelah seperti ini?

Suara hembusan napas keras membuat Diana teralih ke pria di sampingnya. Ryan tidur dalam posisi tengkurap, punggungnya terlihat, bisa dipastikan Ryan...

Tanpa busana.

Diana tersentak dan mengintip ke balik selimutnya. Oh, ya Tuhan, ia hanya menggunakan dalaman. Bagaimana mungkin Diana hanya menggunakan dalaman? Ia tidak ingat kapan dirinya melucuti pakaiannya. Diana ingat pernikahan mereka, pesta yang meriah, tamu yang tak ada habisnya. Kemudian mereka keluar dari gedung dengan suka cita, diiringi keluarga dan kerabat yang menyertai kepergian mereka. Diana masih mengingat kata-kata cinta Ryan, tapi setelahnya, Diana tak ingat apa-apa.

Ya Ampun, Diana bahkan tak mengingat malam pertamanya.

Diana tersentak ketika lengan Ryan mencari-cari, sementara mata pria itu masih terpejam. Diana bingung harus melakukan apa. Beringsut atau menyerahkan diri pada suaminya?

Suami... Astaga, rasanya masih seperti mimpi akhirnya Diana menikah dengan Ryan dan menjadi Nyonya Archer.

Ketika lengan Ryan tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, pria itu membuka satu matanya. Ryan memutar tubuhnya dan mengerjapkan matanya untuk mengumpulkan kesadaran.

"Selamat pagi, Diana," ujar Ryan dengan suara khas bangun tidurnya.

"Pagi," cicit Diana. Ia tak tahu mengapa rasanya begitu gugup. Padahal setiap harinya mereka bangun di ranjang yang sama. Ucapan selamat pagi adalah hal yang lazim mereka lakukan.

"Kau tahu apa yang kusyukuri hari ini?"

"Hm?"

Ryan tersenyum lebar seraya menatap Diana. "Pertama, aku sekarang punya istri. Aku akan bangun seperti ini setiap harinya. Yah, meskipun kita sudah sering melakukan itu. Kedua, aku bersyukur karena tidak harus berangkat ke kantor. Aku bisa bergelung sepanjang hari bersamamu dan kita tidak akan memikirkan hal lainnya. Brengsek, rasanya melelahkan sekali yang semalam itu."

Melelahkan? Apakah ini mungkin efek setelah mereka melakukan hubungan suami istri? Diana juga merasa sangat lelah. Yang sangat disayangkan, Diana tidak bisa mengingat momen-momen kepemilikan Ryan untuk pertama kalinya.

"Kemarilah, Sayang," Ryan mendekatkan tubuhnya dan menarik Diana dalam pelukan. "Aku ingin sekali memelukmu."

Diana bisa merasakan kulitnya yang bersentuhan langsung dengan Ryan. Mereka mungkin sudah saling menyentuh sebelumnya, tapi yang satu ini rasanya terlalu canggung karena banyak bagian tubuh mereka yang terekspos. Diana bahkan bisa merasakan di bawah tangannya, perut datar dan dada bidang Ryan. Sebelumnya mereka mempunyai batasan tersendiri. Ryan jauh lebih terkendali dan tak pernah membiarkan Diana menyentuh langsung kulit tubuhnya atau pria itu akan hilang kendali. Kini Ryan dengan santainya memeluk Diana, dengan kaki yang saling membelit, napas yang menerpa wajah Diana.

Diana merasa pipinya panas karena diperlakukan seperti itu.

Ryan mengecup hidungnya dan mengusap pipi Diana. "Kau jadi semakin cantik setelah menjadi Nyonya Archer. Diana Archer. Astaga, aku suka sekali nama itu. Kau juga cantik karena terbangun di sampingku sebagai istriku. Kau cantik karena berada di pelukanku pagi ini. Semua ini tak adil untuk wanita di seluruh dunia. Kau terlalu cantik."

Diana merona habis-habisan. Ia mencubit pipi Ryan karena telah membuatnya seperti itu. "Berhentilah merayuku!" gerutunya. "Rayuanmu berlebihan sekali."

Ryan menghela napas. "Sudah kuduga, aku tidak bisa lebih romantis lagi." Ryan berhenti sejenak, menatap Diana penuh arti. "Jadi... um... jika rayuanku tidak berhasil. Aku harus membujukmu dengan cara apa lagi?"

Diana tak mungkin melewatkan momen menggelikan ini. Ryan... merona? Astaga, ini pemandangan terbaik yang Diana dapati ketika bangun tidur. Wajah Ryan kontan memerah seraya menatap Diana penuh harap. "Membujuk untuk apa?"

Ryan berdeham. "Kau tahu..."

Diana mengangkat alis.

"Seks," bisik Ryan.

Mata Diana melebar. Sudah dipastikan pipinya merona. Diana tak habis pikir mengapa hal itu terdengar canggung padahal mereka adalah suami istri. Ya Tuhan, kenapa Ryan perlu bertanya? Itu membuat Diana semakin malu. Ryan sudah menjadi suaminya dan pria itu berhak atas dirinya. Semalam Ryan juga sudah memilikinya. Jadi untuk apa meminta ijin lebih lanjut?

Ryan melepaskan pelukan dan menatap langit-langit. "Sial, Diana. Rasanya canggung sekali. Rasanya aneh ketika sekarang kita berada di tempat tidur yang sama dan bisa melakukan apa saja tanpa batasan. Tapi rasanya... aku... aku... gugup." Kata terakhir diucapkan Ryan dengan sangat lirih. Ia menumpukan kepalanya untuk menatap Diana. Dengan hati-hati mengarahkan telunjuknya untuk menelusuri dada telanjang Diana. Sengatan gairah pun mendadak menjalari Diana. "Aku baru untuk ini."

"Baru?" bisik Diana.

Ryan mengangguk. "Aku belum pernah melakukan seks, ingat?"

"Aku juga," Diana ikut serta. Namun pertanyaan di kepalanya tak lagi tertahankan. "Tunggu. Bukannya semalam..."

"Semalam?" Ryan menatap Diana.

Diana mengangguk. "Memangnya siapa lagi yang melucuti pakaianku?"

Ryan menatap sekitar. Diana menatap kamarnya yang dipenuhi bunga, lilin aroma terapi yang hampir habis, tirai tertutup rapat seolah mereka enggan diusik mentari, pakaian pesta mereka tercecer tak beraturan.

Ryan tertawa mengamati ruangan itu. "Ya, itu aku yang melepasnya."

Diana sudah menduga itu.

"Tapi kita tidak melakukan apa-apa," bisik Ryan. "Kita... um... melewatkan malam pertama kita."

Diana menatap Ryan untuk mencari kebenaran.

Ryan mengendikkan bahu. "Kita kelelahan setelah pesta. Kau bahkan tertidur sebelum setengah perjalanan ke sini. Lihat yang kita lakukan pada kamar pengantin yang kudekorasi bagus! Kau terlalu lelah dan kebiasaanmu menendang itu masih belum hilang. Kau menendang semua kelopak bunga di ranjang. Kau menendangku hingga ke ujung satunya." Ryan menghela napas. "Ruangan ini jadi kehilangan fungsinya."

Diana masih saja malu jika Ryan mengingatkannya dengan kebiasaan tidurnya jika terlalu lelah. Diana juga tak mengira Ryan rela melewati malam pertama karena Diana terlalu lelah. "Jadi... kau tak melakukan apa pun?"

"Mungkin, aku mencumbu dadamu," bisik Ryan di telinga Diana. "Kau bisa melihat hasil karyaku."

Diana mendorong Ryan dan membuka kaitan bra-nya. Ryan ikut melongo ke arah pandang Diana, namun mereka berdua tidak menemukan apa pun setelah membuka penutup terakhir dada Diana lenyap.

"Aku suka pemandangan itu," tukas Ryan.

Diana mencubit perut datar Ryan hingga pria itu terkikik. Ryan menarik Diana ke pelukannya. Mengangkat Diana hingga wanita itu kini berada di atas tubuh Ryan. Diana merasakan sesuatu yang mengganjal di antara paha pria yang telah menjadi suaminya itu. Tawa mereka perlahan pudar digantikan tatapan intens dengan gelombang penuh cinta yang mengait keduanya.

"Kau cantik sekali berada di atasku," kata Ryan.

Diana tak pernah berada di posisi seintim ini sebelumnya. Ryan berada di bawahnya, napasnya berat, jakunnya naik turun, rambut pirangnya berantakan, matanya sayu penuh gairah.

"Kemari, Sayang." Ryan menarik wajah Diana, memaksa wanita itu membungkuk dan menjatuhkan bibirnya di bibir Ryan. Saling melumat, saling menyentuh, saling bergerak seirama gairah mereka yang menuntun.

Ryan meraba ke arah celana dalam Diana, tanpa sekalipun melepaskan ciuman mereka. Diana bergerak mengikuti nalurinya, membantu Ryan melucuti dalamannya. Diana ingin melakukan hal serupa, ia ikut melucuti boxer yang menjadi perlindungan terakhir pria itu. Ryan menggeram dari tenggorokannya. Ciumannya makin dalam dan panas. Pria itu meremas payudara istrinya hingga sang wanita mengerang di sela ciuman.

Benar-benar sensasi yang luar biasa. Hanya dengan sebuah remasan di dada membuat ruang di antara paha Diana berkedut.

Ryana menarik ciumannya untuk menarik udara. Ia menyingkirkan rambut Diana ke belakang telinga. "Aku akan melakukannya jika kau bersedia membagi pagi pertamamu padaku."

Diana lebih menyukai pagi pertama. Ia bahkan melupakan kelelahan yang ia rasakan saat bangun tidur tadi. Ia ingin Ryan menjadikannya wanita utuh, miliknya yang utuh, kepemilikan sebagai istri. "Lakukan."

Dalam hitungan detik Ryan telah membalikkan posisi mereka. Ryan selalu tampak hebat di atasnya. Rambut pirangnya yang panjang jatuh menutupi wajahnya. Senyum Ryan yang hanya dimiliki Diana selalu membuat Diana bahagia.

Ryan menurunkan wajahnya tanpa sekalipun melepaskan tatapannya pada Diana. Bibir Ryan mendarat di puting Diana. Memberikan satu jilatan yang membuat Diana mendesah. Kemudian dilanjutkan kecupan yang membuat Diana menggelinjang.

Lidah Ryan terus turun ke rusuknya, perut, dan berlama-lama di pusar. Memberikan kecupan di sekelilingnya demi membuat Diana mendesah. Tangan besar Ryan kini meraup pahanya supaya terbuka lebih lebar. Ryan terus menjelajahi bagian tubuh bawah Diana dengan lidahnya.

"Aku memimpikan ini lama sekali," bisik Ryan. Ia memberikan kecupan di paha dalam Diana. Ketika Diana melenguh sekali, lenguhan selanjutnya makin kuat karena Ryan menjalankan lidah ke kewanitaan yang selama ini Diana dan Ryan jaga. "Milikku."

"Ryan!" jerit Diana. Ia pernah merasakan satu kali orgasme. Ryan lah yang membawanya ke sana. Tapi kali ini orgasmenya terasa lebih intens daripada sebelumnya.

"Cantik," Ryan kembali mengecupi kewanitaannya. Tubuh Diana kembali bergetar setelah kecupan bertubi-tubi itu. "Sepertinya kau sudah siap."

Ryan kembali menjulang di hadapan Diana. Satu tangan Ryan menahan tangan Diana tetap di atas. Diana bisa merasakan bukti gairah Ryan yang bergesekan dengan miliknya. Ryan mengerang ketika bersentuhan dengan Diana. "Sial, ini nikmat sekali. Aku mungkin meledak sebelum melakukan ini."

"Jangan!" sela Diana. "Lakukan saja. Kumohon."

Ryan tersenyum lebar. Ia mengecup pipi Diana seraya mengarahkan miliknya di depan Diana. "Katanya ini akan sakit."

"Aku juga sudah membaca akan sakit."

"Sebenarnya aku tidak ingin menyakitimu."

"Tidak ada cara lain. Lakukan saja."

"Astaga, istriku tidak sabaran."

Diana mengangkat pinggulnya ke atas dan Ryan mengerang ketika sedikit bagiannya telah masuk. Diana meringis merasakan apa yang orang di luar sana deskripsikan dengan kata sakit.

"Brengsek, nikmat sekali," geram Ryan.

"Kenapa kau mengumpat?!" gerutu Diana. "Aku merasa kesakitan. Oh, astaga, kau harus melakukan sesuatu!"

Wajah Ryan berubah pucat. "Sial. Sial. Tidak. Kita harus menghentikan ini."

Tidak. Tidak. Menghentikan tidak ada dalam daftar yang Diana akan lakukan ketika ia menyerahkan diri pada Ryan. Jadi Diana melingkarkan kakinya ke pinggul Ryan. Pria itu terjatuh di atas tubuh Diana. Seketika itu pula Diana memekik merasakan betapa dalamnya Ryan saat ini di tubuhnya.

Ryan terengah-engah di pelukan Diana. Ciuman kuat Ryan berikan di leher Diana. "Oh, Tuhan, ini luar biasa. Kau sangat panas. Nikmat. Diana, aku bersedia mati sekarang."

"Mungkin..." Diana menghalau serak di suaranya akibat menahan rasa perih yang menjalari kewanitaannya. "Kau... uh... harus bergerak."

Ryan mengangkat wajah dan membelai wajah Diana. Ryan mengecup seluruh wajah Diana. "Kau yakin akan baik-baik saja?"

"Bergerak saja."

Ryan menuruti Diana. Pinggulnya bergerak sekali. Menimbulkan rasa tak nyaman bagi Diana, namun wanita itu masih bungkam. Ryan bergerak lagi, kali ini dua kali. Gelenyar perih dan sesuatu yang asing mulai menjalari kewanitaan Diana. Ryan kembali bergerak, kali ini dengan gerakan lembut. Matanya tertahan pada Diana, mengamati reaksi sang istri. Kemudian gerakan itu tak berhenti hingga menciptakan desahan yang keluar dari bibir keduanya.

"Aku mencintaimu, Diana Archer," bisik Ryan.

"Aku sedang bercinta denganmu, Ryan Archer," balas Diana.

Ryan meningkatkan tempo gerakan pinggulnya. Kini Ryan dan Diana mengerang. Saling berciuman dan membagi hasrat. Ryan memeluk Diana kuat-kuat. Gelombang kenikmatan menerjang keduanya. Pagi pertama mereka sempurna dan Diana telah menjadi milik Ryan seutuhnya.[]

Akhirnya..... (titik-titik isi sendiri) :'D

Semoga suka pagi pertama mereka, ya... :')

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 6.2K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
72.4K 4.7K 58
COMPLETED! 💓 SEQUEL PERTAMA Open the Door, Please! ----- Aku selalu jatuh cinta pada proses. Seperti; proses mengenalmu dari sebuah nama, lalu berta...
1.2M 70.7K 40
This is Kim Hyun and Ashley's story : ***** Kim-Hyun, adalah seorang pengacara dengan kesan dingin yang sukses membuat para seniornya -Nadine Natasha...
124K 5.5K 20
[Konten Dewasa] Mereka tahu hidup bersama adalah akhirnya.. Mereka tahu hidup bersama adalah kebahagiaan.. Tapi mereka lupa, bahwa kebahagiaan itu ma...