Aluna | END

By Shineeminka

2.2M 225K 47.2K

The second story of Aliandra Aku tahu kalau pada kenyataannya akan sulit bagiku untuk mendapatkan cintanya k... More

Prolog
Satu : Benarkah Kau Mencintainya?
Dua : Ketika Ragu Itu Datang
Tiga : Marcelino Eleiezer Herland
Empat : Suara Ombak
Lima : Puncak Rinjani
Enam : Tangisan Aluna
Tujuh : Tepian Masa Lalu
Delapan : Senja Yang Dinanti
Sembilan : Aku Hanya Cemburu
Sepuluh : Jangan Paksa Aku
Sebelas : Menetapkan Perasaan
Dua Belas : Kembali Bertemu
Tiga Belas : Cinta Dan Rasa Sakit
Empat Belas : Janji Di Atas Awan
Lima Belas : Patah Hati Untuk Kesekian Kalinya
Spesial Malam Tahun Baru | Luka Yang Tersimpan Dalam Sebuah Cerita
Enam Belas : Terlalu Mencintaimu
Tujuh Belas : Mencintai atau Dicintai?
Delapan Belas : Terjebak Pada Cinta Yang Salah
Dua Puluh : Hati Yang Kembali Terluka
Dua Puluh Satu : Tersusun Kembali
Dua Puluh Dua : Sepotong Hati Yang Baru
Dua Puluh Tiga : Rasa Sakit
Dua Puluh Empat : Tidak Bisa Melepaskannya!
Dua Puluh Lima : Kencan Pertama
Dua Puluh Enam : Siapa Yang Kau Cintai?
Dua Puluh Tujuh : Kenangan Yang Menyakitkan
Dua Puluh Delapan : Kita Harus Berpisah
Dua Puluh Sembilan : Mawar Biru Untukmu (Bag.1)
Dua Puluh Sembilan : Mawar Biru Untukmu (Bag.2)
Tiga Puluh : Bahagia Atau Kecewa?
Tiga Puluh Satu : Selembar Potret
Tiga Puluh Dua : Kecupan Pertama dan Terakhir
Tiga Puluh Tiga : Semoga Ini Mimpi
Teruntuk Kamu

Sembilan Belas : Bait Pertama Dalam Cinta

31.5K 4.9K 1K
By Shineeminka

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Peringatan khusus untuk adik-adikku tercinta yang masih berstatus pelajar baik itu pelajar SD, SMP, atau SMA Kak Shi harap tidak membaca part ini karena part ini dikhususkan untuk Kakak-kakak yang sudah punya kekasih halal dan sudah siap untuk dihalalkan tapi sayangnya si dia malah tak kunjung datang melamar😢 (kode keras)😂

Pilihlah bacaan dengan bijak.
Sebaik-baiknya bacaan adalah Al Qur'an karena Al Qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat untuk para pembacanya😊.

Selamat Membaca.....

💓💓💓

Aluna menarik napas dalam-dalam. Wajahnya bersemu merah, jantungnya berdebar dengan kencang, matanya terus menatap wajah Nino yang berada tepat di hadapannya. Mungkin kalau diukur dengan sebuah penggaris wajahnya dengan wajah Nino hanya berjarak kurang dari 5cm.

Perlahan ujung telunjuknya menyentuh hidung Nino yang cukup mancung, "Kau mempunyai hidung yang sangat mancung," bisik Aluna, setelahnya jari telunjuknya beralih ke alis Nino, dia sentuh alis tebal Nino dengan sangat hati-hati, "Dan alismu lumayan tebal.. aku rasa wajahmu hampir mirip dengan....." cukup lama Aluna terdiam. Sepertinya dia tengah mengingat-ingat siapakah orang yang dia rasa mirip dengan wajah suaminya.

"Mirip dengan siapa sayang?" Tiba-tiba Nino membuka matanya.

Aluna bukan main terkejutnya. Matanya mengerjap berulangkali, "Ka..Kakak..Kak Nino pura-pura tidur?"

Nino merubah posisi berbaringnya yang tadinya terlentang kini menjadi menyamping. Hingga kini dia dapat melihat dengan jelas seberapa merah wajah Aluna.

"Aku tadi benar-benar tidur. Tapi tiba-tiba disaat aku tengah tidur aku merasa ada jari-jari nakal yang bermain di atas permukaan wajahku. Pertama jari itu menyentuh kening, terus beralih pada hidungku dan setelahnya....."

"CUKUP!!!!" teriak Aluna memotong kalimat Nino yang pada kenyataannya masih belum selesai.

Nino mengangguk patuh. Menuruti keinginan istrinya yang kini tengah dilanda rasa malu yang tak tertahankan.

"Mau kemana?" Nino menahan pinggang Aluna saat Aluna hendak beranjak dari atas tempat tidur.

Takut-takut karena saking gugupnya Aluna menjawab dengan suara yang gagap, "A. Aa..ku..ma..mau Salat."

"Salat apa? Dzuhurkan masih dua jam lagi?" Nino semakin mengeratkan pelukannya. Dia cium rambut Aluna yang tergerai indah. Wangi yang menguar dari rambut Aluna sungguh membuatnya seakan kecanduan.

"Aku mau salat Dhuha," Aluna berusaha melepaskan tangan Nino yang membelit pinggangnya dengan sangat erat.

Nino mengerutkan keningnya, "Salat Dhuha? Salat apa itu?"

Mendengar Nino tidak tahu salat Dhuha itu apa reflek Aluna langsung membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Nino. Baru saja dia akan berucap menjelaskan apa itu Salat Dhuha tiba-tiba Nino mengecup bibirnya membuat dirinya sekan kehilangan pijakan dan tak mampu berucap.

Nino tersenyum. Wajah Aluna dikala terkejut dan malu sungguh menggemaskan. Sangat menggemaskan.

Cup...

Satu kecupan kembali Nino daratkan, namun kini kecupan itu mendarat di pipi kiri Aluna.

Aluna makin linglung. Perlakuan Nino padanya benar-benar manis.

Apa Nino sudah mulai mencintainya? Kalau Iya sungguh dia akan merasa sangat bahagia.

"Mau sampai kapan kau terus melihatku seperti itu?" pertanyaan Nino berhasil membangunkan Aluna dari segala khayalannya.

Dengan gerakan cepat Aluna langsung beranjak dari atas tempat tidur dan hal itu membuat dia terjatuh.

Nino langsung ikut beranjak dari atas tempat tidur, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil membantu membangunkan Aluna.

Aluna menggeleng. Wajahnya semakin merah padam.

Hari ini benar-benar hari yang menyenangkan sekaligus memalukan. Batinnya merutuki tindakan cerobohnya.

"Lututmu biru," Nino memperhatikan lutut Aluna yang terlihat membiru karena menghantam lantai.

"Tidak apa-apa Kak. Aku kembali ke kamarku dulu yah!" Aluna melepaskan tangan Nino yang mencengkram pergelangan tangan kanannya, "Kak Nino Salat Dhuha juga yah. Sayang kalau tidak Salat Dhuha banyak sekali keutamaan yang Allah berikan bagi hambanya yang melaksanakan Salat Dhuha, salah satunya adalah Allah menjanjikan akan memberikan sebuah rumah indah yang terbuat dari emas kelak di akhirat. Keterangan tersebut terdapat dalam hadis riwayat Ibnu Majah, "Siapa saja yang shalat Dhuha 12 rekaat, Allah akan membuat untuknya sebuah istana yang terbuat dari emas di surga" Kak Nino tentu maukan punya rumah yang terbuat dari emas di surga."

Nino reflek langsung mengangguk, "Tapi aku sungguh tidak tahu bagaimana pelaksanaannya. Salat sunah yang aku bisa cuma Salat sunah idul Fitri, idul adha dan tahajud."

"Beneran Kak Nino tidak tahu?" Aluna benar-benar tidak percaya kalau Nino tidak tahu tatacara pelaksanaan Salat Dhuha. Dia kira tadi saat awal Nino bertanya Salat Dhuha itu apa, Nino tengah bercanda namun ternyata ucapan yang Nino ucapkan benar adanya.

Akhirnya sebelum pergi menuju kamarnya Aluna menjelaskan tentang Salat Dhuha kepada Nino dengan selengkap-lengkapnya.

"Harus dua belas rakaat yah baru dapat rumah di surga?" tanya Nino memastikan setelah dia paham semua tentang salat Dhuha.

Aluna mengangguk, "Itu janji Allah Kak. Yasudah aku ke kamar dulu. Kak Nino sudah benar-benar mengertikan?"

Nino kembali meraih pergelangan tangan Aluna saat Aluna hendak pergi.

"Apalagi Kak?"

"Boleh aku melaksanakan Salat dhuhanya di kamarmu?"

Aluna diam. Tidak langsung memberi jawaban.

"Bagaimana? Apa aku boleh salat di kamarmu."

Aluna mengangguk, "Tentu boleh," dengan lembut Aluna mengecup pipi Nino sebelum pergi berlalu dari hadapan Nino.

Nino menyentuh permukaan pipinya yang baru saja dikecup oleh Aluna. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya seketika pudar, "Semoga aku bisa segera mencintaimu."

***
Setelah melaksanakan salat Dhuha dan dzuhur Aluna memutuskan untuk mengisi waktu luangnya dengan menulis.

Berulang kali dia memperbaiki letak kacamatanya yang merosot dari pangkal hidungnya.

Si Duyung menangis, ia marah pada lautan...

"Kau tidak adil Lautan!" teriak si Duyung pada Lautan, "Kau menciptakan batu karang untuk menjadi teman sejati ombak namun kenapa kau tidak menciptakan satupun teman untukku?"

Si duyung kecil yang malang, tidak ada teman bermain untuknya, ia kesepian dan ia benci harus hidup dalam kesepian.

Ikan-ikan tidak mau berteman dengannya, para ikan membencinya.

Sejauh mana ia berenang menjelajahi lautan, hanya kesepianlah yang ia dapatkan.

Aluna menghentikan gerak tanganya yang menari diatas keyboard. Dia membaca kembali setiap kalimat yang sudah berhasil dia rangkai. Dia suka membaca, malah terbilang sangat suka namun ia tidak mampu menulis. Ratusan novel telah ia baca, dari genre romance hingga horror namun tidak ada satupun novel yang berhasil ia buat. Yang mampu dia buat hanyalah cerpen, dan kini dia tengah membuat sebuah kisah si Duyung yang kesepian khusus untuk Jasmine yang dua bulan lagi akan bertambah umurnya.

Aluna berusaha berimajinasi tentang apapun agar cerita si Duyung dapat segera dia selesaikan tapi sialnya bukannya dapat ide yang menari-nari dikepalanya malah sosok Nino yang kini sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Tepat di sampingnya.

Setelah salat Dhuha dan dzuhur Nino memang memutuskan untuk berbaring di atas tempat tidur Aluna. Memperhatikan Aluna yang terlihat tengah serius membuat cerita.

"Gimana sudah jadi belum?" tangan Nino iseng memelintir rambut Aluna yang kini tergerai, ini permintaan langsung Nino pada Aluna. Dia meminta Aluna tidak menggunakan kerudung saat hanya berada berdua dengannya di apartemen sebab dia sangat suka melihat rambut panjang Aluna yang tergerai.

Aluna yang kini kembali tenggelam dengan kegiatannya, tidak menanggapi pertanyaan Nino.

Si Duyung tersesat... Ombak marah padanya. Ombak menyapunya hingga ke negeri yang sama sekali tidak ia kenali.

"Itu apa?" tanya si Duyung kebingungan, saat melihat pemandangan di hadapannya, ada sebuah istana di dekat pantai. Itu bukan istana pasir yang sering ia lihat namun itu istana sungguhan. Benar-benar istana yang megah dan indah.

Si Duyung ingin mendekat, namun ia tidak bisa, kalau ia tetap memaksakan yang ada tubuhnya akan merasa sakit karena bergesekan langsung dengan pasir.

Si Duyung bersembunyi dibalik batu karang yang sangat besar, dari sana ia selalu memperhatikan apa saja yang terjadi di bibir pantai.

"Pangeran," Si Duyung bergumam pelan saat melihat pangeran kecil yang setiap sore selalu duduk di bibir pantai menanti senja menyapa lautan.

Nino membaca setiap kalimat yang Aluna ketik di laptop, "Pasti pangeran itu Arkhan dan si Duyung itu adalah Jasmine. Benarkan tebakanku?" tanya Nino sok tahu.

Lagi-lagi Aluna mengabaikannya. Lama-lama tentu hal itu membuat Nino kesal.

"Aluna istriku tersayang, kalau orang nanya itu di jawab," ucap Nino tepat di samping telinga Aluna, tangannya memeluk bahu Aluna dengan erat.

Panggilan istriku tersayang berhasil menarik perhatian Aluna. Dia menoleh sekilas pada Nino, "Ada apa?"

Nino mengecup pipi kiri Aluna, "Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit kesal karena kau mengabaikanku."

"Maaf," Aluna berucap menyesal.

"Maafmu tidak diterima!" Nino memasang wajah tegas.

"Ih kok Kak Nino gitu sih?" tangan Aluna menyentuh tangan Nino yang masih bertahan mendekap bahunya, "Sekarang tanganku ada di atas tangan Kak Nino, bila Kak Nino benar-benar marah atas apa yang barusan aku lakukan maka aku lebih rela Kak Nino memukul tanganku hingga Kak Nino bersedia memaafkanku."

Nino menatap Aluna dengan aneh.

Memukul? Demi Allah dia tidak akan melakukan hal itu pada Aluna.

"Kenapa kau mengatakan itu."

"Ridho suami adalah ridho Allah. Jika Kak Nino sedang marah, maka aku akan membuat Kak Nino jadi ridha dan Apabila aku sedang marah, maka buatlah aku ridha dan jika tidak maka kita tidak akan menyatu. Aku tidak ingin hal itu terjadi."

"Aku hanya bercanda, Aluna. Aku sungguh tidak benar-benar marah padamu," Nino memeluk tubuh Aluna dengan erat. Dia mencium kening Aluna lama, "Aku meridhoimu dan aku berharap Allah pun ridho atas dirimu."

Aluna membalas pelukkan Nino dan mengamini ucapan Nino, "Ingatlah Kak, ketika aku marah jangan lawan aku dengan kemarahan pula tapi lawanlah kemarahanku dengan kelembutanmu dan itupun yang akan aku lakukan padamu."

Nino mengangguk.

Lihat Nino sebenarnya apa yang sedang kau cari? Wanita yang ada dalam dekapanmu adalah wanita yang mengerti akan kedudukannya sebagai seorang istri tapi kenapa kau malah tak bisa mencintainya dan hendak menyia-nyiakannya?

Aluna mendongakkan wajahnya saat dia merasakan helaan napas Nino menyapu pucuk kepalanya, "Kenapa Kak Nino menghela napas?"

Nino mengangkat sebelah alisnya, "Memangnya tidak boleh?"

"Bukan tidak boleh, namun helaan napas Kak Nino barusan memiliki arti kalau Kak Nino tengah merasakan kecewa akan suatu hal. Apa yang membuat Kak Nino kecewa?"

Tubuh Nino seketika membeku. Dia tidak menyangka kalau Aluna dapat menangkap arti dari helaan napasnya. Ya, helaan napasnya barusan adalah bentuk dari rasa kecewa yang dia rasakan pada dirinya sendiri. Rasa kecewa akan perasaannya yang seakan tak pernah mau bekerjasama dengannya.

Aluna menyandarkan kepalanya di dada Nino, dia dapat merasakan detak jantung Nino dengan jelas. Perlahan dia memejamkan matanya. Tanpa harus menunggu jawaban dari Nino, Aluna telah tahu jawaban dari apa yang barusan dia tanyakan karena semuanya terlihat jelas dari sorot mata Nino.

Cinta tidak bisa dipaksakan, Itulah bait pertama dalam cinta.

Bogor, 23 Rabi'II 1439H

Continue Reading

You'll Also Like

868K 47.5K 143
Dari Berbagai Sumber.
54.5K 2.8K 66
[CERITA MASIH LENGKAP] Bukan cerita playgirl, tapi cuman cerita cewek yang udah dijodohin tapi masih pacaran sama orang lain. Abis pacaran terus putu...
333K 14.5K 40
Jika mencintaimu adalah kesalahan, maka biarlah aku tetap salah. Karena aku hanya cinta kamu, selamanya hingga kapan pun. ••• BEST RANK: #8 in Baper...
5.2M 280K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...