Untitled.

By wadudut

111K 5.1K 1.2K

- More

Teaser
Part 1
Part 2
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Epilog
THE REAL END
Add

Part 3

3.7K 178 61
By wadudut

***

Anin berangkat ke sekolah dengan perasaan gelisahnya, dia masih memikirkan Vino. Anin tidak tau kemana Vino pergi malam itu, dan tadi pagi Anin meminta Vino untuk menjemputnya pun tidak ada balasan dari Vino, hingga Anin berangkat dengan ayahnya tadi.

"Ta, Vino udah dateng?" tanya Anin saat bertemu Okta yang berada di depan kelas

Okta menggelengkan kepalanya, "Belum, kenapa? Kok lo gak bareng dia?" tanya Okta

"Lo berantem sama dia?"

Anin menghela nafasnya, dia menganggukkan kepalanya.

"Kayaknya...sih"

"Kayaknya?"

"Sesuai permintaan lo kemarin, gue tanya dan minta dia buat pulang. Dan lo tau gimana reaksi dia?"

Okta menggelengkan kepalanya, "Gimana?" tanya Okta penasaran

"Dia marah. Banget. Dia sampe pergi dari rumah gue malem itu juga, gak tau kemana. Gue udah telfonin dia semalem, sampe tadi pagi juga gue telfon lagi. Dan dia gak ada jawaban sama sekali" jelas Anin

"Serius? Semarah itu?"

Anin menganggukkan kepalanya, "Gue mau taruh tas dulu deh"

Anin masuk ke dalam kelas untuk menaruh tasnya, Okta pun mengikuti Anin sampai duduk di bangku tepat di sebelah tempat duduk Anin.

"Semarah itu? Beneran lo?" ucap Okta lagi

"Iya, semarah itu. Kan lo tau seberapa gak sukanya dia sama...ayahnya" ucap Anin sambil memelankan suaranya saat menyebut kata terakhir

Okta diam membenarkan ucapan Anin, dia mulai mengkhawatirkan sepupunya itu. Okta mengambil handphone nya guna menelfon Vino.

"Ngapain? Nelfon Vino?" tanya Anin

Okta menganggukkan kepalanya sambil menempelkan layar handphone nya ke telinga kanannya.

Nomor yang anda tuju sedang tida—"

"Gak aktif" ucap Okta sambil mematikan sambungan panggilannya

"Vino kemana sih" gerutu Anin

Kelas pun semakin lama semakin ramai karena murid satu persatu datang, tapi Vino tetap belum menampakkan dirinya. Dan itu justru membuat Anin juga Okta semakin khawatir.

"Loh, nin? Lo udah dateng daritadi? Vino mana?" ucap Boby yang baru saja tiba

"Gue gak bareng Vino" jawab Anin

Boby membulatkan bibirnya, "Oh.."

Kring..kring..kring..

Bel sekolah pun berbunyi, murid-murid yang di luar kelas pun langsung berlari kecil untuk masuk ke kelasnya.

"Okta, udah bel gini. Vino man—"

"Tumben lo telat" ucap Boby sedikit keras

Ucapan Boby memotong ucapan Anin tiba-tiba, karena tepat setelah bel berbunyi itu, Vino berjalan santai masuk ke dalam kelasnya. Anin dan juga Okta menoleh kearah Vino itu, mereka menghela nafasnya saat melihat Vino. Setidaknya ke-khawatiran mereka sudah mereda, Okta pun kembali ke tempat duduknya yang berada dua dibelakang bangku Anin.

"Macet gara-gara ada koala berantem di jalan"

"Koala mana ada disini anjir, lo kalo mau bohong sama gue ya mikir lah"

Vino hanya tertawa kecil saja menanggapi Boby, lalu dia duduk di kursinya dan mengeluarkan buku pelajarannya. Anin memperhatikan Vino dari tempat duduknya, masih terdapat rasa cemas di dalam hatinya.

"Surat-surat lo tuh, tiap hari ada mulu" ucap Boby

Vino memiringkan kepalanya melihat kolong bangkunya, terdapat beberapa surat di dalam sana.

"Mendingan lah"

"Lebih dikit emang?" tanya Boby

Vino menganggukkan kepalanya tanpa menjawab sedikit pun.

"Gak bosen apa ya mereka, padahal mah gak lo baca"

"Gue baca, di rumah kalo gabut"

"Emang lo pernah gabut?"

Vino tersenyum kecil, "Ya nggak"

Anin terus memperhatikan Vino dengan sedikit perasaan khawatir masih ada di dirinya, dia menghela nafasnya.

"Kamu kemana semalem?" batin Anin

Tak lama kemudian, guru pengajar pelajaran pertama pun datang. Para murid pun mulai mengeluarkan bukunya dan mengikuti pelajaran.

***

Jam istirahat tiba, seperti biasa, kebanyakan murid akan menghabiskan waktu di kantin, tak terkecuali Anin dan teman-temannya. Anin bersama Shani, Gracia, dan juga Angel sedang makan bersama di kantin sambil mengobrol ria bersama.

"Gimana? Aurel batalin kerja kelompoknya? Kalian gak jadi cari turis dong?"

"Nggak jadi, padahal mah aku udah siap tinggal otw aja"

"Emang karena apa si Aurel jadi batalin pergi?" tanya Gracia

Angel menyendokkan satu nasi goreng ke dalam mulutnya, mengunyahnya, lalu menelannya baru setelah itu dia menjawab pertanyaan Gracia.

"Dia diajak pergi tiba-tiba sama mamanya, jadi dia harus nemenin gitu. Soalnya juga katanya kalo dia nemenin mamanya pergi, dia juga bisa belanja apa yang dia pengenin" jelas Angel

"Yah, enak di dia dong gak enak di kalian sampe gak jadi bikin tugas" saut Shani

"Ya itu makanya"

Anin hanya diam mendengarkan obrolan teman-temannya ini, dia sedang tidak ingin banyak bicara karena dia masih kepikiran dengan perdebatannya bersama Vino semalam.

"Eh by the way, nanti jadi nyari turisnya kan, Nin?" ucap Gracia sambil menoleh kearah Anin

Anin terdiam, dia menundukkan kepalanya sambil memainkan sendoknya mengaduk-aduk sisa kuah baksonya. Ketiga temannya itu mengernyitkan dahinya melihat Anin diam seperti itu.

"Nin" panggil Gracia lagi sambil memegang bahu Anin

Anin terkejut, "Eh? Iya kenapa gre?"

"Kita...nanti jadi kan cari turisnya?" ucap Gracia lagi

"Oh, jadi kok jadi" ucap Anin sambil menganggukkan kepalanya

"Lo lagi ada masalah, nin?" tanya Angel yang heran melihat Anin

Anin menggelengkan kepalanya, "Nggak kok, emang gue kenapa deh?"

"Ya..aneh aja"

Anin tersenyum, "Apa sih, orang gak ada apa-apa juga"

Shani hanya diam menatap Anin dengan penuh tanda tanya, karena dia juga tadi tak sengaja mendengar ucapan Anin bersama Okta, dan kini Shani sedang penasaran. Apa ada masalah antara Anin dan Vino?

"Lo berantem sama Anin?"

Vino menatap Okta datar, mereka sedang berada di taman belakang sekolah atas permintaan Okta. Karena Okta ingin menanyakan beberapa hal pada Vino.

"Jawab. Lo berantem sama Anin?" ucap Okta lagi

"Nggak."

"Trus kenapa lo pergi dari rumah Anin semalem?"

"Lo pergi kemana?"

"Bukan urusan lo." ucap Vino datar

"Jelas urusan gue, lo itu saudara gue!" Okta sedikit meninggikan nada bicaranya

Vino menatap Okta datar, dia benar-benar sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun saat ini.

"Ayolah, kenapa sih emangnya kalo lo pulang? Kenapa sih sama rumah lo? Tinggal pulang aja, kenapa sih? Nyokap lo jug—"

"Gak usah bawa-bawa nyokap." potong Vino

Okta menghela nafasnya kasar,

"Sampe kapan lo mau kaya gini, Vin? Ini udah setahun.." ucap Okta pelan

"Nyokap lo itu gak pengen lo kaya gini, dia gak mau Vino nya dia yang dulu berubah jadi kaya gini. Nyokap lo sedih liat lo yang kaya gini."

"Lo harus inget kalo lo juga masih punya bokap, dan dia ada di rumah. Dia masih tetep orang tua lo sampe kapanpun, lo harus inget itu Vin.."

"Dia yang ngerawat lo, dia yang besarin lo, dia juga yang—"

"—nyakitin nyokap gue." potong Vino

Okta terdiam sambil menatap Vino yang kini sedang menatapnya juga.

"Ta, gue lagi pengen sendiri, tinggalin gue" ucap Vino dingin

Okta menghela nafasnya, dia berbalik bersiap untuk meninggalkan Vino. Belum selangkah dia berjalan, kembali dia menoleh kearah Vino.

"Pulang, Vin."

Setelah mengucapkan itu, Okta pun berjalan meninggalkan Vino sendirian di taman itu. Vino hanya memandang kepergian Okta, lalu menundukkan kepalanya.

***

Vino sedang mengganti bajunya di kamar mandi sekolah untuk dia pergi dengan kelompoknya mengerjakan tugas guidingnya, setelah berganti baju dia langsung keluar dari kamar mandi sambil memainkan handphone nya.

"Dari sini ke Anyer berapa lama ya?" gumam Vino sambil melihat layar handphone nya yang menampilkan sebuah map

Vino berjalan sambil memperhatikan handphone nya sampai di parkiran mobilnya, terlihat para gadis sepertinya sudah menunggu Vino disana.

"Tumben cepet" batin Vino

Vino langsung membuka lock mobilnya dan masuk ke dalam mobilnya, disusul oleh Anin, Shani dan juga Gracia yang langsung masuk ke mobil Vino.

Vino masih memperhatikan layar handphone nya dengan serius, melihat jalanan di map itu dengan seksama. Para gadis pun heran memperhatikan Vino itu.

"Liatin apaan, Vin?" tanya Shani memecah keheningan

"Jalan dari sini ke Anyer" jawab Vino

"Kamu gak tau jalan?" saut Gracia

"Tau..."

"...sedikit"

Vino meletakkan handphone nya di holder dekat tape mobilnya, lalu mulai menyalakan gps nya. Saat suara gps itu sudah terdengar, Vino pun langsung menjalankan mobilnya mengikuti jalan sesuai di maps dan juga suara arahan maps itu.

Seperti biasa, Vino pun menyalakan musik agar tidak sepi di mobil itu, lalu dia kembali fokus dengan jalanan di depannya. Anin sedikit-sedikit melirik Vino, dia merasa canggung dengan Vino karena perdebatan semalam. Dan sejak tadi pagi sampai sekarang pun, mereka belum berbicara sama sekali.

"Kamu udah punya sim kan, Vin?" tanya Shani tiba-tiba

"Udah"

"Kartu tol?" saut Gracia

"Udah"

Setelah menjawab pertanyaan itu, Vino sempat melirik kearah Anin yang sedang diam sambil memperhatikan jalanan di depannya, fokus Vino menuju sabuk Anin yang tidak dia kenakan.

"Sabuk" ucap Vino datar

Anin yang mendengar itu melirik Vino, lalu menarik sabuknya dan menggunakannya.

Klik!

Setelah itu, suasana pun menjadi hening kembali dan hanya musik dari radio saja yang terdengar di mobil Vino. Tentunya suara dari maps Vino pun terdengar juga

Say something, I'm giving up on you
I'll be the one if you want me to
Anywhere I would've followed you
Say something, I'm giving up on you.

Tak sangka ternyata lagu favorit Shani terputar di radio ini, dia pun menggerakkan kepalanya pelan mengikuti melodi lagu ini, dan juga ikut bernyanyi pelan.

And I am feeling so small
It was over my head
I know nothing at all
And I will stumble and fall
I'm still learning to love
Just starting to crawl

Say something, I'm giving up on you
I'm sorry that I couldn't get to you
Anywhere I would've followed you
Say something, I'm giving up on you

And I will swallow my pride
You're the one that I love
And I'm saying goodbye

Vino melirik Shani dari kaca depannya, memperhatikan Shani sebentar yang sedang bernyanyi di tengah kemacetan ini, mendengar suara Shani yang begitu indah.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, akhirnya Vino memasuki tol juga. Dia pun menempelkan kartu tolnya, lalu berjalan kembali setelah palang tol sudah terangkat. Vino memperhatikan teman-temannya, mereka semua tertidur.

Anin tertidur dengan kepalanya yang menyender di jendela sebelah kirinya, Shani tertidur sambil memiringkan kepalanya sedikit ke kiri, dan Gracia yang tertidur dengan kepalanya yang menyender di jendela juga sama seperti Anin.

Vino memelankan suara musik tape nya, lalu menambah kecepatannya agar mereka cepat sampai di tujuannya.

Dan akhirnya setelah sekitar dua jam lebih di perjalanan, kini mereka sudah sampai di tujuannya. Mereka sudah sampai di Pantai Anyer yang berada di Serang, Banten ini. Vino pun membangunkan teman-temannya.

"Nin, bangun"

"Shan, Gre"

Vino memanggil-manggil nama mereka sambil mencolek pelan bahu masing-masing, dan secara perlahan, mereka pun terbangun dari tidurnya.

"Udah sampe?" tanya Anin

Vino menganggukkan kepalanya,

"Udah" ucapnya sambil meminum air mineral yang dia bawa

Setelah meminum air itu, Vino pun keluar dari mobil dan meregangkan otot-ototnya karena merasa pegal selama perjalanan tadi, tak lama kemudian para gadis pun juga menyusul Vino untuk keluar dari mobil.

"Mau mulai darimana?" tanya Gracia

"Panas banget" gumam Anin pelan

Vino mendengar itu, dia memperhatikan penampilan Anin dari atas sampai bawah. Anin hanya mengenakan kaos putih yang lengannya di gulung sedikit karena kepanjangan, dan juga celana panjang hitamnya. Anin tidak menggunakan jaketnya, karena dia lupa membawanya.

Vino yang menggunakan kaos putih polos yang dibaluti kemeja lengan panjang navy kotak-kotaknya itu pun langsung melepas kemejanya dan memberikannya pada Anin, Anin sempat menatap Vino sebentar yang sedang menatapnya juga, kemudian menerima kemeja Vino dan langsung memakainya.

Serta Vino juga melepas baseball cap hitam yang dia gunakan, dan langsung memakaikannya di kepala Anin. Agar kepala Anin tidak merasa kepanasan.

"Thanks.." ucap Anin

Vino hanya menganggukkan kepalanya dan kembali mengedarkan pandangannya melihat pemandangan pantai sambil melihat-lihat turis yang ada disana.

Shani dan Gracia yang memperhatikan adegan itu hanya tersenyum kecil, merasa iri dengan hubungan Anin dan Vino. Mungkin.

"Jalan-jalan aja dulu yuk, nanti pasti ngeliat ada turis lagi santai-santai" ucap Shani

Mereka pun mulai berjalan-jalan mengitari pantai, dan benar saja kata Shani. Banyak turis yang sedang bersantai sambil menjemur dirinya dibawah terik sinar matahari, mereka pun langsung menghampiri turis itu dan memulai tugasnya.

"Excuse me,"

Turis itu menoleh, "Yes?"

Gracia langsung memencet tombol rekaman di handphone-nya saat Shani sudah memulai percakapannya.

"Are you busy now?"

"No no"

"We have an assignment at school by our teacher, do you want to help us?" ucap Shani

Turis itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Yes, of course"

"First, I want to introduce myself. My name is Shani, and there are my friends.."

"Anin"

"Gracia"

"Vino"

Mereka memperkenalkan diri mereka satu-satu sambil tersenyum kecil.

"Can I know your name, sir?"

"Chris"

"Where are you from?"

"I'm from Germany"

Yang lain pun langsung melaksanakan tugas bagiannya masing-masing, dimulai dari Anin seperti hari pertama mereka melakukan tugas ini.

"Are you on holiday this time?" tanya Anin

Chris menganggukkan kepalanya, "Yes, I'm on holiday now"

"How long have you been here sir?" saut Gracia

"I have been here for ten days"

"Do you come here alone?" tanya Shani

"No, with my girlfriend"

Mereka membulatkan bibirnya,

"Oh, gak jomblo. Padahal ganteng" gumam Anin sambil tertawa kecil

"Iya nih, padahal ganteng taunya udah ada yang punya" bisik Gracia

"How many times have you come here?"

"This is my first time to visit this place. I really want to come here."

"So, what do you think about this place?" saut Vino

"I think this place is very interesting. Very beautiful place."

"Okay, may I can explain the story of this place sir?"

"Oh, yes yes"

Gracia berdehem pelan, mempersiapkan dirinya untuk berbicara panjang lebar dengan kemampuan bahasa inggrisnya. Dia pun mengangkat kertas kecil yang dibawanya, kemudian membacanya.

"Anyer is the name of a sub-district in Serang District, Banten Province, Indonesia. This beach faces to the West, so we can see the view of Mount Rakata. Anyer Beach is a tourist attraction with hot swimming water, a hotel and rental of resting sheds, boats, four-wheeled motorcycles, water scooter and a banana boat."

"Okay, that's all" jelas Gracia

Turis itu tersenyum kagum sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti dengan penjelasan Gracia.

"Do you have a destination other than to jakarta?" tanya Shani

Chris menggelengkan kepalanya, "No no, I will spend my time in here"

Mereka hanya menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Chris, merasa percakapannya sudah cukup, Shani pun mulai menutup percakapannya.

"Okay, thank you for your time, before we go, can we take a picture together?" ucap Shani

Chris menganggukkan kepalanya, "Oh, yes of course"

Chris bangkit dari posisi tidurnya dan memakai bajunya agar terlihat lebih sopan saat berfoto. Anin pun langsung menyalakan kameranya dalam mode selfie atau kamera depan, lalu dia mengangkat handphone nya agar mereka bisa mengambil posisi.

"One..two..three.."

Cekrik!

"Sorry for interrupting your time, and thank you again. Enjoy your vacation" ucap Shani sambil tersenyum

"Nice to meet you, sir" tambah Vino

"Oh, yes. Nice to meet you too, guys"

***

Kini mereka sedang duduk di pinggir pantai, sembari menikmati angin pantai yang sejuk dan juga matahari yang akan segera terbenam.

Setelah mendapat 7 turis tadi, mereka memutuskan untuk menyudahi mencari turisnya. Karena mereka pikir itu sudah cukup untuk 10 halaman. Mereka pun membeli minuman dan sedikit jajan untuk menemani waktu santai mereka sekarang ini.

"Eh, cerita cerita yuk!"

Mereka bertiga langsung menoleh kearah Gracia yang seakan masih bersemangat itu, padahal sudah hampir seharian mereka beraktivitas.

"Cerita apa?" tanya Shani

"Ya apa kek, masa kita diem-dieman gini aja sih" ucap Gracia

Anin dan Shani membenarkan ucapan Gracia, untuk apa mereka bersama-sama tapi mereka hanya diam saja. Tapi Vino seakan tidak peduli dengan itu, dia tetap diam sambil menikmati minuman kaleng soda nya itu.

"Hobi deh hobi. Aku mau tau hobi kalian apa aja" ucap Gracia lagi

Anin menelan suapan terakhir jajannya sebelum menjawab pertanyaan Gracia.

"Aku suka dance" ucap Anin

"Aku juga suka dance sama suka nyanyi juga" saut Shani

"Ya karena itu kita satu ekstra kan cici"

Shani tersenyum lebar, "Hobi kamu apa, gre?"

"Aku suka foto-foto, jadinya aku ikut ekskull fotografi"

"Oh gitu.."

"Tapi selain ngefoto, aku liat foto-foto Gre di instagram bagus-bagus loh. Fotogenic gitu kamunya" ucap Shani

Gracia tersenyum malu, "Ah cici bisa aja hehehehehe"

Shani dan Gracia menoleh kearah Vino yang sedang diam memandangi laut, Anin pun ikut mengalihkan pandangannya kearah Vino juga karena Shani dan Gracia.

Vino yang merasa di perhatikan itu pun menoleh kearah teman-temannya, merasa heran kenapa mereka menatap Vino seperti itu.

"Kenapa?" ucap Vino datar

"Hobi kamu apa?"

Vino berdecak pelan, lagi dia meminum minuman sodanya itu sebelum menjawab pertanyaan Gracia.

"Basket" jawab Vino singkat lalu kembali menatap laut di depannya

Shani dan Gracia hanya ber-oh ria saja menanggapi Vino, lain dengan Anin yang justru menghela nafasnya.

"Vino juga suka main gitar, dia jago main gitar" ucap Anin tiba-tiba

"Oh ya?"

Anin menganggukkan kepalanya,

"Kalo Vino udah main gitar beuh, jiwa musiknya langsung keluar" ucap Anin sambil tertawa kecil

"Main gitar sambil nyanyi?" tanya Shani

Anin menganggukkan kepalanya lagi, "Iya sambil nyanyi, suara Vino kalo udah nya—"

"Udah deh" potong Vino

"Mending kalian liat sunset aja tuh, bagus" lanjutnya sambil menunjuk kearah depan dengan dagunya

Shani, Gracia, dan juga Anin pun langsung mengalihkan pandangannya lurus ke depan untuk memperhatikan matahari terbenam di depan matanya.

Benar kata Vino, sunset itu terlihat bagus. Ah tidak, indah. Sunset itu sangat indah, saking indahnya sampai membuat tiga gadis yang sedari tadi berbicara, menjadi terdiam memandangi sunset itu.

Tak terasa, hari pun semakin gelap dan semakin malam. Vino bangkit dari duduknya, dia melihat jam di pergelangan tangan kirinya, jam 7 malam.

"Ayo pulang" ucap Vino

Ketiga gadis itu menganggukkan kepalanya, mereka pun bangkit dari duduknya dan membersihkan pasir-pasir yang ada di tubuh mereka karena mereka duduk diatas pasir. Setelah bersih, mereka pun berjalan menuju parkiran.

"Vino" panggil Anin

Vino menoleh kearah Anin, "Hm?"

"Kamu....marah sama aku?" tanya Anin ragu

Vino menghentikan langkahnya begitu juga Anin, membiarkan Shani dan Gracia berjalan terlebih dahulu.

"Marah karena?"

Anin menatap Vino, "Debat semalem, kamu pergi dari rumah aku. Kamu marah kan sama aku?"

Vino tersenyum kecil, dia menggelengkan kepalanya.

"Nggak"

"Kamu nggak marah sama aku?"

"Nggak Dithaaa, buat apa aku marah sama kamu, kan kamu nggak salah apa-apa" ucap Vino

Anin tertegun, Vino memanggilnya Ditha. Untuk pertama kalinya Vino memanggil Anin dengan panggilan itu, dan itu terasa sangat menyenangkan saat Anin mendengarnya.

"Aku minta maaf, udah paksa kamu semalem. Gak seharus—"

"Nggak papa, kamu bener kok." potong Vino

Vino mengusap puncak kepala Anin,

"Nanti aku pulang ke rumah" ucap Vino sambil tersenyum

Anin terkejut, "Beneran?"

Vino menganggukkan kepalanya, "Iya beneran"

Anin tersenyum menatap Vino, dia merasa senang jika Vino seperti ini.

"Ayo ke mobil, kayaknya Shani sama Gracia udah nunggu tuh" ucap Vino sambil kembali berjalan

Anin pun menganggukkan kepalanya dan ikut berjalan di sebelah Vino.

"Kamu kemana sih semalem?" tanya Anin

"Ada deh"

"Ih kok gituu, kemana sih kemanaa?"

"Kamu gak boleh tau"

"Ih nyebelin!"

***

"Mau makan gak?" tanya Vino tiba-tiba di tengah perjalanan

"Kamu laper?" tanya Anin balik

Vino menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Ini udah di Jakarta kan?" tanya Shani

"Udah"

"Ayo, mau makan dimana emang?" saut Gracia

"Junk food mau?" tawar Vino

"Mau mau, aku lagi pengen burger nih" ucap Anin

"Mekdi, kaefsi, atau burger king?"

"Burger king aja!"

Vino menganggukkan kepalanya, dia menambah sedikit kecepatan mobilnya untuk segera sampai di tempat makan karena Vino sangat lapar sekarang.

Tak perlu waktu lama, mereka pun sudah tiba di resto junk food itu. Setelah Vino memarkirkan mobilnya, mereka pun turun dari mobil dan berjalan masuk resto.

"Mau pesen apa?" tanya Anin yang berada paling depan dengan kasir

"Cheeseburger aja" ucap Shani

"Sama" saut Gracia

"Vino?"

Vino masih melihat-lihat menu sambil mengusap-usap dagunya, dia merasa masih bingung memilih makanan untuk mengisi perutnya yang kosong ini.

"Sama" ucap Vino akhirnya

Anin menganggukkan kepalanya, dia menoleh kearah mbak-mbak kasir untuk segera memesan.

"Mbak, cheeseburger nya em-"

"Yang double" potong Vino

"Sama chicken meal juga" tambahnya

Shani dan Gracia terkejut dengan pesanan Vino, bahkan Anin sampai menoleh kearah Vino karena saking terkejutnya dengan pesanan Vino yang cukup banyak itu untuk malam hari. Sedangkan yang di tatap hanya berdiri diam dengan wajah polos seakan tak berdosa.

Anin pun kembali melanjutkan pesanannya,

"Paket cheeseburger meal nya tiga, cheeseburger double nya satu, sama chicken meal nya satu mbak" ucap Anin

Pegawai kasir itu pun mencatat semua pesanan Anin di layar komputernya.

"Ada tambahan lagi?"

"Nggak"

"Seratus empat puluh lima ribu" ucap pegawai itu

Mereka pun mengambil dompetnya masing-masing untuk mengambil uangnya, lalu dengan cepat Vino menyerahkan tiga lembar uang lima puluh ribunya itu pada pegawai kasirnya.

"Uangnya seratus lima puluh ribu yaa.."

Vino hanya menganggukkan kepalanya, para gadis pun heran menatap Vino karena mereka belum memberikan uang pada Vino tapi Vino sudah main bayar saja.

"Kembaliannya lima ribu, tunggu sebentar yaa"

Vino menerima kembalian dan bill pembayaran itu sambil menganggukkan kepalanya lagi, Vino pun langsung berjalan meninggalkan kasir untuk mencari tempat duduk.

"Aku yang bawa makanannya, kalian ikut Vino aja" ucap Shani

"Aku bantu deh" saut Anin

Shani hanya menganggukkan kepalanya, Gracia pun langsung berjalan menyusul Vino yang sudah mendapatkan tempat duduk itu.

"Vin, liat bill nya dong" ucap Gracia sambil duduk di hadapan Vino

"Udah gue buang barusan"

"Loh? Kok di buang? Kan aku sama yang lain belum bayar dan belum liat harganya juga"

"Gue traktir"

Gracia sedikit terkejut dengan ucapan Vino, itu bukan jumlah yang sedikit mengeluarkan uang cuma-cuma untuk anak seumuran mereka. Bahkan Gracia meminjamkan uang sepuluh ribu pada temannya saja harus berpikir berulang-ulang, tapi Vino dengan gampangnya mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk makan.

"Jangan dong Vin, aku gak enak gini jadinya. Seriusan deh, kamu buang beneran bill nya? Aku balik ke kasir deh liat harganya" ucap Gracia yang hendak bangkit dari duduknya

Tapi dengan cepat Vino menahan lengan Gracia reflek dan menariknya pelan untuk duduk kembali di hadapannya, Gracia memperhatikan lengannya yang di pegan Vino itu, entah kenapa Gracia merasa ada seperti sengatan yang menjalar di tubuhnya dan juga dadanya yang berdegup kencang tiba-tiba.

"Duduk aja, gue traktir karena gue yang ngajak kalian makan malem ini. Gak usah ngerasa gak enak gitu, guenya santai gini kok traktir kalian" ucap Vino sambil melepas pegangannya di lengan Gracia

Tak lama kemudian, Anin dan Shani datang membawa makanan mereka dan meletakkannya di atas meja. Anin pun duduk di sebelah Vino begitu juga Shani yang duduk di sebelah Gracia.

"Tadi kalo gak salah cheeseburger nya tiga puluh lima ribu ya.." ucap Anin sambil membuka dompetnya kembali

Vino langsung menarik dompet Anin dan meletakkannya di sebelah piring Vino guna menjauhkannya dari Anin, Shani dan Anin mengernyitkan dahinya melihat itu.

"Gak usah, gue traktir ini" ucap Vino datar sambil meminum minuman sodanya itu

"Eh?" Shani dan Anin terkejut bersamaan

"Seriusan? Jangan dong, nanti—"

"Udah, gue traktir intinya. Kalian gak usah bayar apa-apa lagi, gue yang ngajak gue yang bayar" ucap Vino memotong ucapan Shani

Vino bangkit dari duduknya untuk mengambil saus sambil dia membawa piringnya agar bisa meletakkan sausnya disana dan bisa mengambil lebih banyak.

Setelah makan malam bersama, pukul sepuluh malam tepat para gadis sudah sampai di rumahnya masing-masing. Dan Vino baru saja sampai di rumahnya pukul sepuluh lebih tiga puluh lima menit, Vino memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya yang sudah lebih dari seminggu ini tidak pernah dia datangi, setelah itu Vino pun turun dari mobilnya sambil membawa tasnya.

"Malam den Vino, saya senang den Vino pulang" ucap seorang laki-laki paruh baya

Vino tersenyum melihat laki-laki itu, laki-laki yang selalu menemani saat Vino masih kecil ketika Vino tidak bersama ayahnya bahkan sampai saat ini laki-laki itu masih menemani Vino.

"Mang Ujang, apa kabar?" ucap Vino sambil tersenyum

Laki-laki yang dipanggil mang Ujang itu pun memeluk Vino hangat, begitu juga Vino yang membalas pelukannya tak kalah hangat.

"Baik, saya baik den. Den Vino gimana?" ucap mang Ujang sambil melepas pelukannya

Vino tersenyum, "Seperti yang mang Ujang lihat, Vino sehat"

"Saya benar-benar senang den Vino pulang, tolong jangan pergi lagi den"

"Iyaa mang"

Setelah melepas rindu, Vino pun langsung masuk ke dalam rumahnya. Terlihat sangat sepi, seakan tidak ada kehidupan di dalam rumah itu, tanpa berpikir panjang Vino pun langsung berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Vino meletakkan tasnya di atas meja belajarnya, dia mengambil handuk yang ada di gantungan baju dekat kamar mandinya dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Setelah memberihkan dirinya, Vino keluar dari kamar mandi. Vino mengganti bajunya dengan kaos hitam tanpa lengannya serta menggunakan boxer hitamnya.

"Duh, haus" gumam Vino

Vino meletakkan kembali handuknya di gantungan bajunya semula, setelah itu dia berjalan keluar dari kamarnya, menuruni tangga dan menuju dapur untuk mengambil segelas minuman.

Setelah mengambil minuman, Vino pun berbalik hendak berjalan menuju kamarnya kembali untuk beristirahat. Namun dia terkejut saat berbalik karena ada seseorang yang berdiri di hadapannya.

"Vino"

***



Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

59.3K 3.1K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
21.9K 2.7K 40
Ini hanya bagian kecil dari kisah mereka yang sedang sama-sama belajar menjadi sepasang telinga serta tempat berbagi cerita.
6.8K 357 27
"Kamu makin hari ko makin cantik sih, jadi pengen milikin kamu selamanya" [100% cerita ini hanyalah Halu author semata, jadi buat yang baca ini jgn d...
7.3K 852 10
Dua orang yang terpaksa harus menikah karena sebuah perjanjian yang orang tua mereka buat dulu. "saya menikahimu karena perjanjian orang tua kita, ja...