Epilog

4.9K 127 15
                                    

***

Seorang pria dengan gagahnya sedang memandang pantulan dirinya di depan cermin, dia memperhatikan dirinya sendiri dari bawah sampai atas, merasa bangga dengan dirinya karena betapa tampan dirinya itu mengenakan tuxedo putih serta rambutnya yang disisir dengan rapi. Dia merapikan dasi kupu-kupu yang dia gunakan itu, dan juga merapikan jasnya sendiri, senyumannya sungguh memancarkan kebahagiaan tiada tara.

Pintu ruangannya terbuka, pria itu pun menoleh dan langsung tersenyum.

"Mama.."

"Kamu lama banget sih Vin, kasian Anin gak sabar mau lihat kamu pake jas gini.."

Vino tertawa kecil, "Vino juga gak sabar lihat Anin pake gaun nya."

Ya, Vino dan Anin sudah melaksanakan pernikahannya tadi pagi. Dan malam ini adalah pesta pernikahannya, pengantin baru itu mengganti bajunya, yang pagi tadi menggunakan adat tradisi keluarga mereka, kini mereka menggantinya dengan memakai pakaian modern. Karena itu sesuai permintaan Vino dan Anin sendiri, mereka ingin merayakan pesta pernikahannya dengan baju yang mereka sukai dan mereka nyaman memakainya.

Veranda tersenyum, "Dia cantik banget."

"Ah mama jangan spoiler dong!"

"Hahahaha! Udah ah, kamu udah selesai kan? Ayo keluar, kalian ada foto dulu nanti berdua." ucap Veranda

"Oh iya,"

Veranda dan Vino pun melangkah keluar ruangan itu, dan ada satu orang yang Vino kenal sudah menunggunya di depan ruangan itu sembari membawa kamera, dia pegawai favorit Vino di studionya.

"Ke ruangan sebelah pak, istrinya udah nunggu." ucap pegawai itu

Vino hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, dia langsung berjalan menuju ruangan yang ditunjuk itu masih bersama Veranda. Ternyata di dalam ruangan itu sudah ada papanya, ayah Dyo, bunda Melody, dan juga Gracia. Vino langsung melihat kearah poin utama ruangan itu, disana Anin sudah menunggunya duduk di sebuah kursi sambil tersenyum melihat kearahnya.

Vino terdiam melihat istrinya itu, wanita itu sungguh cantik dan anggun, Vino tidak percaya bahwa dia yang dicintai wanita itu, dia tidak percaya bahwa dia bisa memiliki wanita itu.

"Udah kagumnya nanti dulu, foto dulu sana." ucap Gracia sembari mendorong Vino pelan untuk menghampiri Anin

Seisi ruangan itu tertawa kecil, Vino pun masih dengan senyumannya berjalan menghampiri wanitanya itu.

"Cantik banget kamu," ucap Vino pelan

"Iya aku tau, makasih ya." ucap Anin

Vino tertawa kecil, "Kalo rambut kamu gak lagi bagus gini udah aku acak-acak nih,"

"Jangan macem-macem, aku pukul nanti kamu."

"Dih, galak."

"Biarin."

Pegawai Vino yang bertugas untuk memotret itu pun merapikan sedikit background yang digunakan, lalu kembali ke posisinya untuk mengambil foto.

"Pak Vino jangan berdiri gitu dong, kan udah disediain kursi buat pak Vino duduk." ucap pegawai itu sedikit bercanda

"Vino grogi nih pasti." saut bunda Melody

Vino tertawa kecil, dia pun mengambil posisi duduk di kursi yang ada di sebelahnya itu. Dia meletakkan kaki kirinya di penyangga kursi tersebut, dan menyatukan tangannya di depan. Baru si fotografer ingin mengambil foto, tiba-tiba Gracia berlari kecil menghampiri Anin.

"Aku lupa bunganya, hehe." ucap Gracia sembari memberikan bunga untuk aksesoris Anin

"Dih, dasar." saut Vino

Untitled.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang