Part 1

16.7K 349 51
                                    

***

"Papa!"

Laki-laki yang dipanggil papa itu menoleh, dia tersenyum miring melihat anak laki-lakinya sedang menatapnya tajam, seakan penuh benci.

"Kenapa? Hah?"

Anak laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan ayahnya, melainkan dia melirik dan menatap perempuan yang berada di dalam rangkulan ayahnya. Dia menatap tajam perempuan itu, sampai perempuan itu tidak berani melihat ke arahnya.

Anak laki-laki itu berdecak pelan, dia kembali masuk ke dalam kamarnya. Masih jam 3 pagi, dan dia terbangun karena suara mabuk ayahnya itu. Dia sangat membenci keadaan ayahnya sekarang, dia sangat benci.

"Mama.."

"Maafin papa.."

Perlahan, anak laki-laki itu menangis. Dia mengambil sebuah bingkai foto kecil yang terdapat di nakas tempat tidurnya, dia mengusap foto itu yang menggambarkan dia bersama kedua orang tuanya, sangat bahagia.

"Aku benci papa yang sekarang.." gumam anak itu sambil menangis

Dia sangat rindu kehangatan keluarganya dulu, dia sangat merindukan itu. Tapi sayang, mungkin itu sudah tidak akan dia rasakan lagi sekarang. Anak laki-laki itu pun kembali meletakkan bingkai foto itu di tempatnya semula.

Segera dia mengusap kasar air matanya, dan membaringkan tubuhnya di kasur, mencoba kembali ke dunia mimpinya.

***

"Teteeeh! Ayo sarapan dulu, mumpung belum telaat!"

"Iyaaa buun!"

Seorang gadis muda keluar dari kamarnya dengan menggendong tasnya, dia sudah berseragam lengkap, siap untuk berangkat ke sekolahnya. Gadis itu melangkah turun dari kamarnya yang terletak di lantai 2, menuju ruang makan yang berada di bawah.

"Ayah udah berangkat bun?" tanya gadis itu

"Udah, ayah berangkat Subuh tadi.."

"Yah, Anin berangkat sama siapa dong?"

Aninditha Rahma Laksani. Seorang gadis yang masih berumur 17 tahun, masih menginjak kelas 2 SMA. Putri tunggal di keluarganya, keluarga yang sangat berkecukupan.

Karena ayahnya yang pekerja keras sehingga bisnisnya cukup sukses, dan bundanya yang memiliki hobi memasak pun memiliki toko kue yang di kelola oleh pegawainya, dan tak jarang dia mengeceknya.

Bunda tersenyum kecil,

"Itu liat deh siapa yang lagi di sofa depan.." ucap bunda sambil menunjuk kearah sofa ruang tamu dengan dagunya

Anin mengernyitkan dahinya, dia menoleh kearah yang ditunjuk oleh bundanya. Anin sedikit terkejut saat melihat seorang pemuda yang sangat dia kenal sedang tertidur di sofanya.

"Loh, Vino sejak kapan disana?" tanya Anin

"Udah dari ayah berangkat kerja tadi, dia subuh-subuh udah kesini. Bangunin gih, ajak sarapan trus kalian berangkat.." ucap Bunda

Anin hanya menganggukkan kepalanya, dia berjalan menghampiri pemuda yang tertidur itu. Temannya sejak kecil, teman sekolahnya dari awal mereka menginjakkan kaki di sekolah dasar sampai sekarang.

Vino Firmandiaz Putra. Pemuda yang dingin, cuek, dan tidak peduli dengan sekitarnya. Dia menjadi anak yang introvert semenjak ada suatu kejadian menimpa keluarganya, anak tunggal juga di keluarganya, keluarganya pun sangat berkecukupan juga, bahkan lebih.

Ayah Vino adalah seorang pengusaha ternama bahkan memiliki kekuasaan yang cukup besar, dan juga ibunya adalah pemilik butik yang terletak di salah satu mall terkenal di Jakarta.

Untitled.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang