The Wildest Dream

By RussylaAhmad

134K 6.7K 42

Impian Nabila adalah impian sederhana semua perempuan di dunia. Ia punya impian ingin menjelajahi alam liar b... More

Prolog
1. Miss Teacher
2. Sobat Lama Abangku
3. Raditya
4. The Same Old Feeling
5. Am I Dreaming
6. Janji Suci
7. Between A Dream And Reality
8. Ghost From The Past
9. Trauma
11. Night In Semeru
12. Perfect Honeymoon
13. When She Comes Around Again
14. Luka Lama
15. Andai Kau Di Sini, Ibu....
16. Please Come Back Home!
16. Can't Live Without You
18. Kaulah Rumahku
19. Dia Satu-Satunya
20. Pilihan Tuhan
21. Sang Jagoan Kecil
22. Hingga Akhir Waktu
Epilog
PROMO

10. Impian Di Hidupku

5.2K 261 1
By RussylaAhmad


Nabila masih bertanya-tanya tentang ajakan suaminya untuk berlibur ke suatu tempat. Mendengar kata berlibur, tentu saja Nabila senang bukan main dan antusias karena memang ia butuh liburan setelah seharian bekerja. Dua hari yang lalu, Radit mengatakan kalau hari ini mereka akan pergi berlibur ke suatu tempat yang dirahasiakannya, juga untuk acara bulan madu, karena mereka belum sempat berbulan muda akibat kesibukan mereka sebagai orang yang bekerja di sebuah instansi. Hari ini, mereka sedang bersiap-siap untuk berangkat. Ia heran, kenapa suaminya membawa 2 ransel? Sebenarnya akan pergi ke mana mereka?

"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Nabila masih penasaran. Radit hanya tersenyum.

"Nanti juga kamu akan tahu." Nabila mencebikkan bibirnya kesal karena rasa penasarannya yang belum terjawab. Lebih baik, ia tak bertanya lagi saja dan mengikuti apa kata suaminya.

"Namanya juga kejutan, sayang." Nabila hanya mengangguk. Lalu, mereka segera keluar dari kamar. Mereka bertemu dengan ayah dan abang Nabila.

"Jangan lupa ya oleh-olehnya! Pulang ke sini, Nabil harus sudah hamil." Radit hanya tertawa mendengar permintaan Raffi. Nabila mendengus.

"Iya, pasti gue kabulin. Jangan lupa juga berdo'a sama Allah supaya kami bisa cepet punya momongan." Raffi mengangguk. Nabila menatap ayahnya yang hanya tersenyum mendengar perkataan abangnya itu.

"Yah..., Nabil berangkat dulu ya sekarang?! Do'ain Nabil supaya selamat sampai tujuan." Yudha mengangguk.

"Pasti, Nak. Selamat berbulan madu, jangan lupa cucu buat Ayah!" Nabila hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Lalu, Nabila dan Radit menyalami Yudha dan juga Raffi. Karena tidak punya mobil, mereka akan naik kereta api. Nabila sudah tahu jika Radit akan mengajaknya untuk berbulan madu ke Jawa Timur, tapi suaminya tak memberitahu tempat apa yang akan mereka kunjungi di sana.

Nabila dan Radit menaiki sebuah taksi untuk membawa mereka ke stasiun. 15 menit lagi, kereta akan berangkat. Nabila dan suaminya duduk di kursi tunggu yang juga sudah penuh dengan penumpang lainnya.

"Aku gak sabar Mas pengen cepet tiba di tempat tujuan." Radit tersenyum sambil menatap istrinya.

"Aku juga, sayang." Nabila balas tersenyum. Ia benar-benar sudah tak sabar ingin mengetahui kejutan apa yang akan dipersembahkan suaminya untuknya. Tak lama, terdengar suara yang mengintruksikan para penumpang untuk menaiki kereta yang sudah ada di sana. Radit menarik tangan istrinya untuk segera masuk ke dalam kereta.

***

Setelah begitu lama berada di dalam kereta, akhirnya mereka sudah tiba di Jawa Timur pada malam hari. Nabila dan Radit turun dari kereta sambil membawa barang-barang mereka. Lalu, mereka menaiki angkutan umum untuk menuju terminal bus Kota Malang. Tak sampai satu jam, mereka sudah sampai di terminal bus. Meski penasaran, Nabila tetap mengikuti langkah kaki suaminya ke mana akan membawanya. Mereka menaiki sebuah bus umum yang mulai penuh dengan penumpang. Nabila duduk di dekat jendela dan ia melihat-lihat pemandangan dari jendela bus. Radit mencolek bahu istrinya dan Nabila menolehkan wajahnya.

"Ini minum dulu! Kamu pasti haus." pintanya sambil menyodorkan sebotol air mineral. Nabila mengambilnya dari tangan suaminya dan membukanya untuk meneguknya. Lumayan segar setelah ada asupan cairan ke tubuhnya. Suasana tidak terlalu sesak seperti siang hari dan itu membuat mereka tidak terlalu tersiksa dengan keadaan di bus.

"Masih lama gak, Mas?" Radit mengangguk.

"Lumayan. Kalau kamu mau tidur, tidur aja dulu." Nabila mengangguk. Ia menguap karena rasa kantuk akibat lelah yang mendera setelah perjalanan dari saat naik kereta sampai naik bus. Ia menyandarkan kepalanya di bahu suaminya dan mulai memejamkan matanya. Radit mengelus lembut kepala istrinya yang berhijab dan ia lebih memilih untuk membalas percakapan dengan teman-temannya di sosial media.

Dua jam di perjalanan, akhirnya mereka sudah sampai di tempat yang dituju, yaitu Tumpang, desa dekat kaki gunung Semeru. Radit menggoyang pelan lengan istrinya yang masih tertidur pulas di bahunya.

"Sayang, bangun! Udah sampai." bisiknya di telinga istrinya. Nabila membuka matanya perlahan dan menguap. Ia mengedarkan pandangannya dan dilihatnya mereka sudah sampai di tempat yang merupakan tempat wisata alam. Ia menolehkan wajahnya pada Radit.

"Ini tempatnya, Mas?" Radit mengangguk.

"Iya, ayo kita turun!" Nabila ikut berdiri mengikuti suaminya dan mengambil barang-barang mereka untuk segera turun dari bus. Nabila merasakan hawa dingin yang langsung menyergapnya begitu ia turun dari bus. Ia menatap sekelilingnya yang merupakan tempat yang sejuk dan asri dengan pemandangan gunung dan hutan di sana meski suasana sudah gelap dan hanya penerangan dari tempat-tempat yang ada di sana.

"Ini kan..., gunung, Mas." Radit tersenyum dan mengangguk.

"Iya, ini adalah daerah Gunung Semeru, namanya Desa Tumpang. Kita akan berlibur di tempat ini." Nabila hampir tidak percaya.

"K-kita..., liburan ke gunung?" Radit hanya mengangguk.

"Iya, sekarang kita ke sana dulu, yuk?! Kita ketemu temen-temen aku dulu." Nabila hanya mengangguk dan ia mengikuti Radit menuju tempat yang ditunjuk suaminya.

Nabila melihat beberapa orang yang sedang berkumpul juga di sana. Ia tebak, mereka adalah teman-teman yang dimaksud suaminya. Radit tersenyum lebar saat melihat kumpulan orang-orang itu.

"Panjang umur joga lo, Dit. Baru aja kita omongin, eh langsung nongol." ucap salah seorang lelaki yang memakai pelindung kepala berwarna abu-abu Radit hanya tersenyum. Lelaki itu menatap Nabila yang berdiri di samping Radit yang hanya tersenyum tipis.

"Ini istri lo, 'kan?" Radit tersenyum dan mengangguk.

"Iya, ini istri gue, Nabila." Nabila menyalami lelaki itu sambil memperkenalkan diri.

"Nabila."

"Tanto." lelaki bernama Tanto itu melirik Radit sambil tersenyum.

"Dari dulu, lo emang gak pernah salah milih cewek, pada cantik semua." Radit hanya tertawa pelan. Nabila hanya tersenyum malu dan salah tingkah.

"Bisa aja, lo." Nabila melihat teman-teman Radit yang lainnya. Ia menyalami mereka satu per satu.

"Eh, kenalin..., ini Nabila, istri gue." ucap Radit memperkenalkan Nabila sebagai istrinya kepada teman-temannya. Mereka tersenyum dan mengangguk.

"Ini istri kamu, Dit?" tanya seorang perempuan yang berambut sebahu dan diikat. Radit tersenyum dan mengangguk.

"Iya, Lin. Gimana kabarmu?" perempuan bernama Lintang itu tersenyum.

"Alhamdulillah baik. Gimana kabarmu juga? Selamat ya atas pernikahannya...." ucapnya sambil menatap Nabila. Entah kenapa, ada sebuah tatapan patah hati dari matanya saat menatapnya dan Radit. Siapa sebenarnya perempuan itu?

"Alhamdulillah baik juga. Sayang, kenalin, ini Lintang, temenku waktu kuliah dulu." Nabila mengangguk dan menyalami Lintang.

"Nabila." ucapnya sambil tersenyum.

"Lintang." jawab perempuan itu yang ia tebak tak berusia jauh dari suaminya.

"Kita langsung ke penginapan aja, ya?! Udah malem dan kita butuh tempat buat istirahat." putus Radit. Mereka mengangguk dan mulai berjalan untuk menuju tempat penginapan yang berada tak jauh dari sana.

***


Nabila merapatkan sweater-nya karena rasa dingin yang begitu menusuk kulit. Kini mereka sedang berada di kamar sebuah penginapan di sana. Ia melihat suaminya yang masuk ke kamarnya dan mendekatinya di ranjang. Mereka baru saja selesai makan malam di sebuah rumah makan yang tak jauh dari sana. Nabila pamit duluan ke penginapan karena suaminya masih asyik mengobrol dengan teman-temannya.

"Dari mana dulu, Mas?" tanya Nabila.

"Dari luar dulu. Biasa, ngumpul kangen sama temen-temen. Maklum, kami udah lama gak ketemu." Nabila hanya mengangguk.

"Kita sholat isya dulu yuk, Mas?!" Radit mengangguk.

"Ayo!"

Lalu mereka pun memutuskan untuk melaksanakan sholat isya berjama'ah. Setelah melaksanakan sholat, Nabila membereskan peralatan sholat mereka dan langsung memutuskan untuk mengganti bajunya dengan piyamanya. Saat ia akan membuka bajunya, Radit menahannya.

"Jangan ganti baju dulu, ya!" Nabila mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" Radit hanya tersenyum.

"Kan kita pengen menuhi permintaan Ayah dan Raffi. Kita bakalan bikinin oleh-oleh untuk mereka." Nabila terdiam sejenak. Ia mencerna maksud suaminya. Radit tersenyum melihat istrinya yang masih berpikir tentang ucapannya.

"Kita bikin dedek buat mereka, sayang...." bisiknya di telinga istrinya. Nabila masih diam dan kemudian, ia tertawa.

"Oh..., itu. Masih inget aja kalau untuk urusan itu." Radit tersenyum. Tanpa banyak kata lagi, ia langsung menggendong tubuh istrinya. Nabila hampir menjerit karena kaget.

"Mas!" kesalnya sambil menepuk bahu Radit.

Radit hanya tertawa. Lalu ia segera membaringkan tubuh istrinya pelan di ranjang dan ia langsung naik ke atas tubuh Nabila. Ia menatap sejenak kecantikan wajah istrinya yang alami.

"Aku cinta kamu, Nabil." gumamnya pelan. Nabila menatap suaminya tak percaya. Suaminya sudah mencintainya? Benarkah?

Radit yang melihat istrinya masih terkejut karena pengakuannya barusan langsung saja memagut bibir istrinya yang setengah terbuka. Nabila yang terkejut dengan serangan tiba-tiba suaminya merasa kehabisan nafas saat suaminya menciumnya semakin dalam. Akhirnya ia pun mengikuti permainan suaminya dan membalasnya. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua.

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 589 19
FIND IT (Suho x Irene) Kehilangan bukanlah akhir dari segalanya. Kadang karena kehilangan itu, kita dipertemukan oleh hal yang baru. Bae Joo Hyun ke...
2.9K 60 15
"Pagi ini rasanya aku ingin mengubur diri dalam-dalam. Sinar mentari yang biasanya kuanggap sebagai pertanda semangat, kini terasa bagai sindiran bag...
190K 10.9K 30
"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan ke...
131K 14.6K 48
I can smile because we're together, i can cry because it's you. So what can't i do? - smile flower