Tuan Kim dan Sang Pelacur

By VanadiumZoe

75.9K 11.2K 4.1K

Kim Seok Jin mendapat kiriman hadiah dari rekan bisnisnya di Macau, Seraphina, seorang Pelacur paling cantik... More

UNGKAPAN-KATA
PROLOG
LIE
1
2
3
CERULEAN
1
2
3
4
5
6
7
8
WINTER SCENT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BLOSSOM TEARS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
FOREVER RAIN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
PEACH
1
2
3
4
5
UNGKAPAN-RASA

11

1K 184 61
By VanadiumZoe

👑 🦊 👑

🍁🍁🍁

"Appa (Ayah)!"

Reeya berlarian dari tangga lantai dua begitu dia melihat Seokjin, lalu melompat ke dalam lengan Seokjin yang terbuka. Reeya dibawa Seokjin berputar dua kali sampai tawa Reeya yang renyah dan selalu menghantarkan kebahagiaan memenuhi ruang depan yang luas itu.

"Hari ini sampai Sabtu, Reeya ikut Ayah ke Hannam 'kan?"

"Iya, Sayang," jawab Seokjin, masih menggendong Reeya dengan satu lengan.

"Berarti Reeya benar, ibu yang salah."

"Hhmm?" Seokjin mengernyit, melirik bayangan Jiyeon yang muncul dari ruang tengah. Dia membawa Reeya duduk di sofa ruang depan, berbicara dari hati ke hati seperti yang biasa mereka lakukan semenjak Reeya lancar bicara.

Seokjin memang sangat sibuk bekerja, 24 jam rasanya tidak cukup untuk mengurus semua pekerjaannya. Seokjin tidak hafal dengan kegiatan Reeya sehari-hari, dia tidak tahu apa yang Reeya suka dan tidak, tetapi Seokjin selalu punya waktu untuk mendengar cerita putrinya. Reeya hobi bercerita, banyak bicara, kehadiran Reeya dengan segala cerita dan ekspresi lucu selalu mampu menguapkan segala beban yang tertumpuk di bahunya.

Orang-orang mungkin melihat Seokjin sebagai penguasaha berdarah dingin, kaku, diktator yang ditakuti para kompetitor. Tetapi di rumah Seokjin bersikap sangat lembut pada anak dan istrinya, walau menerapkan banyak aturan disiplin yang harus dipatuhi, tapi dia akan selalu menghargai keputusan orang-orang yang dia kasihi. Begitulah cara Seokjin mencintai dan menyayangi mereka.

"Hari Sabtu ibu mau ngajakin Reeya liburan ke Jepang, tapi Reeya ingat kalau hari Sabtu Reeya ikut Ayah dan Sera Eonni di Hannam."

Seokjin menunggu, dia tahu kalau masih ada hal lain yang sudah Jiyeon beritahukan pada Reeya. Padahal dia berencana memberi tahu Reeya dengan bahasa yang lebih halus, kalau sekarang dia dan Jiyeon sudah berpisah.

"Hari Sabtu Ayah beneran mau menikah dengan Sera eonni?"

"Ya," jawab Seokjin singkat. Memandangi putrinya, menunggu reaksi dari malaikat kecilnya dengan kekhawatiran dalam benak; Reeya terluka dan membencinya.

"Tapi Ayah tidak benci ibu, 'kan?"

"Tidak." Seokjin menggelengkan kepalanya susah payah.

"Ayah masih sayang sama ibu, meskipun sekarang Ayah juga sayang Sera eonni?"

"Ya." Seokjin menatap putrinya kian lekat, hatinya bagai teriris sembilu melihat kenyataan di usia 5 tahun Reeya sudah harus menerima kenyataan orangtuanya berpisah.

"Ayah tetap sayang Reeya juga, 'kan?"

"Tentu saja. Ayah sangat menyayangi Reeya, lebih dari siapa pun."

Ada jeda sebentar di antara mereka.

"Kalau begitu boleh, tidak apa-apa, tapi Reeya sedih."

"Sedih?" Napas Seokjin berhenti, jantungnya terasa tertusuk belati, menyadari dia telah membuat putrinya terluka.

"Maaf, Ayah sudah bikin Reeya sedih." Seokjin ingin memeluk Reeya, tapi putrinya sudah menggeleng pelan.

"Reeya sedih karena semalam ibu bilang sama kakek Jung, tidak mau menyayangi Ayah lagi, mangkanya ibu ngak mau tinggal sama-sama lagi."

Seokjin termangu, menatap mata Reeya yang berkaca-kaca.

"Reeya sedih sekali, tapi sekarang untung ada Sera eonni yang mau sayang sama Ayah. Jadi Ayah jangan khawatir, oke?"

Reeya menarik bahu Seokjin, memeluknya erat-erat.

"Ayah jangan sedih ya," katanya, menepuk-nepuk bahu Seokjin. "Reeya sayang banget sama Ayah, sampai Reeya besar tetep sayang sama Ayah. Pokoknya ayah Reeya cuma satu, kalau Sera eonni baik, ngak papa deh Reeya punya dua ibu."

Reeya tertawa kecil, masih menepuk-nepuk bahu Seokjin.

"Ayah juga sayang banget sama Reeya." Mata Seokjin kian berembun, dia mengeratkan pelukannya pada Reeya, memeluk satu-satunya harta berharga yang dia punya.

Dia tidak menyangka Reeya mendengar kalimat itu dari Jiyeon, dia ingin perpisahannya dengan Jiyeon tidak dibumbui kata-kata yang bisa menyakiti putrinya. Kini Seokjin berdiri depan Jiyeon, selagi menunggu Reeya mengambil tas sekolah di kamarnya di lantai dua.

"Bisa-bisanya kau mengajak Reeya untuk melihat pernikahanmu dengan pelacur itu," kata Jiyeon, sinis.

"Dia bukan pelacur, Jiyeon, dia calon istriku dan dia punya nama."

"Oh, baiklah, aku tidak peduli."

"Terserah kau saja, aku juga tidak mengharapkan kepedulianmu."

Seokjin mengalihkan atensi, Reeya menuruni tangga bersama bibi Jo yang menenteng tas sekolah Reeya. Reeya cepat-cepat mengambil tasnya dari Joane, saat Seokjin melihatnya.

"Saya yang memaksa membawakan tas nona Reeya, Tuan Muda," ucap Joane buru-buru. Dia hafal pada aturan ketat Seokjin pada Reeya; Reeya harus membawa tas sekolahnya sendiri tanpa bantuan pengasuh rumah.

"Oke, tidak apa-apa." Seokjin tersenyum, memerhatikan Reeya yang kian tinggi dengan pakaian sekolah, dia akan mengantar Reeya ke sekolah sebelum berangkat ke kantor.

"Ayah, bibi Jo maksa tahu, padahal Reeya udah bilangin loh ngak boleh." Komentar Reeya, lalu memeluk Joane erat-erat. "Bibi Jo, kangen sama Reeya-nya jangan banyak-banyak ya, hari Minggu Reeya udah di sini lagi kok."

"Nona Reeya, hati-hati, jangan lupa makan yang banyak."

"Bibi Jo, tenang saja, Sera eonni jago masak. Benar 'kan, Ayah?"

Seokjin mengangguk singkat.

"Ibu, Reeya berangkat sekolah dulu." Reeya memeluk Jiyeon erat-erat. "Reeya sayang Ibu."

"Kami berangkat," kata Seokjin pada Jiyeon tapi tidak dibalas. Ah... Seokjin pun tidak peduli. "Terima kasih, Bibi Jo," tambahnya pada Joane, wanita paruh baya yang dulu merawatnya sewaktu kecil, lalu membawa Reeya keluar dari rumah.

Sementara Jiyeon yang tertinggal di belakang, menatap kepergian keduanya dalam perasaan kelabu, menyadari rumah yang sangat besar dan megah itu kini terlalu kosong dan sunyi.

🍁🍁🍁

"Sera Eonni, annyeong!"

Reeya berlarian untuk menggapai Sera yang muncul dari ruang tengah, masih memakai apron dan menenteng spatula. Hari ini sampai Sabtu Reeya akan tinggal di Hannam, jadi Sera sibuk menyiapkan banyak makanan. Reeya hobi makan sama seperti Sera, pemakan segala rupa.

"Kalian itu mirip, hobi makan dan berisik." Komentar Seokjin, menyadari kalau Reeya dan Sera bertemu, maka akan ada berjam-jam sesi curhat tidak penting di antara keduanya.

Mau bagaimana lagi, Sera suka anak kecil. Di Beijing dia sering mengasuh putrinya Soobin, juga anak-anak yang didatangkan ke rumah bordil, belakang Beomgyu mendapat banyak barang di bawah umur. Termasuk bayi-bayi para PSK yang tidak sengaja hamil, karena tidak semua PSK melakukan operasi tubektomi.

"Hai, Reeya, aduh aku masih bau—" ucap Sera, ragu-ragu untuk memeluk Reeya yang sudah berdiri di depannya.

Sera melirik Seokjin sekilas untuk meminta izin memeluk Reeya, dia tersenyum saat Seokjin mengizinkan. Sera sudah sering bertemu Reeya, tapi tidak pernah lebih dari menggandeng tangan. Sera tahu batasannya, dia hanya pelayan, bukan calon istri sungguhan dari Seokjin.

"Tidak apa-apa kok, bau menteganya wangi." Reeya menarik tangan Sera agar membungkuk.

Sera berjongkok, menatap mata bening Reeya yang berbinar-binar saat mengulurkan lengan ke pundaknya. Sera memaku saat lengan kecil Reeya memeluk erat, ragu-ragu tangannya balas memeluk. Ada luapan rasa hangat melingkari dirinya, sudah lama dia tidak merasakan pelukan setulus dan sejujur ini dari seseorang. Sera jadi rindu pada keponakannya, Shishi, tanpa sadar membuat mata beningnya berbayang.

"Eonni, lagi masak apa?" Reeya melepaskan rangkulan, Sera buru-buru berkedip untuk menghalau embun yang sempat mendatangi matanya.

"Masak sup iga dan telur gulung, Reeya sudah lapar ya?"

"Reeya mau ikut masak, boleh 'kan?"

"Ah, tidak usah—oke boleh kok." Ralat Sera cepat-cepat, melihat manik Reeya berbinar saat menatapnya, lucu sekali, sulit untuk ditolak.

"Tadi di sekolah gimana?" tanya Sera, selagi menggandeng Reeya ke dapur.

"Okay."

"Tidak ada yang mengganggu Reeya 'kan?"

"Eonni, di sekolah Reeya ada aturan untuk murid-murid. Kami harus; be kind, listen to obey and respect other people."

"Ah... okay." Sera terkikik geli, menertawakan dirinya sendiri. Ditambah ekspresi serius Reeya yang membuatnya kian tertawa, gemas bukan main.

Seokjin yang sedari memerhatikan tersenyum tipis, sebelum berlalu ke ruang kerja. Ada yang harus dia periksa, hasil laporan Karina pada rapat Gwangju. Ponsel di mejanya bergetar, mengalihkan atensi Seokjin dari mensortir notulen yang dikirim Karina.

"Tuan Kim," kata Jimin di seberang sambungan, dari nadanya Seokjin bisa menduga-duga ada yang tidak beres tengah terjadi.

Seokjin mengendus keganjilan yang telah dilatih bertahun-tahun, warisan dari sang ayah. Ayahnya pernah bilang, manusia yang lahir dengan menggenggam sendok emas seperti dirinya, sudah punya musuh sejak hari pertama melihat dunia. Tidak ada yang bisa dia percaya 100% selain dirinya sendiri, karena musuh terkadang datang dari orang terdekat.

"Huening Kai ditemukan over dosis di sel tahananya, dia meninggal pagi ini."

"A-apa?" Genggaman Seokjin di ponselnya mengerat, sekali lagi dia dicurangi oleh orang-orang yang menginginkan kehancurannya.

"Aku berhasil menyadap ponselnya dan percakapan terakhir Huening Kai dengan seseorang, dia juga masih menggunakan kamera pengintai yang aku pasang di belakang telinga, tetapi saat terjatuh dia merusaknya. Aku sedang mengusahakan Tuan Kim, setidaknya kita harus tahu siapa yang dikirim untuk membunuhnya."

Kasus Huening Kai belum selesai, Seokjin sengaja mengendapkannya dan hanya Jimin yang bergerak. Dia ingin orang-orang di belakang Huening berpikir, dia telah melupakan manager korup itu. Seokjin tahu Huening tidak bekerja sendirian, tetapi nama Taehyung yang pernah disebutkan Huening, dirasa Seokjin terlalu janggal.

Dia tahu Taehyung berpotensi naik tahta, tapi dia juga paham seberapa besar kemampuan adiknya itu. Tempo hari Seokjin memerintahkan Namjoon mengecek pekerjaan Taehyung, nihil, kerja Taehyung bersih, pemuda itu hanya payah bila diminta bekerja melebihi target. Tipe yang cepat puas, atau barangkali tidak minat. Yang pasti Seokjin merasa ada orang lain dan itu bukan Taehyung.

"Aku mengandalkanmu, Jimin," kata Seokjin. "Aku perlu mengurus kejaksaan negeri yang masih penasaran denganku."

"Tuan Kim, apa kita perlu mengorek informasi dari Sera? Dia pernah bertemu Taehyung dan Jungkook di Beijing, kalau dihitung-hitung, waktunya berdekatan dengan rencana merger dua perusahaan yang Taehyung ajukan dalam rapat direksi."

Seokjin bergeming, menggabungkan informasi itu dengan hasil laporan Karina tempo hari, saat menemani Taehyung di acara penggalangan dana untuk yayasan yang diketuai Yang Jung Won.

Seokjin menyeringai. "Anak itu—" gumamnya, dia telah melayangkan gugatan hukum pada Jungwon atas penyerangan terhadap Sera dan menuntut hukuman minimal 12 tahun.

Seokjin tengah menunggu Yang Ki Jong, ayahnya Jungwon, datang dan memohon padanya, demi penerus tahta berengsek seperti Jungwon. Dia sengaja menahan kasus itu dari pers, memberi kesempatan bagi Kijong untuk mengakuinya dalam jumpa pers terbuka yang akan mencoreng harga diri chaebol itu di sepanjang sisa hidupnya.

"Biar aku yang urus, kau selesaikan saja tugasmu di sana—"

Kalimat Seokjin berjeda, terdengar suara ketukan dari arah pintu, dia mengakhiri panggilan itu dua menit kemudian.

"Appa (Ayah)!" panggil Reeya, nadanya pelan dan sopan dari depan pintu, tidak bergerak dari posisinya sampai Seokjin memberi izin masuk ke ruang kerja itu.

"Ya, kenapa, Sayang?" tanya Seokjin, sembari meletakkan ponselnya di meja.

"Ayah, masih kerja?"

"Sudah selesai."

"Kalau gitu kita sudah bisa makan, Eonni masak banyak makanan, semuanya enak—" Reeya menarik Seokjin keluar dari kamar, sambil menyebutkan deretan makanan yang sudah Sera buat untuk makan siang mereka.

Hari ini Seokjin hanya setengah hari berada di kantor, setelah menjemput Reeya di sekolah, Seokjin berencana tinggal di rumah. Ini hari pertama Reeya di Hannam untuk waktu lama, dia berpikir Reeya akan kesulitan bila harus seharian ditinggal dengan Sera. Keduanya belum terlalu dekat—setidaknya itu yang Seokjin pikirkan.

Nyatanya, justru dia diabaikan. Sera dan Reeya sibuk mengomentari makanan, lanjut cerita tentang episode terbaru Sofia The First dan rencana-rencana mereka di akhir pekan. Reeya menawarkan diri jadi pembawa bunga di acara pernikahan, Sera sempat kaku dan pucat oleh pertanyaan itu, tapi Seokjin justru berujar kelewat santai, kalau Reeya boleh melakukan apa saja di pesta besok.

Untungnya tidak ada pertanyaan Reeya yang berhubungan dengan Jiyeon. Entah Reeya lupa atau sudah diberitahu Jiyeon sebelumnya, kalau ibunya tidak akan hadir di pesta pernikahan ayahnya dengan Sera.

"Tu—Seokjin," ralat Sera cepat-cepat, selama ada Reeya dia diizinkan memanggil dengan nama Seokjin saja. "Kau tidak kembali ke kantor?"

"Sudah jam satu, Ayah harus kerja sampai malam 'kan?" Reeya ikut berkomentar.

"Kalian mengusirku?" Seokjin agak syok sewaktu keduanya mengangguk, lalu terkikik geli.

"Kami mau main sepeda di belakang, nanti kau pasti bosan karena tidak ada teman ngobrol. Jadi pergilah, aku dan Reeya akan baik-baik saja."

"Bye Ayah, hati-hati di jalan," kata Reeya, menarik Sera ke halaman belakang, padahal Seokjin berlum beranjak dari sofa.

Seokjin mengendus di antara tawa yang ingin pecah, dia melihat Reeya sudah terbahak-bahak, menertawakan Sera yang oleng lalu jatuh dari sepeda. Lagi-lagi Seokjin tersenyum, melihat Reeya membantu Sera menegakkan sepeda, lalu mengusap-usap lutut Sera yang agak merah.

"Eonni, are you okay?"

"Ya—" lalu tawa keduanya pecah lagi, menertawakan ulang kejadian Sera jatuh dari sepeda.

Seokjin menarik napas lega, sepertinya dia bisa mempercayakan Reeya pada Sera. "Ya, tidak apa-apa," batinnya.

Sebelum melangkah keluar dari rumah, Seokjin mengaktifkan perangkat keamanan yang sudah ditambah dua kali lebih lengkap semenjak Reeya ikut tinggal di rumah itu. Dia akan sering meninggalkan Sera dan Reeya di rumah, tidak mau ada hal-hal buruk terjadi, padahal sejak awal rumah itu memang sudah dilengkapi system keamanan tingkat tinggi.

Sensor high quality, CCTV dan alarm tanda bahaya, memagari sekeliling rumah. Seokjin juga telah memerintahkan para bodyguard-nya berjaga di sekitar rumah tanpa diketahui, supaya Sera dan Reeya tidak merasa diawasi. Seokjin ingin istri dan anaknya hidup nyaman tanpa terasa dikekang, hal yang biasa Seokjin lakukan untuk orang-orang yang dia sayangi.

Dulu, Jiyeon sering protes karena menganggap Seokjin berlebihan, kemana pun Jiyeon pergi akan ada bodyguard bersamanya. Sementara Seokjin berpikir ada banyak orang yang tidak menyukai kesuksesannya, para musuhnya mungkin tidak akan berani mengusiknya dan akan berpikir menyakiti orang-orang yang Seokjin cintai untuk membalasnya.

Sekarang, Seokjin akan melakukan hal yang sama, meski dia tahu pernikahannya dengan Sera hanya kontrak kerja. Terhitung semenjak dia meminta Sera menjadi istrinya dan selama mereka nantinya terikat pernikahan legal secara hukum, maka Sera akan menjadi tanggung jawabnya. Dia sudah kecolongan satu kali, Sera diserang oleh Jungwon. Seokjin pikir itu adalah kesalahannya, harusnya dia memberi perlindungan lebih untuk calon istrinya.

Tidak ada seorang pun yang Seokjin izinkan menyentuh istrinya. Jadi, sewaktu Yang Ki Jong datang ke kantornya sesaat setelah dia sampai ke kantor siang ini dan bersikap terlalu biasa atas apa yang dilakukan Jungwon pada Sera, insting predator dalam otak Seokjin yang bekerja 24 jam nyaris tanpa henti, berdentang keras dari kepalanya.

"Jika tidak mengingat rasa hormatku padamu sebagai teman ayahku, maka hari itu semua orang sudah tahu yang Jungwon lakukan pada calon istriku," kata Seokjin, dingin dan gelap.

"Aku tidak suka bernegosiasi, Paman, pasti tahu hal itu dengan baik."

"Seokjin, kenapa kita harus berada di situasi seperti ini. Bukankah gadis itu hanya—"

"Yang Ki Jong, kau sudah menyiayiakan kesempatan yang kuberikan padamu. Baiklah, aku menghargai keputusanmu." Seokjin beranjak dari kursi, melirik bodyguardnya yang berjaga dekat pintu. "Sampai jumpa di pengadilan, pastikan kau tidak merindukan putramu untuk waktu lama, setidaknya 10 atau 20 tahun ke depan."

Final, Seokjin berlalu ke meja kerjanya, sementara Kijong berusaha meralat kalimatnya tapi tidak digubris. Kijong yang kesal saat para bodyguard mengusirnya dengan tidak hormat, akhirnya memilih pergi dari ruang kerja sang Presiden Direktur bersama rasa gusar, cemas.

Seokjin menyeringai, tidak ambil pusing dengan reaksi Kijong. Dipastikan setelah hari ini dan seterusnya, siapa saja yang berani mengganggu apa lagi menyakiti Sera akan berhadapan dengannya. Tanpa terkecuali, meski Jiyeon sekali pun.

[]

[]

FYI: Sejak awal merancang karakter Seokjin (kira-kira 1 tahun lalu) saya memang mau bikin karakternya realistis, kuat, seterong, badboy ditakuti bukan karena punya tenaga kuda di ranjang (?) wk wk wk tapi emang dia punya kekuasaan, tahta, dan harta yang melimpah.

Saya agak capek sama adegan badboy yang ditakuti di ranjang, ancemannya pasti hukuman nganu (?) jadi bisa dipastikan tidak akan ada adegan mengarah ke sana di cerita Tuan Kim.

Bukan saya sok-sok atau semacamnya, bukan, tapi saya lagi bosen aja sama adegan kek gitu dan jadilah saya bikin cerita ini. Karena cerita Tuan Kim ini sering banget masuk reading list berlabel NC21 KSJ, saya kasihan aja sama mereka yang berpikir begindang, takutnya PHP.

Intinya... jangan kaget kalau part-part berikutnya Seokjin udah biasa aja sama Jiyeon. Seokjin tipe orang yang tidak suka larut dalam kesedihan berlama-lama, apa lagi di part sebelumnya dia udah memutuskan untuk melanjutkan hidup, terus jalan ke depan. Dia tipe yang butuh waktu sebentar buat istirahat, abis itu, ya, melanjutkan hidup seperti biasa.

Sesuai juga sama umur dan tanggung jawab dia di perusahaan, yang sedikit banyak ngaruh ke psikisnya. Inget ya, di cerita ini umur Seokjin 35 tahun, Presiden Direktur salah satu perusahaan otomotif terbesar di dunia dan orang terkaya di Korea Selatan saat ini. Kalau Jiyeon 32 tahun, Sera 23 tahun.

Sampai jumpa di acara nikahan Seokjin-Sera besok, jangan lupa bawa undangan wk wk wk.


Sincerely
👑 Zoe


Continue Reading

You'll Also Like

39.7K 2.2K 34
Alter ego adalah suatu keadaan dimana kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yg lain. Dan itulah yg saat ini dialami seorang...
34.3K 2K 20
Warning Typo Diam-diam Eunha gadis baik dan pintar menyukai Jungkook sang pangeran sekolah. Hanya Bisa memandang membuatnya bersyukur dapat melih...
105K 6K 44
ㅀㅀ。 . * 🧺🐸 β›²πŸŒ·γƒ». ˚ ✧ γ…€π–²π—π—ˆπ— 𝗆𝖾 𝗍𝗁𝖺𝗍 π—’π—ˆπ—Ž π™‘π™€π™«π™š π™’π™š π—π—ˆπ—ˆ γ…€π–―π—Žπ— π—’π—ˆπ—Žπ—‹ π—…π—‚π—‰π—Œ 𝗇𝖾𝗑𝗍 π—π—ˆ 𝗆𝗂𝗇𝖾, π™™π™šπ™–π™§. γ…€γ…€γ…€γ…€γ…€γ…€ΰ¬˜(ΰ©­ΛŠα΅•Λ‹)ΰ©­...