Setelah Aku Tau |✔

By ksjmysunflower

59.3K 2.8K 92

Seri 2 'Seharusnya Aku Tau' Disaat aku tak tau harus melangkah maju atau mundur. Disaat semua terus terasa a... More

PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
KEENAM
KETUJUH
KEDELAPAN
KESEMBILAN
KESEPULUH
KESEBELAS
KEDUABELAS
KETIGA BELAS
KEEMPATBELAS
KELIMABELAS
KEENAMBELAS
KETUJUHBELAS
KEDELAPAN BELAS
KESEMBILAN BELAS
KEDUA PULUH
KEDUA PULUH SATU
KEDUA PULUH DUA
KEDUA PULUH TIGA
KEDUA PULUH EMPAT
KEDUA PULUH LIMA
KEDUA PULUH ENAM
KEDUA PULUH TUJUH
KEDUA PULUH DELAPAN
KEDUA PULUH SEMBILAN
KETIGA PULUH SATU
KETIGA PULUH DUA
KETIGA PULUH TIGA
KETIGA PULUH EMPAT
KETIGA PULUH LIMA
KETIGA PULUH ENAM
KETIGA PULUH TUJUH
KETIGA PULUH DELAPAN
KETIGA PULUH SEMBILAN
KEEMPAT PULUH
KEEMPAT PULUH SATU
KEEMPAT PULUH DUA
KEEMPAT PULUH TIGA
KEEMPAT PULUH EMPAT
KEEMPAT PULUH LIMA
TERIMA KASIH

KETIGA PULUH

913 46 4
By ksjmysunflower

Ku tatap kerdus berukuran sedang yang selesai aku hias. Hari ini adalah hari ulang tahun Alva. Ulang tahun kedua bersama ku. Tidak seperti tahun kemarin, tidak ada pesta, tidak ada udangan atau sebagainya. Sederhana saja.

Hari ini Alva sedang sibuk mengurusi satu kegiatan di kampus. Dari pagi dia sudah meninggalkan rumah. Sejak pagi aku sudah berada di rumah Alva untuk menyiapkan semuanya bersama dengan Mama dan kakak Alva. Keluarga Alva begitu baik padaku, menerima keberadaanku seperti bagian dari keluarga mereka sendiri.

"Wah, Alva pasti seneng banget di kasih kado sama kamu." Kata wanita paruh baya dengan sebuah piring penuh berisi makanan di tangannya.

Aku tersenyum manis padanya, "ada yang bisa aku bantu lagi tante?" Tanyaku.

"Enggak kok, udah kamu siap-siap aja. Bentar lagi Alva dateng, tadi mas Rasel udah coba telpon dia." Kata Tante Mira.

Entah terlalu sibuk atau bagaimana, satu hari ini Alva tak menghubungi aku sekali pun. Dan itu membantuku untuk tidak berbohong apapun padanya. 

Terdengar suara deru motor di depan rumah. Pasti Alva. Langkah kakinya mendekat lalu terdengar suara pintu terbuka.

"Selamat ulang tahun, Alva." Kataku saat Alva menampakkan dirinya.

Wajahnya begitu kaget saat melihatku disana. Ruangan sudah penuh dengan hiasan dan makanan kesukaannya.

"Selamat ulang tahun, sayang." Kata mamanya sambil memeluk lalu menciumnya.

Alva tampak begitu senang, memeluk erat keluarganya satu persatu. Ulangtahun memang selalu menjadi spesial untuk Alva karena disaat ini lah dia bisa bekumpul dengan keluarganya. Keluarga Alva begitu sibuk dan jarang dirumah, menyebabkan dia memperbanyak kegiatan agar sama sibuknya dengan keluarganya yang lain.

Alva melangkah mendekatiku, aku menyambutnya dengan senyum lebar.

"Selamat ulang tahun." Kataku sambil menyodorkan kotak kado yang tadi aku hias bersama mamanya.

"Makasih ya, sayang." Kata Alva.

Alva memelukku erat. Ku balas sama eratnya. 

"Aku sayang banget sama kamu." Bisiknya.

***

Perayaan ulang tahun Alva yang hanya dihadiri keluarga Alva dan aku terasa begitu menyenangkan. Sama menyenangkannya seperti mengundang terdekat. Pembicaran kami begitu intensif. Aku ikut bahagia melihat Alva yang bisa tertawa lepas dengan Papanya. Selama ini dia selalu mengeluh jika papanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan Mamanya. Dia memiliki seorang kakak, hanya saja umur mereka sedikit lebih jauh, di tambah lagi kini kakaknya memiliki kekasih yang mana waktunya lebih banyak di habiskan dengan kekasihnya tersebut.

Satu minggu yang lalu aku memberanikan diri untuk datang dan berbicara dengan mama Alva tentang apa yang di ingin kan Alva. Dia hanya butuh waktu bersama keluarganya. 

Ulang tahun yang lalu kedua orang tua Alva hanya menyempatkan datang apa akhir acara karena mereka harus bekerja sampai larut malam.

"Semua ini pasti ide kamu, ya." Kata Alva.

Aku melirik Alva yang masih sibuk menatap langit yang berhiaskan bintang indah.

"Iya." Jawabku singkat.

Sudah hampir setengah jam kami berdua duduk di teras rumahku. Alva tak mengatakan apapun. Dia hanya duduk sambil menatap langit dan menggenggam erat tanganku.

"Kenapa sih megangin terus dari tadi?" Tanyaku.

Dia menatapku sambil tersenyum, lalu mengeratkan genggamannya. 

"Nggak papa, aku nggak mau kamu pergi lagi." Katanya.

Semilir angin seolah ikut menampar wajahku saat Alva mengatakan hal tersebut. Mengingatkan tentang apa yang sudah aku lakukan padanya. 

"Aku kan nggak pergi kemana mana." Kataku.

Alva kini menatapku dalam. Kaca matanya sempat berkilau terkena cahaya lampu yang menyorot kami berdua.

"Aku tau seerat apapun aku genggam kamu, kalau kamu mau pergi nantinya, nggak bakal bisa ngaruh apapun. Tapi dengan genggaman ini, aku harap kamu tau kalau aku nggak mau kamu pergi." Kata Alva.

Aku hanya tersenyum mendengar apa yang dia katakan. Tatapannya membuatku tau jika dia benar-benar menyayangiku.

"Aku berharap di umur yang baru ini, nggak cuma tambah tua aja. Tapi bisa lebih dewasa juga." kataku.

"Bareng kamu?" tanya Alva

Ku peluk Alva seerat yang aku bisa. Dia laki-laki ku.

***

Satu hari menyiapkan ulangtahun Alva dirumahnya membuatku sedikit kelelahan. Hampir semuanya aku kerjakan. Masak bersama ibunya. Menghias ruangan. Dan membungkus kado. Hampir semuanya aku kerjakan. Rumah Alva juga lumayan jauh dari rumahku.

Ku duduk di meja belajar yang ada di sudut ruangan. Ku pandangi setiap hal yang ada diatasnya. Sampai kepada foto ku dan Alva.

Ku sunggingkan senyumanku mebayangkan betapa indahnya senyuman Alva tadi. Dia terlihat begitu bahagia. Begitu juga dengan keluarganya.

Alva selalu mengatakan betapa beruntungnya aku bisa memiliki mama dan papa yang selalu menghubungi ku. Mama Alva memang sesekali menelpon untuk memeriksa keadaan Alva hari itu. Tapi hanya hitungan jari setiap hari.

Drrtttt..  Drrrtttt..

Ponsel yang ku letakkan tak jauh dari diriku bergetar. Nama Alva tertera di layar ponsel. Dengan cepat aku menekan tombol hijau.

"Aku sudah dirumah." Katanya. Suara Alva terdengar serak, mungkin karena kelelahan.

"Syukurlah. Cepet tidur. Besok jangan telat jemput aku." Kataku.

Terdengar kekehan Alva dari seberang telpon ini.

"Iya, kamu juga."

Sambungan terputus setelah itu. Ku letakkan ponselku di tempatnya semula. Kembali aku pandang foto kami berdua. Memang Alva pantas di cintai dengan tulus.

Aku sedang belajar melakukan semua itu.

Drrt.. Drrt..

Ponselku kembali bergetar.

Aku terdiam sejenak. Melihat siapa yang menelpon ku. Aku pikir Alva lagi.

Tapi bukan..

Tama.

Ku angkat dengan ragu. Tak terdengar apapun. Hanya hening dan beberapa suara yang susah untuk di deskripsikan.

"Ayma.." suaranya pelan dan ragu.

"Ya?" jawabku sama ragunya.

Suara gemeresak semakin terdengar jelas di telingaku. Tama juga mengeluarkan suara seperti sedanf kesakitan.

"Kamu..dimana??" katanya terbata bata.

Entah kenapa jantungku berdetak kencang mendengar suara parau dari Tama.

"Dirumah?"

Hanya pertanyaan singkat yang berani aku tanyakan. Aku tak yakin dengan apa yang terjadi dengannya.

"Tolong aku, Ay. Aku kecelakaan di perempatan deket komplek rumah kamu."

Jantungku benar-benar terasa berhenti berdetak mendengarnya.

"Aku kesana."

Segera ku sahut kunci mobil dan jaket yang ada di gantungan dekat lemari pakaianku.

Badanku bergetar hebat. Keringat dingin keluar tanpa permisi. Air mata mulai keliar bergantian dari kelopak mataku.

Mama dan Bibi sudah tidur saat aku berusaha mengeluarkan mobil. Entah kenapa aku tidak peduli siapa yang akan bangun nantinya jika aku keluar semalam ini.

Ku tarik gas ke kencang yang aku bisa ketempat yang di tunjukkan oleh Tama tadi.

Kerumunan orang mulai terlihat saat aku sampai di perempatan yang di maksud oleh Tama.

Seorang lelaki dengan baju polo putih dan celana jeans hitam terduduk dengan wajah kesakitan di pinggir jalan. Aku langsung melompat mendekatinya.

"Astaga kenapa sih kamu ini." kataku penuh kepanikan.

"Kakiku sakit banget." katanya.

Aku meminta tolong orang disekitar situ untuk menolong Tama masuk kedalam mobilku.

Aku sempat memberikan nomor hp ku pada orang yang menyelamatkan motor Tama.

Tanpa aku pikir panjang, ku bawa Tama ke rumah sakit.

"Kamu kenapa nangis?"

Aku hanya menatapnya. Pertanyaannya yang tak seharusnya dia tanyakan disaat seperti ini.

Banyak alasan yang membuatku tetap peduli padanya. Sebanyak malam yang aku gunakan untuk membayangkan kenangan bersamanya...

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 150K 26
[ SUDAH TERBIT! dalam bentuk Cetak dan juga E-book ] Highest rank: #2 in romance Pernikahan itu sesuatu yang sakral dilakukan sekali seumur hidup de...
402K 13.6K 23
(Sebagian cerita di private, follow untuk membaca cerita ini secara lengkap) [END] Sara Gabrielle Westley (Sara) meninggalkan New York beberapa tahun...
3.6M 41.6K 9
Follow to read. Cerita diprivat acak. Fransisca Fernandez adalah seorang model, desainer, dan pebisnis yang memiliki sejuta pesona. Namun, dirinya ta...
53K 3.4K 29
siapa bilang pernikahan karna perjodohan selalu berakhir perpisahan,,,,?bahkan aku sangat menyukai perjodohan,apa lagi dengan pria mapan