The Exorcist ✔️

By DeadDoggos

454K 38.7K 1.3K

Apa kalian pernah mendengar cerita tentang Banshee dari Irlandia? Atau sosok Dracula yang melegenda dari Ruma... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
The Last Chapter
Extra Chapter
Pengumuman

Chapter 29

8.1K 775 26
By DeadDoggos

Gray terengah-engah duduk bersimpuh di atas lantai kayu di aula besar di mana Ordo Exorcist biasa berlatih.

Keringat bercucuran dari dahinya, matanya menatap sayu karena lelah, tertuju kepada Master Arthur yang berdiri tegap di depannya.

"Apa kau menyerah, Gray?"

Gray tidak menjawab, bukan karena tidak mengindahkan pertanyaan Master Arthur, melainkan terlalu lelah untuk mengucapkan satu kata sekalipun.

"Kau memiliki tekad kuat untuk maju, dalam beberapa hari terakhir ini kemampuanmu melesat hebat, kau mampu mempertahankan lebih lama dalam mode malaikat atau iblis... Aku apresiasi itu," ucap Master Arthur tersenyum puas.

Gray mencoba berdiri, bertumpu dengan pedangnya. Mengusap wajahnya bersimbah keringat. Tapi, dia tak mampu dan jatuh kembali karena terlampau letih.

Kening Master Arthur mengerut, dia menyarungkan pedangnya kembali, dia berbalik keluar aula sembari berkata, "Istirahatlah, dan segera ke kantorku, ada yang harus aku bicarakan denganmu."

Gray menghela napas lega, lalu berbaring terlentang melepas lelah.

Seorang gadis duduk berjongkok di dekat Gray, mengulurkan botol air minum padanya.

"Kau pasti haus, minumlah," kata gadis itu lembut, tersenyum ramah.

Gray mengambilnya, membasahi tenggorokannya yang kering kerontang. "Terima kasih, Helena," ucapnya.

"Sama-sama," Helena duduk menyender pada dinding aula, kakinya ditekuk, kepalanya bersandar pada lututnya sambil memeluk betisnya. "Aku rindu pada, Bu Yola," wajahnya terlihat murung.

Gray menyarungkan pedangnya, memandang lekat-lekat Helena. "Aku juga, kupikir dia sedang menjalankan perintah Mikael atau Gabriel di surga sana,"

"Semoga saja begitu."

"Ada apa?"

"Tidak, entah kenapa aku kepikiran tentang Succubus itu, kuharap dia memang bahagia sekarang,"

"Tentu saja, aku yakin itu," kata Gray memberi semangat. "Jadi, bagaimana kau bisa tahu aku di sini?" tambahnya bertanya.

"Ah... Aku kemari untuk menengok Chloe, tapi dia sedang bersekolah di akademi exorcist, Nagisa sedang melakukan pengusiran di sebuah pabrik, dan kudengar dari orang-orang kau berlatih bersama Master Arthur, jadi kusempatkan menengokmu,"

"Ah begitu rupanya," kata Gray mengangguk paham.

"Apa latihanmu berjalan lancar, Gray?"

"Aku tidak terlalu mengerti, tapi menurut Master selalu ada peningkatan setiap harinya walau tentu saja tidak terlalu besar, tapi aku kini bisa mengontrol perubahan malaikat maupun iblisku," seloroh Gray menjelaskan.

"Bagus sekali, kau memang hebat Gray," puji Helena.

"Terima kasih, kudengar kau sibuk berbisnis sekarang ya?" tanya Gray menggosok lengannya yang memar terkena pukulan Master Arthur.

"Ah ya, aku membuka bisnis toko daring, tugas-tugas sekolah juga membuatku pusing," kekeh Helena. "Kuharap kau membeli beberapa barang daganganku,"

"Tentu, aku akan melihatnya nanti, tapi aku ingin membelikan Chloe dibanding untukku sendiri," kata Gray, dia menatap lekat-lekat wajah cantik Helena.

"Apa?"

"Ah tidak... Tapi, aku senang kau menengokku, kupikir yah... Aku sedikit...kau tahu? rindu padamu," kata Gray jujur, telinganya bersemu kemerahan, matanya menatap lantai seolah lantai aula tiba-tiba sangat menarik untuknya.

Helena merona malu, dia tak bisa menemukan kata yang tepat untuk membalas kata-kata Gray.

Situasi canggung menghinggapi kedua anak muda itu untuk beberapa saat.

Gray melirik ke arah jam dinding, dia baru sadar ada janji bertemu dengan Master. Gray berdiri diikuti Helena.

"Aku harus bertemu dengan Master... Err... kami ada janji," kata Gray canggung.

"Eh iya... Bergegaslah," balas Helena gugup

"Engg... Baiklah, kalau begitu... Sampai jumpa," Gray meninggalkan begitu saja Helena yang masih berdiri memandang ke arah dirinya. "Ah sial..." Gray berbalik lagi menghampiri Helena.

"Ada apa?" Helena bertanya heran.

"Aku...ah bukan-bukan, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat akhir pekan ini, apa kau bisa?" tanya Gray menujukkan kebulatan tekad yang kuat, padahal hanya mengajak seorang gadis saja, dan dia merasa ingin sekali melawan Satan saat itu juga. "Tapi, jika kau tidak ingin..."

"Tentu saja aku ingin!" potong Helena gembira.

"Baiklah, akan kukabari lagi nanti," tukas Gray gembira tapi tak berani memandang wajah Helena, dia benar-benar malu dan begitu saja pergi sembari melambaikan tangannya, tanpa menengok atau berpamitan dengan Helena.

Helena tersenyum kecil, hatinya mendadak begitu bahagia, dan kini dia merasa ingin menari satu hari penuh. "Sudah jam pulang, aku harus menengok Chloe," katanya berseri-seri.

Di dalam kantornya, Master Arthur duduk di atas kursi empuk di balik meja kerjanya, menikmati sebatang cerutu Kuba.

"Tok! Tok! Tok!" terdengar ketukan di pintu.

"Masuk!" perintah Master Arthur.

Gray membuka pintu, mengangguk pelan, dan menutup pintu kembali.

"Duduklah."

Gray mengambil duduk di sofa di dekat lemari berisi penuh buku-buku koleksi Master Arthur berbagai judul dan ukuran.

"Apa yang Anda ingin bicarakan dengan saya? tanya Gray langsung pada intinya.

"Kau memang tidak sabaran," ujar Master Arthur mengepulkan asap yang berbentuk huruf O besar. Dia mematikan cerutunya dan meletakannya di atas meja. "Sangat mahal dan sangat sulit didapatkan akhir-akhir, cerutu berkualitas terbaik yang aku pernah ketahui"

Gray hanya diam memperhatikan.

"Baiklah, karena mungkin memang tidak ada waktu lagi, akan kuceritakan bagian menarik tentang diriku, dan bagaimana Mammon menyebut namaku yang sebenarnya hari itu?"

Gray teringat pertarungannya dengan Mammon, ketika dia hampir terbunuh, dan Master Arthur datang menyelamatkannya, dia mendengar kalau Mammon menyebut Master dengan... "Levi?" celetuknya.

"Yeah, Levi... Mungkin kau teringat akan sosok mahkluk bernama Levi?" Master Arthur memancing ingatan Gray.

"Levi... Levi... Levi... Apakah Anda anak dari Leviathan?" kata Gray mengingat-ingat, bertanya tak yakin.

Master Arthur tertawa keras. "Bukan... Levi tak memiliki anak dari siapa-siapa, aku bukan anak Levi, melainkan Leviathan sendiri."

Keheningan muncul setelah kata-kata dari mulut Master Arthur dilontarkan. Hanya terdengar detak suara jam dinding dan teriakan oran-orang ordo di luar kantor sana.

"Kau...siapa?!"

"Ya, aku Leviathan, salah satu dari tujuh dosa besar, Iri hati, penjaga pintu neraka, penguasa lautan," ujar Master Arthur menyunggingkan senyum aneh, sesaat ruangan kantor seakan menggelap.

Gray merasakan nyeri di dada, akibat tingginya tekanan udara yang tiba-tiba muncul, napasnya tersengal, seakan dia tenggelam di air laut dalam.

Master Arthur menjentikkan jarinya, suasana kembali normal, dan Gray merasakan kelegaan luar biasa.

Setelah menguasai diri, Gray melompat berdiri mencabut pisau berburunya, dan mengarahkan ujungnya tepat di leher Master Arthur.

"Bagaimana caramu bisa membohongi kami selama ini? Apa Nagisa dan Chloe tahu siapa kau ini?!" tanya Gray menuntut.

Master Arthur tidak terlalu mengindahkan ujung pisau yang mengarah ke lehernya. Ekspresinya terkesan santai dan tidak peduli.

"Aku tidak membohongi siapa-siapa, beberapa Master bahkan tahu aku siapa. Nagisa dan Chloe? Sebenarnya dia bukan anakku, tapi memang mereka anak-anak Arthur," ungkap Master Arthur.

"Apa maksudmu?" Gray semakin dibuat kebingungan. Pikirannya campur aduk.

"Aku Leviathan, dan tubuh ini milik Arthur, ayah dari Nagisa dan Chloe. Ayah mereka berdua sudah lama mati, sebagai ganti memenjarakanku dalam tubuh ini," jelas Master Arthur atau Leviathan mengungkap sosok jati diri Master Arthur selama ini.

"Aku semakin tidak mengerti," gerutu Gray, dia menurunkan pedangnya, tapi tetap waspada.

"Duduklah, akan kuceritakan kenapa aku terpenjara dalam tubuh ini," tukas Master Arthur enteng.

Gray memicingkan matanya, dia masih sulit untuk percaya, tapi dia duduk dan menyarungkan pedangnya kembali.

Master Arthur berdiri berjalan ke dekat jendela, dia memandang jauh ke langit-langit biru. Beberapa awan berarak menghiasinya.

"Sejak turunnya Adam dan Eve ke Bumi, aku memilih Bermuda sebagai tempat tinggalku, orang-orang sekarang mengenalnya sebagai Bermuda Triangle atau Segitiga Bermuda. Semua fenomena aneh yang terjadi di sana merupakan hasil karyaku. Aku tak ingin manusia mengusik atau menginjakkan kaki mereka di sana. Oleh karena itu, Ordo Exorcist atas permintaan rahasia PBB melakukan pengusiran terhadap iblis yang mendiami lautan itu, 7 orang Master diutus didampingi ratusan exorcist lainnya, ditambah ribuan pasukan militer dari negara anggota PBB..."

Master Arthur terdiam untuk beberapa saat. Gray sabar menunggunya melanjutkan cerita.

"Arthur waktu itu menjadi kandidat serius untuk menjadi Master Tertinggi berikutnya, istrinya sedang berada di rumah sakit, dia mengandung Chloe hanya didampingi Nagisa dan istri Balian. Arthur exorcist yang sangat berbakat, dia pernah hampir membunuh Barbatos dan menangkap Valak. Tidak hanya itu.. Aku juga ingat Lucifer sendiri pernah dibuat kerepotan olehnya, sungguh luar biasa bagi seorang manusia biasa seperti dia..."

"Lalu, bagaimana kau bisa merasuk ke dalam tubuhnya?" Gray mulai tidak sabar.

"Pertanyaan yang bagus," kata Master Arthur, walau terlihat dia seolah menunggu Gray bertanya seperti itu. "Aku diserang tiba-tiba, aku masih dalam wujud paus yang luar biasa besar, mereka menyerangku terus menerus, tapi tak ada yang berbeda, aku berhasil menghancurkan setengah armada manusia seolah mereka serangga kecil penganggu, menenggelamkan kapal-kapal mereka, sampai akhirnya Arthur berteriak di atas kapal yang belum karam di tengah keputusasaan. Dia berkata akan memenjarakanku, yah kupikir dia hanya bermulut besar, sampai akhirnya mereka melakukan ritual aneh... Aku melihat Arthur merosot jatuh, tak bergerak. Dalam sekejap, tiba-tiba aku terbangun dan sudah berada dalam tubuhnya..."

"Kupikir itu semacam menggunakan tumbal, sebagai ganti tubuh orang lain," gumam Gray mengerutkan kening.

"Memang, jika kau bukan pengabdi iblis, kau butuh tumbal untuk dikorbankan... Jadi ya, aku menjadi Arthur, mereka menangkapku dan memenjarakanku di penjara dingin yang dibangun di bawah Antartika. Awalnya aku merasa hancur, dan putus asa. Sampai Balian datang dan menceritakanku tentang Arthur, dia mengirimi catatan mengenai Arthur dan potret anaknya yang baru lahir. Aku Iblis, benar.. Tapi, aku merasakan kasih cinta ketika melihat foto ini..."

Master Arthur membuka laci meja, menyerahkan foto keluarga kepada Gray.

Pemuda tersebut mengambilnya, dan melihat foto seorang Ibu berwajah asia timur menggendong bayi perempuan lucu, bersama anak gadis kecil tersenyum cantik ke arah kamera di dalam bangsal sebuah rumah sakit.

"Itu Ibu Nagisa, Aika Minami, bayi yang berada dalam gendongannya adalah Chloe, dan gadis kecil itu Nagisa," ujar Master Arthur tenang.

Gray tak bisa berkata-kata, dia melihat keluarga Nagisa di dalam foto itu sangatlah bahagia dan tidak semestinya tercerai berai seperti sekarang.

"Nagisa mendapat nama belakang dari keluarga ibunya, sedangkan Chloe mendapatkan nama belakang dari keluarga Arthur melalui garis keturunan ibunya, itulah mengapa nama belakang mereka berbeda" kata Master Arhur menjelaskan perihal nama belakang adik kakak itu yang berbeda.

Gray menyerahkan kembali foto itu kepada Master Arthur.

"Jadi apa tujuanmu sekarang?" tanya Gray.

"Tujuanku? Setelah sekian tahun hidup bercampur dengan manusia, aku tahu mereka memiliki sifat bermacam-macam, kadang ada sifat iblis, kadang pula ada sifat malaikat, aku iri dengan hidup mereka, Tuhan memberikan mereka kehidupan penuh kasih tidak peduli sikap mereka sperti apa, dia selalu mengampuni dosa mereka jika mereka bertobat. Tapi, sayang kebanyakan dari mereka tidak pandai bersyukur akan apa yang diperolehnya... Tujuanku sekarang menjaga impian umat manusia, menjaga manusia dari serangan iblis, dan melepas gelar tujuh dosa besar untuk hidup damai di permukaan dunia," Master Arthur menghela napas panjang.

"Aku masih tidak percaya, tapi kuhargai itu," timpal Gray mendengus.

"Ada satu rahasia lagi, kau mungkin tahu tentang Patung Baphomet, jika hitunganku tepat, kurang dua lagi, apa itu benar Gray?"

"Tunggu, bagaimana kau tahu aku sedang mengejar lokasi di mana patung itu berada?"

Master Arthur tersenyum. "Aku masih memiliki mata-mata di dunia iblis sana, koneksiku masih bagus sampai hari ini. Jadi apa itu benar?"

"Benar, tiga titik di mana Patung Baphomet ditemukan aku sudah tahu, tinggal dua lagi,"

"Aku rasa ordo tahu satu di antara dua titik terakhir, dan jika perkiraanku benar..."

Ekspresi Gray berubah, dia sadar, dia tidak tahu kalau patung itu berada di sini.  "Maka, ada dua kota yang salah satunya akan menjadi tempat kelahiran Satan," timpalnya.

"Yes, dan itu tugasmu untuk mencegah atau mungkin melawannya..."

Setelah itu, Master Arthur memberikan lokasi keberadaan Patung Baphomet di markas ordo, Gray mengecek ke ruang bawah tanah, memang benar apa yang dikatakan Leviathan, dia menemukan patung itu di sana. Kini tugasnya menemukan patung terakhir atau langsung menuju salah satu kota di mana Satan akan dibangkitkan.

Continue Reading

You'll Also Like

306K 42.5K 32
Alisa ditempatkan bersama orang-orang asing di sebuah rumah angker. Mereka terjebak tidak bisa keluar. Tempat ini bagaikan sangkar burung. Dia berunt...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
1.8M 178K 200
[1-200] Author : 穆丹枫 (Mu Danfeng) Diterjemahkan by google translate Di dunia modern, pembunuh profesional dibunuh oleh kekasihnya dan mendapati dirin...
106K 5.1K 66
Biarkan aku bercerita kepada Kertas & Pena tentang hari ini; Baca dan rasakan, semua tertuang pada Kertas & Pena.