Just Love Me, Don't Leave Me...

By penyembuhluka

43K 1.9K 156

Cerita sudah selesai namun belum direvisi sepenuhnya. ••••• Namira Anastasya Wijaya. Seorang Siswi SMA NUSANT... More

Prolog
First
Second
Third
Fourth
Fifth
Sixth
Seventh
Eighth
Ninth
Tenth
Eleventh
Twelfth
Thirteenth
Fourteenth
Fifteenth
Sixteenth
Seventeenth
Eighteenth
Nineteenth
Twentieth
Twentieth-one
Twentieth-two
Twentieth-three
Twentieth-four
Twentieth-five
Twentieth-six
Twentieth-seven
Twentieth-eight
Twentieth-nine
Thirtieth-one
Thirtieth-two
Thirtieth-three
Epilog
VISUALISASI TOKOH
EXTRA PART #1

Thirtieth

541 21 2
By penyembuhluka

Namira POV

"Makasih, Do. Tapi gue bawa mobil sendiri. Tuh kuncinya ketinggalan di laci," Ucapku santai sambil menunjuk mejaku didalam kelas dengan dagu.

"Eh? Kunci mobil?" Edo menyerit heran lalu merogoh saku celananya.

"Kunci mobil ini, maksud lo?" Lanjutnya sambil menggantungkan kunci mobil itu di udara.

"Nah, iya! Akhirnya ketemu juga! Tadi siang padahal gue rasa udah masuk ke kantong. Eh ternyata bener di dalem kelas," aku terkekeh kecil lalu bergerak mengambil kunci mobil ditangan Edo yang menggantung di udara. Namun Edo menariknya.

"Eh, itu kunci mobil gue siniin! Jangan lo main-mainin, Do!" Aku berusaha melompat mengambilnya karena Edo menjinjitkan kakinya supaya kunci mobilku tergantung lebih tinggi.

"Edoo! Lo ngehina tinggi badan gue, deh," aku cemberut dan menggembungkan pipi.

"Haha, untuk kali ini, nggak ada penolakan. Lo pulang sama gue, dan kunci mobil lo, bakal gue balikin besok," ucap Edo santai lalu berjalan menuju tangga ninggalin aku yang mematung di depan kelas.

"Eh, apa-apaan, lo! Edo balikin kunci mobil gue! Gue mau pulang!" Amukku pada akhirnya dan menahan bahu Edo setelah berusaha berlari mengejarnya.

"Yaudah, ayo pulang. Kan dari tadi udah gue ajak," ucapnya santai sambil mengerling nakal padaku.

"Ck! Maksud gue pulang sendiri, pake mobil gue sendiri, dan jalan sendiri. Intinya, Gak. Sama. Lo," ucapku sambil menekankan kalimat terakhir.

"Kan udah gue bilang juga tadi sih, Nam. Gue. Nggak. Nerima. Penolakan," ucapnya lebih santai dari sebelumnya.

"Aduh, mati berdiri gue sama lo ya, Do!"

"Jangan mati dong, Nam. Ntar nggak ada lagi yang ngisi kekosongan hati gue," lalu kulihat raut wajahnya berubah. Terkejut.

"Hah?" Aku yang masih belum connect menggaruk belakang telingaku yang tak gatal.

"Enggak-enggak. Udah abaikan. Udah kuy, pulang," Edo berjalan kedepan meninggalkanku, lalu ntah kenapa dia berbalik lagi.

"Lo kenap--" belum selesai aku berbicara, ia sudah mengamit telapak tanganku dan menyusupkan jari-jarinya di sela jari-jari tanganku.

"Ee-eh, apaan sih, Do? Lepasin!" Aku meronta pelan.

"Enggak mau! Kalo lo ilang, mungkin sampe ubanan gue bakal jadi perjaka tua," aku yang tidak paham apa maksud dari perkataannya, langsung berjalan mengikutinya yang sudah jalan di depan ku.

Apaansih?

*****

Raffa POV

"Muka lo kusut amat, Bro! Makan, yuk! Laper gue!" Kira-kira seperti itulah Styven mengajak gue ke kantin dengan bahasa Jermannya.

"Ogah, ah! Lo aja sana!" Jawab gue menggunakan bahasa Jerman.

"Parah, lo! Gue duluan, ya!" Ucapnya lalu aku melambaikan tangan padanya. Dan setelah itu, aku melanjutkan kegiatanku sebelumnya : tidur diatas tas di dalam kelas.

"Raff," suara perempuan mengintrupsiku dan otomatis membuatku mengangkat kepala.

"Hm? Angela? Ada apa?" Jawabku malas. Siapa suruh kemaren ngacangin gue? Aku berbatin.

"Gue dapet kabar soal tante Olivia," jawabnya dengan suara yang sangat pelan.

"Apa?"

"Ck! Kabar tante Olivia!" Angela ngamuk.

"Ooh," aku terdiam. "Apa?! Tante Olivia? Gimana? Mereka selamat, kan??" Tiba-tiba aku teringat.

"Itu yang mau gue bilang. Ayo ikut gue ke lapangan basket didepan gedung asrama," ucap Angela lalu pergi duluan menuju tempat yang di katakannya tadi.

Tanpa menunggu lama, aku mengikutinya dari belakang. Pastinya dengan jarak yang cukup jauh.

"Ck! Lo kenapa jauh banget dari gue?!" Angela menoleh ke belakang dan menatapku tajam.

"Ya takutnya lo marah-marah lagi sama gue kayak kemaren," jawabku sambil nyengir.

"Enggak, gue udah nggak PMS kayak kemaren. Sini lo," ajaknya lalu aku menghampirinya dan berjalan tepat di sebelahnya.

"Jadi, dapet angin apa lo, tiba-tiba mau ngasih gue info soal tante Olivia dan om Aditya?" Tanyaku berbasa-basu padanya sambil berjalan santai.

"Yah, soalnya gue liat lo tiap hari uring-uringan terus di sekolah. Ga tega gue, soalnya lo kayak anak kucing yang udah nggak makan berhari-hari," ucapnya disertai kekehan kecil.

"Ahelah, sori ya, gue nggak galau-galau amat kayak yang lo bilang," jawabku mencibir.

"Baperan amat lo! Ayo tanding basket dulu, baru gue kasih tau kabar soal tante Olivia! Kalo lo kalah, info nya cuman separuh gue kasih!" Ucapnya lalu berlari ke arah keranjang bola basket diujung lapangan saat kami telah tiba di tujuan.

"Aish, basket lagi-basket lagi!" Keluhku sesaat lalu berlari menghampirinya.

"Ngel, lo--" belum selesai aku memanggilnya, ia sudah duluan memotong perkataanku dengan memanggil seseorang.

"Jo! Joshua! Sini!" Angela memanggil Jo dengan semangat '45 yang tengah beraktivitas seperti biasa (bercengkrama dengan para gadis).

Melihat Angela memanggilnya, mata Jo langsung memancarkan binar-binar bahagia yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari ke arah ku. Tidak, tepatnya Angela. Ku rasa, ia tak melihatku disini.

"Ya, babe? Ada apa?" Tanya Jo dengan senyum yang menjijikan.

"Babe-babe palelu!" Aku menjitak kepalanya tepat di 'jalan tol' nya.

"Apaan dah lo, Raff! Ganggu orang lagi pacaran aja!" Sewotnya.

"Pacaran iler lo!" Angela memberikan tatapan membunuhnya pada Jo.

Mampus! Batinku tertawa.

"Ehh, engga gitu!" Jo berusaha mencari pembelaan.

"Udah nggak usah di jelasin. Gue manggil lo kesini buat jadi wasit doang kok, nggak ada yang lain. Makasih," ucapan Angela sukses membuat binar di wajah Jo menghilang seketika.

"J-jadi wasit? Kenapa nggak sekalian jadi tukang ojek aja??" Ucap Jo penuh nanar.

"Kaga usah banyak drama lu! Udah diem disini, jadi wasit! Gue sama Angela mau tanding," ucapku penuh kemenangan.

Dengan hembusan nafas pasrah dari Jo, pertandingan pun di mulai.

***

Pertandingan berlangsung tiga puluh menit dan kemenangan jatuh di tanganku. Aku tersenyum puas namun masih dengan nafas yang tersenggal-senggal. Sementara Angela, si primadona Lordenia International High School, sudah menghabiskan lima botol air mineral yang dibelikan oleh teman-temannya juga Jo.

"Udah.. nyerah lo kan?? Sok berani sih, nantangin gue!" Ucapku masih ngos-ngosan dengan senyum kemenangan.

"Gue cuman ngetes lo aja, buat liat lo pantes atau enggak buat Namira!"

Aku tersenyum samar mendengar nama seseorang yang ku rindukan itu.

"Tau nya, ya boleh juga lah, tapi daripada lo, masih bagusan Jo main basketnya!"

Jleb!

Sakit yah, ternyata kalo di banding-bandingkan.

Dan kulihat, binar di wajah Jo kembali bersinar.

"Angela, lo jujur kan? Gue nggak salah denger, kan? Kalau lo bilang basket gue lebih bagus daripada si kucrut satu itu???" Ucapnya heboh langsung mendekat ke arahku dan Angela yang duduk di pinggir lapangan.

"Iya, lo lebih baguss daripada Raffa. Gue liat pas kalian duel kemaren," Angela yang gemas langsung saja mencubit pipi Jo. Dan yang di cubit, nggak kebayang wajahnya yang sudah memerah seperti tomat.

Kebiasaan gombalin cewe sih, sekalinya di gombalin balik, merah tuh muka! Cem pantat bayi! Batinku lalu terkekeh geli.

*******

Daku pergi terlalu lama yaks?
Maaf ya :(
Sebagai gantinya, part ini aku buat dengan 1k word!
Yeay!
Seneng gak?
Haha :D
.
Don't forget to Vote and Comment!
.
See u on next part!



Continue Reading

You'll Also Like

1K 275 23
Aurora Belliana Amoel, gadis yang terlahir sebagai kutukan. Darahnya yang bisa mematikan membuat hidupnya berubah berantakan. Siapa yang menyentuh se...
1.6M 14.8K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1.3K 68 17
hanya sebuah luapan emosi
1.6K 1.1K 10
by @Rnndt_sfyn •(END) •(CERITA MASIH LENGKAP) •(SELESAI REVISI) "Andala untuk Lakara dan Bumantara untuk Buana." ucapnya ketika sandyakala menampakka...