Ninth

813 55 3
                                    

Raffa POV

Aku merebahkan diri di sofa ruang tamu. Masih dengan seragam yang lengkap, dan jelas sekali akan membuat Mama marah besar.

"Raffa!!"

Tuh kan bener.

"Iya maa, bentaran lagi ganti bajunya," jawabku malas.

Baru sedetik aku memejamkan mata, aku merasakan ada air bah yang tumpah di depan wajahku. Dan hal itu sontak membuatku terduduk dan mengatur nafas.

"Udah berapa kali Mama bilang, kalo pulang sekolah itu ganti baju dulu, bersih-bersih dulu, baru santai-santai. Ini, jangankan ganti baju dan bersih-bersih, sepatu kamu aja belum kamu buka, Raffa!!" Teriak Mama di depanku dengan satu tangannya memegang gayung yang tadi berisi air—dan air itu sudah disiramkan ke wajahku.

"Iya ma, iy—" saat aku ingin menyelesaikan kata-kataku, tiba-tiba perutku mulai bergejolak ingin mengeluarkan isinya.

Anjir, pasti karena Kiranti tadi.

"Kok diam?" Kata Mama.

"Perut Raffa mul-" tak sanggup menyelesaikan kalimatku, aku berlari menuju kamar mandi dan menyelesaikan ritual tak mengenakkan yang sangat menjijikkan.

*****

Malam tiba dan akhirnya aku selesai melaksanakan ritual itu setelah 5 kali mondar-mandir ke kamar mandi.

Katakanlah cukup sekali ini saja aku meminum itu karena dipaksa Namira.

Lain kali aku akan melakukan berbagai cara untuk lari dari minuman teraneh yang pernah kurasakan itu.

Mengingat soal Namira, aku merasa ada yang berbeda dengannya hari ini setelah kejadian aku melupakan alerginya. Terutama saat aku mengatakan, "Sorry, gue bener-bener lupa. Karena pikiran gue nggak cuma itu. Asal lo tau, banyak yang lebih gue khawatirkan."

Jujur, aku merasa bersalah karena mengatakan itu. Namun memang itulah faktanya. Kondisi Chika juga kerinduanku padanyalah yang membuatku terbang kembali ke Indonesia atas izin Oma dan Papa di Jerman.

Papa dan Mama memang belum berpisah. Tapi Papa lebih mementingkan pekerjaannya disana, dan Mama lebih mementingkan pekerjaannya juga serta pendidikan Chika disini. Alhasil, 12 tahun yang lalu aku dibawa ke Jerman dan Chika tetap bersama Mama di Indonesia.

Kembali ke Namira. Aku ingin kembali mengucapkan kata maafku padanya. Segera aku mengambil ponselku dan mulai mencari kontaknya yang telah ku tambahkan kemarin setelah mendapat nomornya dari Wawan—teman yang duduk dibelakangku.

Namira A.Wijaya

Begitulah nama besarnya di Line.

Aku menekan tombol panggilan dan mulai menunggu dering telpon.

Tak terjawab.

Atau,

Tak peduli?

Ah, aku gelisah. Segera saja aku mengambil kunci motor kesayanganku dan bergegas keluar rumah.

"Raffa!!!" Teriakan membahana dari Mama menggema di telingaku.

"Kenapa lagi Ma???" Aku lelah dan lelah. Mama memang hari ini sedang tak ada jadwal untuk masuk kerja. Tapi kenapa malah hobi berteriak-teriak seolah di tempat kerjanya ia tak pernah berteriak juga-walau aslinya emang iya.

"Mau kemana? Tugas kamu udah kelar?" Tanya Mama padaku yang di depan pintu rumah.

"Tugas apa, Ma?" Tanyaku menautkan alis.

"Pr kamu lah! Masih pelajar udah mau keluyuran aja malem-malem! Mau kemana kamu, hah?" Tukas Mama tajam.

"Ke rumah tante Olivia, mau ada urusan sama Namira," jawabku apa adanya.

Mama tampak berpikir. "Urusan apa?"

Kenapa Mama kepo banget sihhh????

"Something, Ma. Aku pergi ya," kataku cepat dan berjalan menuju garasi menaiki motor dan membelah jalanan malam Ibu Kota.

*******

Sore readers!
Maaf aku telat update!
Tugas aku menumpuk
Dan lagi, sebentar lagi aku akan mengikuti UNBK karena aku udah kelas 9!
Jadi, harap maklum ya kalau aku telat update :')

Jangan lupa vote and comment ya guys!

03 Maret 2017

To be continued....

•Revisi : 12/09/18

Just Love Me, Don't Leave Me (COMPLETED) // Tahap RevisiWhere stories live. Discover now