Epilog

1.6K 33 22
                                    

*perpisahan bukanlah akhir dari sebuah cerita. Melainkan adalah awal baru yang membuat segalanya jauh lebih indah*

Berjalan bersama di pinggir pantai menikmati indahnya sunset adalah cara simple yang mampu membuat keduanya tersenyum bahagia.

Ditambah, mereka masih mengenakan pakaian pengantinnya.

"Aku mau nyanyi, boleh nggak?" Namira berkata sambil tersenyum pada pria yang sudah ada di depannya ini.

"Sejak kapan ngomongnya aku-kamu, ih?" Raffa terheran lalu terkekeh.

"Kok kayak gitu, sih?" Namira menghentikan langkahnya, membiarkan Raffa berjalan sendirian di depan.

"Yah, ngambek. Aku becanda, tau.. maaf ya?" Raffa menarik kedua tangan Namira dan menggenggamnya sungguh-sungguh.

"Enggak!" Jawab Namira keukeh menarik tangannya dan melipatnya di depan dada.

"Jangan gitu, please.. aku bercanda, sayang...," Raffa berkata begitu lembut bersamaan dengan datangnya ombak yang menyentuh kaki mereka.

"Ih, tau banget jurus andalannya. Ya deh aku maafin. Tapi harus janji satu hal," ucap Namira dengan wajah tegasnya.

"Haha. Akhirnya. Apa itu, sayang?" Ucap Raffa sambil mengelus puncak kepala Namira yang masih menatapnya serius. Namun sedetik kemudian, tatapan itu menjadi luluh.

"Eum, apa ya? Aku jadi lupa. Kamu sih, bikin aku luluh tiba-tiba," ucap Namira jujur secara menggemaskan.

Dan secara tiba-tiba juga, Raffa memeluk Namira dengan hangat. Membuat Namira terperanjat tiba-tiba.

"Kamu gemesin banget sih," Raffa mengelus kepala belakang Namira dan begitu juga sebaliknya.

"Ya, aku tau kok," jawab Namira narsis lalu mengelus punggung tegap Raffa.

"Udah yuk, balik ke hotel. Mama sama Papa juga pasti udah nungguin," Namira mengingatkan namun masih tetap dalam pelukan Raffa.

"Gak. Gak mau. Ini waktu kita, mereka juga pasti lagi dua-duan kayak kita, haha," Raffa memgeratkan pelukannya pada Namira dan hal itu membuat Namira kesusahan bernafas.

"A-aduh aku nggak bisa nafas tau!" Namira memukul-mukul punggung Raffa dan secepat kilat Raffa melepaskan pelukannya.

"Kamu nggak pa-pa?"

"Fiuh, udah nggak pa-pa. Duduk yuk," ajak Namira dengan seulas senyumnya.

"Duduk? Disini? Di atas batu?" Tanya Raffa memastikan. Pasalnya, saat ini mereka masih mengenakan pakaian pengantin yang berwarna putih.

"Iya," Namira tak memperdulikan pakaian apa yang tengah di kenakannya. Yang penting, ia mendapatkan momen spesial ini. Melihat sunset.

"Aku mau lakuin yang aku bilang tadi," lanjutnya saat mereka sudah duduk sempurna di atas batu karang. Ditemani semilir angin pantai dan ombak laut yang datang dan pergi sesukanya. Meninggalkan bekas air di atas pasir putih.

"Hm? Apa itu?" Raffa menyelipkan rambut Namira yang menghalangi pandangannya untuk melihat wajah ayu-nya Namira.

"Coba tebak," Namira mengerlingkan matanya jahil. Dan tertawa pelan.

"Haha, jadi ceritanya kita main tebak-tebakan, nih? Kita udah 25 tahun, tau sayang. Eum, tapi gapapa deh. Hitung-hitung flashback jaman dulu," ucapnya santai. "Aku tebak, kamu.. mau cium aku?"

"Ih, bukan. Kamu mah omes! Sana jauh-jauh dari aku, ntar aku ketularan omes-nya kamu!" Canda Namira pura-pura menjauh dari Raffa.

"Biarin omes. Kan udah punya istri," ucapnya santai lalu menarik Namira ke rangkulannya.

Just Love Me, Don't Leave Me (COMPLETED) // Tahap RevisiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon