Tenth

786 54 2
                                    

Author POV

Deru kendaraan berlalu lalang di depan minimarket tempat Raffa berdiam. Mereka terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga tak menyadari ada yang tengah termenung sendirian disana.

Raffa membuang nafas gusar. Menunduk dan melihat plastik yang di tintingnya. Berisi satu coklat dan satu botol Kiranti.

Sebelumnya ia memang berniat untuk mendatangi Namira. Pastinya dengan membawa buah tangan berupa coklat sebagai tanda permintaan maaf. Namun saat ia melihat kulkas minuman, ia teringat kejadian sore tadi dan ntah kenapa malah membuatnya membeli minuman pereda menstruasi bagi wanita itu.

Raffa tertawa dalam hati.

Gue sebenernya mau minta maaf, atau mau mulai perang lagi, sih?

***

Tugas Fisika dari Bu' Jyne membuat Namira pusing tujuh keliling. Pasalnya tugas yang diberikan itu sangat berat dan totalnya ada dua puluh soal essay. Bukannya ia tak pintar. Namun saat ini pikirannya tengah kacau balau.

Karena apalagi kalau bukan karena sepupunya yang menyebalkan itu.

Tiba-tiba ponselnya berdering.

Panggilan dari Raffa.

Namira mendengus dan mengabaikan panggilan itu. Setelahnya, ia mematikan ponselnya secara total dan kembali ke dalam dunia Fisika yang menunggunya.

***

Detik terus berlalu dan tak terasa Raffa sudah berdiri selama satu jam disana.

Melirik jam tangan dan menghembuskan nafas pelan. Mengeluarkan kunci motor dan bergegas kembali ke rumah.

Di perjalanan, terlau banyak kendaraan yang melintas. Raffa yang saat itu tak terlalu fokus, alhasil kehilangan kendali dan malah berjalan di jalur yang berlawanan.

Tiiiin!!!!!!!!

Suara klakson mobil di depannya mulai membuatnya tersadar. Namun sayang, semuanya sudah terlambat dan tabrakan tak dapat dihindarkan.

***

Pukul 21.10

Namira kembali menghidupkan ponselnya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati panggilan tak terjawab sebanyak lima puluh panggilan dari Raffa.

Segila ini kah dia?

Panggilan masuk dan berdering nyaring di telinga Namira. Menarik nafas pelan dan membuangnya perlahan. Ia mulai mengangkat panggilan itu.

"Hal-"

"Ini dengan Namira?" Suara di seberang sana terdengar asing.

"Iya saya sendiri. Anda siapa, ya?" Tanya Namira cepat.

"Begini, kami dari pihak rumah sakit Cendana di daerah Jakarta Pusat ingin memberitahukan pemilik nomor ini mengalami kecelakaan."

Perkataan dari seberang berhasil membuat satu air mata lolos dari pelupuk matanya.

"Kami menelfon anda karena nomor anda adalah panggilan terakhir dari korban. Apa anda bisa secepatnya kesini?"

"Baik! Saya akan segera kesana!"

Panggilan diputuskan Namira sepihak. Segera keluar dari rumahnya dan memanggil taksi menuju rumah sakit.

Yang akan membawanya kepada seseorang yang melupakan alerginya.

*******

Hai readers!
Terima kasih udah baca cerita aku!
Alhamdulillah cerita 'Just love Me, Don't Leave Me!' sudah mencapai 100+ viewers!
Makasih untuk pembaca setia yang membaca cerita abal-abal aku ini..
Dan makasih juga untuk pembaca gelap.. tapi aku bersyukur kalian ada..terimakasih yaa..tanpa kalian viewer aku gabakal ketambah!
Makasih ya guys!
See you!

11 Maret 2017

To be continued...

[Revisi : 25/9/18]

Just Love Me, Don't Leave Me (COMPLETED) // Tahap RevisiWhere stories live. Discover now