Nineteenth

578 36 2
                                    

Author POV

Namira mengerang perih saat merasakan sakit di pergelangan tangan kirinya.

Kini ia sudah berada diruang rawat inap Rumah Sakit Transmedica yang akan membantunya memulihkan stamina nya yang sempat hilang akhir-akhir ini.

"Argh.." lirihnya.

Tak sadar ia menyentuh telapak tangan seseorang disebelah nya.

Ia terkejut bukan main ketika mendapati Alif sedang tidur beralaskan tangannya yang dilipat menjadi bantal untuknya tidur.

D-dia nungguin gue? Argh..bodohnya aku menyia-nyia kan dirinya dan menggantikannya dengan orang yang mungkin menganggapku tak ada, batinnya terenyuh.

Tanpa sadar, Namira mengusap rambut Alif yang dilihatnya sudah mulai lebat. Namun itu tak menghilangkan kharisma ketampannya. Malah hal itulah yang membuat kharisma ketampanannya bertambah dan terus bertambah setiap harinya. Hanya Namira yang tidak mau terlalu peduli dengan Alif yang padahal rela melakukan apapun demi dirinya.

"Hm..? Namira..! Lo udah sadar??" Tanya Alif girang. Dan matanya langsung membulat sempurna padahal ia baru bangun tidur.

"I-iya..lo liat sendiri lah.!" Entah kenapa Namira menjadi gugup seperti ini.

Tanpa memberi tanda, Alif langsung memeluk Namira dengan sigapnya membuat Namira hampir terhuyung ke belakang jika Alif tak menahannya.

"Gue seneng banget gila! Lo itu udah gak sadar selama 3 hari tau nggak?!" Ocehnya saat pelukan mereka berakhir.

"Hah?! 3 hari gue koma?!"

"Lo gak koma! Cuma gak sadar!" Bantahnya.

"Ih itu mah sama aja!" Namira memukul lengan Alif gemas.

"Bedaa"

"Samaaa"

"Beda Namira sayaang.."

Deg.

Namira terkejut mendengar panggilan Alif untuknya.

Apakah yang membuatku menutup hati untuk menerimanya selama ini di hidup ku? Apa aku tak sanggup untuk melupakan Arka? Dan juga ditambah lagi dengan datangnya Raffa? Argh..aku malas menyebut namanya! Ia yang sudah membuatku menjadi seperti ini! Batinku bersikeras.

"Hey, are you okay?" Tanya Alif ketika melihat Namira yang terus melamun. Lalu ia menyelipkan rambut Namira kebelakamg telinga Namira sehingga tampaklah jelas wajah Namira yang tengah berfikir keras.

"Nam..." panggilnya lagi.

Lalu ia menepuk bahu Namira.

"Y-ya?"

"Hah...mikirin apa sih?? Gak liat didepan ini masih ada orang?" Candanya.

"I-iya maaf,"

"A-aku cuma..a-aku.." wajah Namira kini sudah dibanjiri air mata kepedihan.

"Please don't cry bae..look at me now! What you felling now? Tell me!" Bujuk Alif saat melihat Namira tak berhenti-berhenti menangis.

"Oh my God.." Alif lalu memeluknya hingga ia tertidur pulas lagi seperti sebelumnya.

Gapapa kalo lo belom mau cerita ke gue dan mengganggap gue ini bukan siapa-siap lo Nam..tapi yang pasti, gue bakalan selalu ada buat lo dan ngejagain lo setiap waktu yang gue bisa! Batin Alif mencium punggung tangan Namira.

Sudah saatnya ia kembali, karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Ia harus sekolah hari ini. Sudah tiga hari ia tak sekolah demi menjaga Namira yang tak sadarkan diri. Dan untungnya, hari ini ia sudah sadar. Dan saat nya ia kembali ke sekolah.

Mau jadi apa nanti keluarganya jika sang ayah tak berpendidikan mulia?

Itulah prinsip Alif untuk terus belajar dengan giat. Ia tak mau kala ia sudah berkeluarga, keluarga nya menjadi terlantar karena ulahnya di masa yang lampau digunakan sia-sia.

Kebetulan Bibi yang bekerja dirumah Namira baru saja sampai dan bisa menggantikan Alif untuk menjaga Namira.

"Titip Namira ya, Bi," ucapnya sopan.

"Iya den.. Makasih loh ya udah jagain Namira selama ini.." sang Bibi berkata malu-malu.

"Iya, Bi. Yaudah kalo gitu saya balik dulu ya Bi'. Kalo Namira nyariin, suruh telfon saya saja. Assalamu'alaikum," tutupnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Bibi lalu menaruh beberapa barang yang dibawanya diatas nakas.

*******

Say Hi! to Author, Please..

Don't Forget to Vote and Comment!

To be continued

Just Love Me, Don't Leave Me (COMPLETED) // Tahap RevisiUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum