Twentieth-six

615 31 5
                                    

"A-Arka..g-gue mohon...j-jangan apa-apain gue p-pake b-barang itu..please Arka..gue m-mohon.." rintih Namira saat sebuah jarum suntik hampir mendekati urat nadi yang berada di sela lengannya. Namira tentunya tidak dapat memberontak karena lengannya ditahan oleh tangan kekar Arka.

Arka tak mendengarkan permintaan Namira pastinya. Ia sudah seperti orang gila saat ini. Ia terus mencengkeram lengan Namira dengan kuat dan hendak menyuntikkan cairan yang dapat membuat candu bagi para pengguna nya.

"A-Arka gue mohon..." wajah Namira sudah dibanjiri air mata saat ini. Ia tak mampu melawan rasa takutnya. Pasalnya ia tak pernah mau menyentuh barang-barang haram seperti itu.

Saat jarak yang tersisa antara lengan Namira dengan jarum suntik tinggal beberapa centimeter lagi, pintu rumah Arka di dobrak dengan kuat hingga pintu rumah itu hancur dan tampak lah dua orang pria yang betubuh tegap yang memakai jaket kulit berwarna hitam tengah mengacungkan pistol nya ke arah Arka.

Sontak Arka yang menyadari hal itu, ia segera bangkit dan berlari ke pekarangan belakang rumahnya dengan tujuan melarikan diri. Jelas saja, dua orang pria tegap berjaket hitam itu segera mengejarnya. Tak berapa lama terdengar suara tembakan pistol dan suara teriakan yang cukup keras.

Namira yang masih syok ditambah dengan ia mendengar suara tembakan pistol, langsung saja tak sadarkan diri saat itu juga. Pandangan nya terlihat gelap. Namun sebelum ia benar-benar tak sadarkan diri, samar-samar ia melihat seorang pemuda yang berlari ke arahnya. Dan anehnya, pemuda itu memakai seragam yang sama dengan Namira.

Flash back off

"Namiraa...." panggil seorang pria paruh baya di depannya yang kini tengah membungkuk ke arahnya. Sudah cukup lama ia mencoba menyadarkan Namira dari lamunannya. Bahkan Thia yang menyadarkannya dari tadi pun tak di gubris nya sama sekali. Hingga akhirnya saat satu bulir air mata jatuh menyentuh pipinya, baru lah ia tersadar dari lamunan panjangnya.

"Ah, eum..kenapa pak?" Ucap Namira sambil menyeka air matanya saat melihat gurunya tengah melihatnya  saat ini.

"Kamu saya perhatikan sudah setengah jam termenung. Apa ada masalah?" Tanya Pak Burhan selaku guru Agama Islam dengan prihatin.

"Ah, saya nggak kenapa-kenapa kok pak. Cuman teringat sesuatu. Maaf ya pak, jika saya sudah mengganggu kegiatan mengajar bapak. Kalau gitu saya permisi ke toilet sebentar ya pak." Ucap Namira lalu ia pergi keluar kelas meninggalkan pandangan heran dari semua temannya di kelas. Terlebih Thia. Ia sudah sangat khawatir pada Namira. Hampir setiap hari Namira seperti itu. Semua itu dimulai sehari setelah  Namira sudah keluar dari rumah sakit.

Thia menyadari, kalau Namira sudah berubah 180° dari biasanya semenjak Raffa meninggalkan Namira dalam keadaan yang mengenaskan.

*****

Raffa POV

Sudah lebih dari sebulan aku pergi meninggalkan Indonesia dan bersekolah disini. Aku bersekolah dibagian bisnis di salah satu sekolah favorit di Jerman.

Meskipun aku disini, namun pikiranku masih di Indonesia. Terutama soal Namira.

Setiap malam aku selalu memikirkannya.

Sedang apa dia saat ini?
Apa kabarnya ya?
Apa dia baik-baik saja disana tanpa kehadiranku di sampingnya?
Apa dia merindukanku seperti aku merindukannya?
Apa dia senang aku pergi?
Apa dia bahagia bersama pilihannya?

Selalu saja itu yang ku pikirkan setiap malam. Namun aku hanya tersenyum miris pada diriku yang dengan bodohnya meninggalkannya begitu saja.

Aku lupa soal materi wanita yang : jika perempuan berkata 'pergi', itu artinya 'jangan pergi dan tetaplah disini'.

Sama halnya seperti jika dia berkata 'aku tidak apa-apa', itu artinya dia sedang tidak baik dan menginginkan kita mengerti soal keadaannya saat ini.

Aku merutuki diriku sendiri yang sangat-sangat bodoh!

Namun semuanya sudah terjadi. Dia juga sudah membuktikan kalau ia bahagia dengan Alif, seseorang yang menyebalkan baginya namun mampu menjadi pengisi kekosongan hatinya saat ini. Aku tak tahu itu benar atau tidak.

Namun satu hal yang perlu diingat, aku tak bisa membantah ataupun meragukan ucapan wanita yang aku cintai juga ku sayangi.

Jadi aku hanya mampu pasrah dan menerima takdirku.

Jika takdir Tuhan sudah seperti ini, aku bisa apa? Aku hanya mampu mengikuti arus yang dibuat oleh-Nya.

"Raff!" Panggil seseorang dari belakangku sambil menepuk bahuku dan dia menyadarkanku dari lamunan yang panjang ini.

"Oh, Jo. Ada apa?" Tanyaku datar. Perlu kalian ketahui, Joshua yang ku panggil Jo adalah salah satu temanku di sekolah ini dan dia sama sepertiku. Kami sama-sama lahir di tanah Jawa, Indonesia.

"Datar amat lu, bro! Semangat dong! Hari ini primadona sekolah kita masuk lho!" Ucapnya bersemangat. Dan perlu kalian ketahui juga, ia adalah pengagum wanita cantik! Ingat, hanya wanita cantik! Dan dia adalah salah satu playboy yang cukup terkenal seantero sekolah ini.

"Siapa?" Tanyaku tak perduli. Memang aku tak perduli pada wanita manapun kecuali Namira. Karena hanya nama dia yang ada di kepala dan hatiku.

"Ah, lo mah gak asik! Masa lo nggak kenal sama primadona sekolah kita! Namanya Angela Viola Wijaya. Anak dari jurusan modelling. Body nya itu aduhai, sob! Cantik pula! Ah, my Angel tak ada tandingannya!" Cerocos Jo yang tak ada henti membuat telinga ku panas seketika.

"Woy..woy..woy..! Kalo mau ngomongin cewe jangan sama gue! Ga bakalan ng-

Ucapanku terhenti. Aku seperti pernah mendengar nama itu. Dan yang paling familiar, nama ujungnya sama seperti namaku!

"Jo! Anterin gue ke Angela! Sekarang!"

*******
Maaf post ulang!
Ga ada yang aku ganti
Mager

*******

Hai!
Update di malam lebaran!
Wkwk!
Aku minta maaf ya, kalau aku pernah nyinggung perasaan kalian :')
Semoga kita sama" bisa menjadi yang lebih baik di hari" berikutnya ya!
Oya, jangan lupa tinggalkan jejak ya!
.
24 Juni 2017
.
See you on next part!

Just Love Me, Don't Leave Me (COMPLETED) // Tahap RevisiWhere stories live. Discover now