Thirtieth

541 21 2
                                    

Namira POV

"Makasih, Do. Tapi gue bawa mobil sendiri. Tuh kuncinya ketinggalan di laci," Ucapku santai sambil menunjuk mejaku didalam kelas dengan dagu.

"Eh? Kunci mobil?" Edo menyerit heran lalu merogoh saku celananya.

"Kunci mobil ini, maksud lo?" Lanjutnya sambil menggantungkan kunci mobil itu di udara.

"Nah, iya! Akhirnya ketemu juga! Tadi siang padahal gue rasa udah masuk ke kantong. Eh ternyata bener di dalem kelas," aku terkekeh kecil lalu bergerak mengambil kunci mobil ditangan Edo yang menggantung di udara. Namun Edo menariknya.

"Eh, itu kunci mobil gue siniin! Jangan lo main-mainin, Do!" Aku berusaha melompat mengambilnya karena Edo menjinjitkan kakinya supaya kunci mobilku tergantung lebih tinggi.

"Edoo! Lo ngehina tinggi badan gue, deh," aku cemberut dan menggembungkan pipi.

"Haha, untuk kali ini, nggak ada penolakan. Lo pulang sama gue, dan kunci mobil lo, bakal gue balikin besok," ucap Edo santai lalu berjalan menuju tangga ninggalin aku yang mematung di depan kelas.

"Eh, apa-apaan, lo! Edo balikin kunci mobil gue! Gue mau pulang!" Amukku pada akhirnya dan menahan bahu Edo setelah berusaha berlari mengejarnya.

"Yaudah, ayo pulang. Kan dari tadi udah gue ajak," ucapnya santai sambil mengerling nakal padaku.

"Ck! Maksud gue pulang sendiri, pake mobil gue sendiri, dan jalan sendiri. Intinya, Gak. Sama. Lo," ucapku sambil menekankan kalimat terakhir.

"Kan udah gue bilang juga tadi sih, Nam. Gue. Nggak. Nerima. Penolakan," ucapnya lebih santai dari sebelumnya.

"Aduh, mati berdiri gue sama lo ya, Do!"

"Jangan mati dong, Nam. Ntar nggak ada lagi yang ngisi kekosongan hati gue," lalu kulihat raut wajahnya berubah. Terkejut.

"Hah?" Aku yang masih belum connect menggaruk belakang telingaku yang tak gatal.

"Enggak-enggak. Udah abaikan. Udah kuy, pulang," Edo berjalan kedepan meninggalkanku, lalu ntah kenapa dia berbalik lagi.

"Lo kenap--" belum selesai aku berbicara, ia sudah mengamit telapak tanganku dan menyusupkan jari-jarinya di sela jari-jari tanganku.

"Ee-eh, apaan sih, Do? Lepasin!" Aku meronta pelan.

"Enggak mau! Kalo lo ilang, mungkin sampe ubanan gue bakal jadi perjaka tua," aku yang tidak paham apa maksud dari perkataannya, langsung berjalan mengikutinya yang sudah jalan di depan ku.

Apaansih?

*****

Raffa POV

"Muka lo kusut amat, Bro! Makan, yuk! Laper gue!" Kira-kira seperti itulah Styven mengajak gue ke kantin dengan bahasa Jermannya.

"Ogah, ah! Lo aja sana!" Jawab gue menggunakan bahasa Jerman.

"Parah, lo! Gue duluan, ya!" Ucapnya lalu aku melambaikan tangan padanya. Dan setelah itu, aku melanjutkan kegiatanku sebelumnya : tidur diatas tas di dalam kelas.

"Raff," suara perempuan mengintrupsiku dan otomatis membuatku mengangkat kepala.

"Hm? Angela? Ada apa?" Jawabku malas. Siapa suruh kemaren ngacangin gue? Aku berbatin.

"Gue dapet kabar soal tante Olivia," jawabnya dengan suara yang sangat pelan.

"Apa?"

Just Love Me, Don't Leave Me (COMPLETED) // Tahap RevisiWhere stories live. Discover now