Twentieth-three

546 28 4
                                    

Namira POV

Aku tak menyangka dia benar-benar pergi dari hidupku.

Raffa,

Kenapa kau pergi secepat ini?

Kenapa dengan mudahnya kau menuruti permintaan bodohku?

Dan kenapa kau sama saja dengan Arka?!

Argh!

Flash back on

"Ka..g-gue mau jadi pacar lo," jawabku sedikit ragu. Karena aku belum terlalu lama mengenal Arka.

"Beneran Nam?!" Kulihat dia hendak memelukku, namun ku tahan.

"Eits! Bentar-bentar..." ucapku sambil mengangkat kedua tanganku kedepan  yang bermakna 'stop'

"Sebelum lo jadi pacar gue, bisakah lo nepatin tiga janji lo sama gue?" Tawarku sedikit.

"Apapun itu akan kulakukan, tuan putri." Ucapnya seraya tertunduk. Seperti seorang pangeran yang memberi salam pada seorang putri raja.

Ah, kurasakan pipiku memanas.

"Ekhem! Yang pertama, setiap berjanji harus selalu ditepati, Yang kedua, jangan pernah cuekin gue, dan yang paling utama, jangan pernah bohongin gue. Bisa?" Ucapku penuh kemenangan.

Kulihat ada keraguan diwajahnya.

"Keberatan?" Tanya ku.

Lalu sesaat ia tersadar.

"Ah, pasti akan kulakukan, tuan putri.." ucapnya seraya tersenyum. Senyum terpaksa.

Aku memang merasa aneh dan berfirasat buruk soal Arka. Bagaimana mungkin dia bisa menyukaiku padahal kami baru kenal selama kurang lebih satu bulan? Bukankah ini terlalu cepat? Ah, sekarang bukan itu permasalahannya.

Masalahnya adalah, apakah ia benar-benar akan menepati janjinya itu?

"Baiklah jika kau bersedia, Mari kita coba satu pertanyaan." Ucapku datar. Aku sekarang seperti seorang detektif yang memeriksa tersangka pembunuhan saja. Padahal dia kan akan jadi pacarku. Haha.

Namun kulihat ada raut keterkejutan diwajah tampannya. Dan kulihat juga ada bulir-bulir keringat yang meluncur bebas dari dahi menuju pipi nya.

"Ka? Arka? Lo sakit?" Tanyaku heran lalu menyentuh keningnya.

"E-engga..makasih ya Namira sayang..udah perhatian sama aku.." ucapnya berlagak sok imut sambil mengamit pergelangan tanganku yang menyentuh dahi nya.

"Yayaya..pertanyaan gue adalah, apakah ada motif lain lo macarin gue selain dengan alasan 'cinta'??" Tanyaku sambil memiringkan kepalaku kesamping kanan, menatapnya yang sudah pucat pasi.

"Wah..segitu susahnya ya pertanyaan gue? Sampe lo pucet plus keringatan gini?" Ucapku sambil menyeka keringat yang sudah bercucuran didahinya menggunakan sapu tangan.

"E-euum..aduh gimana ya?" Ucapnya gelisah sendiri. Lalu ia melihat kearah jam tangannya dan berkata,

"Aduh, Nam..maaf banget ya..aku baru ingat kalau aku ada janji sama mama siang ini..nggak papa kan?" Tanyanya.

"Hm..ya sudah pergi lah.." ucapku lalu berbalik badan memunggunginya. Yah berharap ia akan membujukku agar tidak mengambek lagi.

Namun saat aku menoleh ke belakang yang kudapat hanya lorong kosong yang tidak ada siapa-siapa disana.

"Haha! Bodoh banget ya gue bisa jadian sama orang yang nggak peka sama sekali! Haaah!" Teriakku geram lalu pergi meninggalkan koridor sekolah yang sudah sepi dari tadi.

*****

Hai!
Flashback nya belom kelar yaa
Mohon bersabar :))
.
Jangan lupa VoMent nya yak
.
06 Juni 2017
.
To be continued...

Just Love Me, Don't Leave Me (COMPLETED) // Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang