Hey, Bi! #Wattys2018

By haiisenjaa

962K 72.9K 521

#22 chicklit : 21 April 2018 #128 chicklit : 18 April 2018 Semesta mempertemukan Acha dengan Rama dalam ketid... More

ONE
TWO
THREE
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIVTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
PENGUMUMAN
THIRTY
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
BONUS (1)
FOURTY ONE (a)
FOURTY ONE (b)
BONUS (2)
BONUS (3)
BONUS (4)
SNAP
SELAMAT HARI KARTINI
QnA
FOLLOW YUK!

FOUR

23.4K 1.8K 23
By haiisenjaa

"Nih, Cha. Lo yang anter pasien ini ke atas."

Aku menghentikan kegiatanku menulis laporan soap milik pasien-pasien yang menumpuk didepanku, lalu menatap April yang tengah menyodorkan status rekam medik dengan kening berkerut.

"Kok gue? Lo aja deh, Pril."

April memutar bola matanya malas sembari merebut balpoin yang sedang kupegang, mengambil alih kegiatanku.

"Gue sih mau-mau aja ya, Cha. Tapi ini perintah langsung dari Dokter Rama. Katanya lo aja yang nganter pasien itu ke atas."

"Pasien gemelli* yang tadi?"

April mengangguk. Tangannya di gerak-gerak kan memberikan gestur agar aku segera beranjak dari tempat dudukku.

Aku mendesah kesal, mau tidak mau berdiri dari posisi ter-uwenakku. Apa sih maunya dokter mesum itu? Seharian ini aku sudah bolak-balik ruang operasi sebanyak empat kali lho. Kenapa dia minta aku semua yang mengirim pasien-pasien itu? Padahal, biasanya aku dan teman-teman yang lain selalu bergantian mengantar pasien pre-op ke ruang OK* di lantai atas.

"Lo ada affair ya sama Dokter Rama?"

Pertanyaan April membuatku tersedak air mineral yang tengah kuminum. Mataku meolotot ke arahnya. Sedang dia menatapku curiga.

Aku tidak tahu darimana gosip-gosip itu mulai bermunculan. Gosip bahwa aku dan dokter mesum itu ada kedekatan khusus diluar pekerjaan kami.

"Sembarangan. Jangan bikin gosip deh." Aku menyambar rekam medik milik pasien yang akan di operasi, lalu melenggang pergi meninggalkan April yang masih tidak puas dengan jawabanku.

"Dek, ikut Saya satu ya. Ngirim pasien ke atas."

Aku berseru kearah kerumunan mahasisiwi kebidanan yang tampak asyik bergosip di pojokan. Mereka mengingatkanku pada jaman dulu saat masih praktik kuliah lapangan. Pasien cukup tenang hari ini. Hanya ada dua bed yang terisi. Bed satu ada Ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum* yang sedang menjalani re-hidrasi. Dan bed dua ada Ibu hamil dengan plasenta previa* yang harus bed rest karena mengalami perdarahan antepartum*.

Salah satu mahasiswi yang kuketahui bernama Anggi berjalan kearahku. Kuajak dia untuk mendorong brankard pasien menuju ke lantai empat. Selama perjalanan aku banyak berbincang dan memberikan motivasi agar ibu hamil didepanku ini tidak takut melakukan operasi caesar. Wajar jika dia merasa takut, karena memang ini adalah kehamilannya yang pertama dan langsung di karuniai Tuhan sepasang anak yang kembar.

Ah, senangnya punya anak kembar. Aku jadi berangan-angan jika nanti aku menikah dan hamil, aku juga ingin diberikan anak kembar.

Aish, kenapa aku jadi melantur kemana-mana. Lagipula aku harus menikah dengan siapa? Susah cari lelaki Setia dan bertanggung jawab dijaman sekarang ini. Kalaupun nanti aku ketemu dengan lelaki spesies ini dan memintaku untuk menjadi istrinya, aku pasti mengiyakan tanpa syarat.

"Hai Cha.. mata gue seger bener ya seharian ini ketemu lo terus."

Suara Erik, salah satu perawat OK membuyarkan lamunanku. Aku memutar bola mataku malas, mengabaikan gombalannya sembari memberikan status rekam medik yang sejak tadi kubawa. Erik ini salah satu lelaki yang juga patut dihindari. Tidak cocok dijadikan pacar ataupun suami. Tingkahnya yang sok playboy kadang membuat perutku mendadak mulas. Gombalannya receh dan sama sekali tidak bermutu.

"Percuma lo gombalin dia, Rik. Sampai lebaran monyet juga dia nggak bakal kesengsem sama lo." Bagas tiba-tiba datang. Mengambil alih pasien yang tadi kubawa dan memindahkannya ke brankard khusus diruang OK.

Erik tampak tidak terpengaruh dengan ucapan Bagas. Lelaki sok playboy itu masih keukeuh melontarkan gombalannya padaku. "Malem minggu lo masuk apa, Cha? Jalan yuk."

"Ogah ah. Mending nonton drama korea deh gue." Aku meraih baju khusus yang dipakai saat di ruang OK. Menyerahkannya satu pada Anggi yang sejak tadi menahan tawa mendengar gombalan Erik.

"Pakai, Dek. Kamu belum pernah kan nonton live SC?"

Anggi menggeleng. Bola matanya berbinar senang. "Boleh nih, Mbak?"

"Boleh. Asal tetap steril ya."

Anggi mengangguk semangat. Dipakainya baju berwarna hijau itu dengan semangat. Memang, tidak semua staff baik itu dokter atau bidan memperbolehkan mahasiswa masuk kedalam ruang operasi. Takut mereka membawa infeksi yang beresiko terhadap pasien yang sedang di operasi. Selain itu, kadang ada beberapa dokter yang menganggap keberadaan mereka hanya menganggu konsentrasi.

Tapi, aku berusaha tidak seperti itu. Aku juga pernah di posisi sebagai mahasiswi yang haus akan pengetahuan dan pengalaman. Sebisa mungkin aku ingin memberikan kesempatan pada mereka. Memperlihatkan praktik langsung yang tidak didapat di kampus.

"Yaudah, minggu pagi deh. Gue jemput dikosan lo. Kita ke CFD, gimana? Mau kan Cha?"

Erik masih tidak menyerah. Dia bahkan mengekor dibelakangku sambil terus merayuku. Beberapa staff OK yang memang sudah kenal denganku dan drama yang dilakukan Erik tampak menahan tawa. Bahkan, pasien yang akan menjalani operasi ikut-ikutan tertawa melihat kelakuan Erik yang tidak tahu malu itu.

"So sorry, Rik. Paginya gue juga udah ada jadwal."

"Kemana?"

"Konsul ke rumah dosen gue." Aku tidak berbohong. Minggu besok memang aku sudah ada janji dengan Bu Ambar. Dosen pembimbing skripsiku.

"Oke kalau gitu gue anter lo."

"JANGAN!" Teriakku kencang. Beberapa pasang mata yang ada di ruang OK menatapku dengan kening berkerut. "Maksud gue nggak perlu repot-repot nganterin gue. Gue bisa berangkat sendiri kok."

"Gue nggak repot kali, Cha. Udah lo santai aja."

"Gass terus ye, Rik." Vinta, perawat dari ruang bayi yang bertugas dalam operasi kali ini ikut bersuara.

Aku menepuk dahiku frustasi. Harus dengan cara apalagi aku menolak rayuan dan gombalan Erik ini. Lelaki itu sepertinya memang punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan benar-benar pantang untuk ditolak.

"Kalo Acha nggak mau jangan dipaksa lah, Rik. Lo nggak liat sampe frustasi gitu dia." Sahut Mbak Siska, perawat senior yang ada diruangan ini terdengar membelaku.

"Biar aja kali, Sis. Lagi usaha nih gue."

"Jangan terlalu ngarep deh lo, Rik. Dokter Eza yang levelnya jauh diatas lo aja ditolak."

Seketika tawa semua orang diruangan itu pecah mendengar ucapan Bagas. Wajah Erik berubah masam. Aku menggelengkan kepalaku, mengabaikan segala ucapan mereka. Lalu berjalan ke arah Mbak Siska, membantu perempuan itu menyiapkan segalanya.

Hingga tiba-tiba suara deheman seseorang menginterupsi. Semua mata memandang ke arah pintu. Tampak dokter Rama melenggang masuk diikuti dokter Markus, dokter anesthesi yang akan melakukan pembiusan pada pasien serta Dokter Dili, dokter spesialis anak yang berjalan paling belakang.

Sesaat, mataku bertemu langsung dengan kedua bola mata hitam milik Dokter Rama. Tapi, buru-buru aku mengalihkan pandanganku dan malah bertabrakan dengan senyum manis yang tersungging dibibir Dokter Dili.

"Selamat siang, Dok." Semua staff menyapa ramah.

"Lagi bahas apa nih? Saya dengarkan dari luar ramai sekali sepertinya." Tanya Dokter Markus sambil tetap fokus mempersiapkan segala peralatan tempurnya.

"Biasa Dok, ada cewek bening dikit pada digodain nih." Jawab Mas Fajar, perawat paling senior diruangan ini.

"Pasti Asha ya."

Aku tersenyum rikuh ke arah dokter berkepala plontos itu. Ini semua gara-gara Erik. Sejak kedatanganku di tempat ini, lelaki itu selalu menggombaliku dan membuat namaku mendadak tenar bak selebriti.

"Wah, saya keduluan sama Erik nih." Kali ini Dokter Dili, yang memang hubungannya cukup dekat denganku ikut berkomentar.

"Yang penting jangan nusuk dari belakang aja, Dok. Kita mah fair-fair an aja."

"Oh tenang saja, Rik. Lagipula saingan kita sudah berkurang satu kan?"

"Bener juga, Dok. Dokter Eza mah sudah bahagia sama yang lain. Oke, jadi kita bersaing sehat nih ya, Dok?"

"Oke. Siapa takut."

Jabat tangan antara Erik dan Dokter Dili mengakhiri perseteruan mereka. Semua pasang mata tampak menahan tawa melihat kedua orang itu memperebutkan diriku. Padahal, aku sama sekali tidak tertarik dengan keduanya. Aku menganggap mereka semua adalah temanku. Tidak ada yang kuanggap spesial dalam hal ini.

Aku melirik ke arah Dokter Rama. Lelaki itu tampak tidak terlalu peduli dengan obrolan yang terjadi. Sesekali dia hanya tersenyum tipis menanggapi.

Pembicaraan absurd itu berakhir. Kini semua staff kembali fokus pada pasien yang akan menjalani operasi hari ini. Suara musik klasik mulai terdengar, mengiringi pergerakan cekatan Dokter Markus yang mulai menyuntikkan obat bius ke bagian tulang belakang pasien. Pembiusan ini sifatnya epidural, jadi hanya bagian perut kebawah saja yang terkena efek mati rasa. Sedangkan pasien masih sadar dan bisa melihat proses kelahiran bayinya.

Selang beberapa menit, setelah dipastikan obat bius sudah bekerja, giliran Dokter Rama yang beraksi. Setelah dilakukan desinfeksi, dengan gerakan lembut tapi tegas, Dokter Rama mulai menyayat perut Ibu secara horisontal. Darah mulai mengucur deras. Sesaat aku terpana dengan wajah serius dokter mesum itu. Beberapa kali melihatnya di ruang operasi, entah kenapa aku baru sadar bahwa dia terlihat begitu seksi kali ini.

Ya ampun! Apa-apaan ini. Aku menggelengkan kepalaku, mengenyahkan segala pikiran ngawur yang terlintas tiba-tiba.

"Kenapa lo, Cha? Pusing?" Bisik Vinta padaku. Aku mengangkat ibu jariku, memberi isyarat bahwa aku baik-baik saja.

Proses operasi kali ini berlangsung agak lama dari biasanya. Karena memang bayi yang dikeluarkan ada dua. Kerja sama yang sangat kompak diperlihatkan oleh Dokter Rama dan juga Dokter Dili. Para perawat serta bidan juga bekerja sangat baik serta profesional. Memang ketiga profesi ini saling berkaitan. Tidak ada istilah perawat atau bidan adalah pembantu dokter. Masing-masing profesi bekerja sesuai dengan sop-nya. Semuanya saling membantu dan bekerja sama, demi satu tujuan yang sama yaitu menyelamatkan nyawa pasien.

***

10.003 Likes
ashabila_acha aku sudah pernah melihat ribuan kali pembedahan, tapi kenapa aku tidak bisa melihat isi hati dan kepala kamu.

View all 717 comments

kinaraput : elah, masih jaman kode-kodean lo Cha. 😂
vinta91 : aseekkk.. Ketularan @dr.ezagian 😄
erikerik : bedah hati gue, Cha. Bedah sekarang juga biar lo tau seberapa besar rasa Cinta gue buat lo.
fitriaisy_ : ada baskom nggak? mau muntah gue denger omongan @erikerik
matamataempat : Anda berkacamata? Ingin sembuh dan bisa melihat normal lagi? Follow @matamaempat dan ikuti tips-tips menyembuhkan mata minus tanpa pengobatan
drezagian : banyak teori sedikit praktik kamu rik 😁 @erikerik tipe perempuan kayak Acha gini nggak mempan kalo cuma digombalin doang
ashabila_acha : apasih dok 😒 @drezagian
bagas69 : gue harus panggil siapa nih, dokter @dr_dilianggara atau dokter @abhirama ya 🤔
ashabila_acha : buat lo Gas 👊
bagas69 : hahahaha.. Yang @kinaraput aku dibogem sama @ashabila_acha nih
kinaraput : tenang. Aku bantuin kamu yang @bagas69 / Doooookk, ada yang galau nih @dr_dilianggara @abhirama 😝
ashabila_acha : pasangan gesrek @bagas69 @kinaraput 😪
dr_dilianggara : bisa gombal juga ya, Cha 😆
abhirama : kamu salah minum obat ya @ashabila_acha
ashabila_acha : sekali-kali gombalin anak orang dok, masa saya mulu yang jadi korban kegombalan 😆 @dr_dilianggara // iya nih dok @abhirama semalem saya minum Baygon 😯







Gemelli : kehamilan kembar
OK : Operati Kamer (bahasa Belanda)
Hyperemesis gravidarum : keadaan dimana ibu hamil mengalami mual muntah yang berlebihan (lebih dari 10kali sehari)
Plasenta previa : keadaan dimana posisi plasenta ibu hamil berada di bagian bawah dan menutupi jalan lahir (bisa sebagian bisa seluruhnya)
Perdarahan antepartum : keadaan dimana ibu hamil mengalami perdarahan di usia kehamilan diatas 28 minggu.

Continue Reading

You'll Also Like

416K 24.5K 29
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
1.3M 68.5K 58
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...
519K 43.4K 53
[COMPLETED] Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya akhir-akhir ini. Dia mendap...
1.1M 54.1K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...