Setelah Aku Tau |✔

By ksjmysunflower

59.3K 2.8K 92

Seri 2 'Seharusnya Aku Tau' Disaat aku tak tau harus melangkah maju atau mundur. Disaat semua terus terasa a... More

PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
KEENAM
KETUJUH
KEDELAPAN
KESEMBILAN
KESEPULUH
KESEBELAS
KEDUABELAS
KETIGA BELAS
KEEMPATBELAS
KELIMABELAS
KEENAMBELAS
KETUJUHBELAS
KEDELAPAN BELAS
KESEMBILAN BELAS
KEDUA PULUH
KEDUA PULUH SATU
KEDUA PULUH DUA
KEDUA PULUH TIGA
KEDUA PULUH EMPAT
KEDUA PULUH LIMA
KEDUA PULUH TUJUH
KEDUA PULUH DELAPAN
KEDUA PULUH SEMBILAN
KETIGA PULUH
KETIGA PULUH SATU
KETIGA PULUH DUA
KETIGA PULUH TIGA
KETIGA PULUH EMPAT
KETIGA PULUH LIMA
KETIGA PULUH ENAM
KETIGA PULUH TUJUH
KETIGA PULUH DELAPAN
KETIGA PULUH SEMBILAN
KEEMPAT PULUH
KEEMPAT PULUH SATU
KEEMPAT PULUH DUA
KEEMPAT PULUH TIGA
KEEMPAT PULUH EMPAT
KEEMPAT PULUH LIMA
TERIMA KASIH

KEDUA PULUH ENAM

915 54 1
By ksjmysunflower

Tanpa berpikir panjang, aku langsung meloncat dari sepeda motor Tama sesaat setelah dia menghentikan sepeda motor tepat di depan pagar rumahku. Rumah tampak sepi.

"Bibi.."

Tak ada jawaban dari dalam. Tama mengikuti langkah cepatku.

"HAPPY BIRTHDAY AYMA...."

Jantungku berdebar kencang melihat begitu banyak orang di dalam rumah. Ada Maya, Raya, Shania, Aira, Mela, Bela, Isa bahkan Yoga dan Amar datang. Lagu 'Selamat Ulangtahun' terdengat riuh di nyanyikan semua orang yang hadir. Aku sangat terharu.

Seseorang mendekatiku membawa kue ulangtahun berwarna merah muda lengkap dengan lilin yang menyala.

Setelah semuanya selesai menyanyi, aku meniup pelan lilin tersebut.

Pandangan Alva beralih pada sosok di belakangku yang entah sedang apa. Alva menatapku kembali. Pandangannya penuh tanda tanya.

"Selamat ulangtahun."

Alva memberikan kue tersebut padaku lalu beranjak pergi keluar dengan cepat.

Dengan sigap aku menyusulnya. Aku tau jika Alva sangat marah padaku.

"Alva tunggu." Kataku.

Alva menuruti, dia menghentikan langkahnya dan menoleh padaku.

"Maaf aku nggak maksud apa-apa." kataku.

Alva hanya menatapku tajam, tak memberikan reaksi apapun.

"Dia cuma mau ngasih kado. Udah itu aja." Lanjutku.

"Sekarang aku tau, apa yang buat kamu nggak nyaman. Sekarang aku tau beban apa yang ngikutin kamu." katanya.

Linangan air mata mulai mengalir deras di pipi kanan dan kiriku. Aku tak sanggup lagi menahannya.

"Aku sekarang yakin kalo cuma aku yang sayang, cuma aku yang nulis cerita indah tentang kita." lanjutnya.

"Jangan bilang seolah aku nggak sayang, Va." Kataku pelan.

Urat di wajahnya terlihat begitu jelas. Wajahnya memerah, matanya pun juga.Aku tau jika Alva sedang berusaha menahan air matanya. Kacamatanya di lepas lalu ditaruhnya disaku. Dia mengusap wajahnya yang mulai di penuhi keringat dingin.

"Isa selalu cerita betapa kamu sayang sama laki-laki itu. Dan setiap kali aku denger cerita itu, semakin aku tau kalo selama ini kamu cuma make aku buat nutupin bayangan Tama di hidup kamu."

Aku tak lagi mempunyai kalimat untuk menjawab pernyataan Alva. Dia terlihat begitu marah. Alva berusaha mengeluarkan motornya yang berada di bagian depan barisan parkir dan sesegera mungkin meninggalkan aku yang masih menangis di sana. 

Semua orang menatap ku kasihan ketika aku melangkah masuk kedalam rumah. Tama sedang duduk bersama dengan Yoga dan Amar di sudut ruangan, dia juga berusaha mendekatiku sama seperti yang lain. Hanya saja aku perlu bertemu dengan Isa.

"Kok nangis gini sih." Kata Isa saat aku sampai di depannya.

"Keluar kamu dari sini!" Bentakku.

Semua yang ada di sana tampak tersentak dengan tingginya nada bicaraku.

"Kenapa, Ayma?" Tanya Isa yang kaget dengan ucapanku.

"Kamu nggak seharusnya cerita apapun ke Alva." Jawabku.

Aku mendengar suara yang seolah menenangkan aku, tapi itu tak sedikit pun membuatku tenang. Entah kenapa aku begitu marah karena Isa menceritakan hal yang tidak seharusnya dia ceritakan ke Alva.

"Nggak usah minta maaf." Kataku saat melihat Isa ingin mengatakan sesuatu. Wajahnya menampakkan penyesalan yang sudah terlanjur bulat menjadi kecewa.

"Kamu emang punya wewenang jaga rahasia aku, tapi kamu juga harus tau kamu punya kewajiban untuk menutupnya dan nggak bagiin ke siapapun, termasuk ke pacar aku! Keluar kamu dari sini."

Dengan wajah yang begitu panik Isa melangkah keluar dari rumahku. Semua orang masih tetap berada pada posisinya, menatapku seolah aku manusia paling buruk di dunia ini. Tak berpikir apapun aku berlari menuju kamar.

***

Malam ini begitu cerah, bulan bersinar dengan indahnya di atas langit, ditemani oleh bintang-bintang yang berjajar rapi di sekitarnya. Lampu milik tetangga juga mempercantik malam ini. Entah sudah berapa lama aku duduk di balkon kamar ini sambil menatap kerlap-kelip malam ini. Seandainya saja ulang tahun ini berjalan dengan baik, semuanya akan terasa begitu indah. Sayangnya tidak.

Angin malam dan air mata menemaniku malam ini. Aku tak bisa menghentikan air mataku setelah berhasil membuat kekasih dan sahabat ku pergi dari rumah ini dengan cara yang tidak baik.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana keadaan teman-teman yang aku tinggalkan dibawah tanpa ucapan terima kasih karena sudah repot menyiapkan kejutan untuk ulangtahun ku.

Aku juga tak bisa membayangkan betapa malunya mama dan papa melihat kelakuan anaknya. Hanya air mata yang bisa menjelaskan betapa sedihnya aku saat ini.

"Happy birthday to you... happy birthday to you.. happy birthday happy birthday... happy birthday Ayma..." 

Mama menyanyi dengan nada pelan sambil membawa kue ulangtahun yang tadi aku telantarkan untuk mengejar Alva yang keluar dari rumah. 

Mama duduk di kursi yang ada di sebelahku, sambil menutupi lilin yang mulai berayun terkena angin malam.

"Ayo di tiup dulu lilinnya." Kata Mama.

Ku turuti kemauan mama. Dengan hati yang hancur aku meniup lilin yang sudah tinggal setengah batang itu. Air mata terus mengalir dengan derasnya di pipi.

"Maaf ma.." Kataku pelan.

"Tante Wanda sudah ngurus teman-teman kamu tadi. Papa juga udah minta maaf kok ke mereka dan temen-temen kamu bisa mengerti semuanya." Jelas Mama.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan semua temanku melihatku tadi. Mereka pasti kecewa.

"Semuanya udah pada pulang. Tama juga udah pulang." Lanjutnya. "Mama tadi nemuin ini, kayaknya dari Ava buat kamu." 

Sebuah kotak berwarna hitam dengan pita berwarna putih di berikan kepadaku. Aku membukanya perlahan. Sebuah pigora berisi foto ku berdua dengan Alva. Kami sedang duduk disebuah tempat mirip podium. Aku tak mengingat jelas dimana kami berada. Di foto ini aku atau pun Alva tidak sadar akan kamera, kami seperti mengobrolkan sesuatu.

Ku tarik surat yang di lipat rapih di bawah pigora ini.

Dear Ayma Putri..

Selamat ulangtahun sayang, semoga semua yang kamu mau bisa tercapai. Semua tambah sayang sama aku dan semua sahabat kamu.

Kamu pasti lupa kapan foto itu di ambil. Foto itu pertama kali kita pergi, kamu nemenin aku main basket sama temen-temen. Itu di fotoin Socha. Aku yang nyuruh dia ngefotoin kita dari lapangan tanpa kamu tau.

Makasih ya udah nemenin aku dua tahun ini, aku sayang banget sama kamu. Kamu juga pasti sayang kan sama aku. 

Kamu satu-satunya cewek yang bisa buat aku bener-bener ngerasain gimana jatuh cinta sama orang dengan sederhana. Jangan tinggalin aku ya.

Selamat ulangtahun Sayang.

Alva Hasyim Alkatiri....

Aku  semakin merasa menjadi wanita paling jahat sudah membuat seorang lelaki yang begitu baik dan sayang padaku sakit hati seperti ini. Aku tega mengecewakannya.

"Ayma coba kamu lihat bulan itu." Kata Mama.

"Bulan itu nggak bakal pernah bisa milih satu diantara sekian banyak bintang yang ada di sekelilingnya." Katanya lagi.

Aku menatap mama yang masih asik menatap langit.

"Kamu tau kenapa? Karena sebenarnya dia sudah memilih satu bintang yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Bintang tersebut berhasil membuat bulan selalu bersinar dan terlihat kuat, walau sebenarnya dia nggak bisa bersinar dengan kekuatannya sendiri. Bintang itu matahari." Lanjut Mama.

Aku mencoba menelaah semua kalimat mama yang terdengar seperti pengandaian. Mama tersenyum kearahku. Menyentuh lembut kepalaku.

"Maksud mama apa?" Tanyaku.

"Layaknya bulan, karena kamu nggak bakal pernah bisa maksain buat sayang sama orang lain kalo hati kamu masih penuh. Mungkin badan kamu bisa, tapi hati kamu nggak bakal pernah bisa." Jawab Mama.

Kesimpulannya adalah, jatuh cinta sendirian itu sakit. Maaf kan aku....

Continue Reading

You'll Also Like

1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.4K 168 44
Lelaki bernama Yogi dgn sekuat-kuatnya mempertahankan keluarganya, dengan mengambil jalan terkelam, menjadi lelaki yg menjual pernikahan palsu untuk...
3.7M 40.1K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
402K 13.6K 23
(Sebagian cerita di private, follow untuk membaca cerita ini secara lengkap) [END] Sara Gabrielle Westley (Sara) meninggalkan New York beberapa tahun...