Setelah Aku Tau |✔

By ksjmysunflower

59.3K 2.8K 92

Seri 2 'Seharusnya Aku Tau' Disaat aku tak tau harus melangkah maju atau mundur. Disaat semua terus terasa a... More

PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
KEENAM
KETUJUH
KEDELAPAN
KESEMBILAN
KESEPULUH
KESEBELAS
KEDUABELAS
KETIGA BELAS
KEEMPATBELAS
KELIMABELAS
KEENAMBELAS
KETUJUHBELAS
KEDELAPAN BELAS
KESEMBILAN BELAS
KEDUA PULUH
KEDUA PULUH DUA
KEDUA PULUH TIGA
KEDUA PULUH EMPAT
KEDUA PULUH LIMA
KEDUA PULUH ENAM
KEDUA PULUH TUJUH
KEDUA PULUH DELAPAN
KEDUA PULUH SEMBILAN
KETIGA PULUH
KETIGA PULUH SATU
KETIGA PULUH DUA
KETIGA PULUH TIGA
KETIGA PULUH EMPAT
KETIGA PULUH LIMA
KETIGA PULUH ENAM
KETIGA PULUH TUJUH
KETIGA PULUH DELAPAN
KETIGA PULUH SEMBILAN
KEEMPAT PULUH
KEEMPAT PULUH SATU
KEEMPAT PULUH DUA
KEEMPAT PULUH TIGA
KEEMPAT PULUH EMPAT
KEEMPAT PULUH LIMA
TERIMA KASIH

KEDUA PULUH SATU

939 57 1
By ksjmysunflower

Ku tatap bayangan diriku sendiri di cermin, wajahku kini sudah penuh riasan tipis hasil karya ku sendiri. Hari ini Maya sedang berulang tahun, dan dia sengaja mengadakan pesta ulang tahun di sebuah kafe tengah kota. Tadinya aku ingin mengajak Alva, hanya saja Alva tidak bisa ikut karena terlanjur memiliki janji dengan keluarganya. Lelaki ku itu memang begitu cinta dengan keluarganya.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunanku. Tertera nama Alva disana, refleks bibirku mengembang manis.

"Halo, Va." sapaku.

"Udah siap berangkat ya?" katanya.

"Udah kok, tinggal nunggu Isa jemput aja."

Terdengar kekehan dari seberang sana. Beberapa waktu yang lalu aku memperkenalkan Alva pada Isa. Sekarang ini aku dan Isa seperti satu paket, siapa saja yang aku kenal, Isa juga akan mengenalnya. Begitu pun sebaliknya.

"Aku juga udah mau jalan sama Mama. Bilangin Isa jangan ngebut nyetirnya."  katanya.

"Iya sayang, kamu dari semalem ngomong gitu terus." Jawabku.

Baru kali ini aku memiliki seseorang yang selalu mengkhawatirkan aku, selalu memastikan jika diriku pergi dan pulang dengan selamat, memastikan jika aku makan tepat waktu, dan hal-hal kecil lainnya.

"Aym, astaga ini anak di panggilin nggak nyaut daritadi." suara nyaring mengejutkan aku yang sedang asik berbicara dengan Alva.

"Kok udah dateng sih, masih jam berapa ini." Omelku.

"Nggak sadar apa kalo rumah situ jauhnya udah kayak perjalanan Indonesia ke Makkah."

Alva cekikikan di balik telpon, mendengarkan aku dan Isa.

"Itu si Alva?" Tanya Isa.

Aku mengangguk, ku tekan tanda speaker agar Isa juga bisa mendengar Alva.

"Jadi pergi, Va?" Tanya Isa.

"Iya, jagain pacar aku. Pulang pergi kudu selamet dia."

"Tenang." jawab Isa.

Aku menutup telpon setelah Alva mengatakan jika dirinya akan segera berangkat makan malam bersama orang tuanya. Tak lama setelahnya Isa mengajakku berangkat menuju kafe yang sudah di tunjukkan Maya kepada kami sebelumnya.

***

Kafe sudah ramai saat aku berjalan masuk, ku lirik Isa yang menepuk pundakku sebelum kami benar-benar masuk kedalam kafe. Setelah sekian lama baru lah kali ini aku kembali bertemu dengan semua teman semasa SMA ku. Masa dimana semua hal indah dan buruk aku alami bersamaan. Aku melihat Aze, Ari, Zacha dan Putra sedang mengobrol di sudut kafe dengan masing-masing membawa segelas minuman berwarna merah gelap. Ada juga Amar dan Yoga yang sedang asik mengobrol dengan Mawar dan kekasihnya. Aku tersenyum lebar melihat teman-temanku berkumpul disini, pasti banyak cerita yang akan aku dengar nantinya. 

"Aymaaaa...." sebuah teriakan nyaring yang berhasil membuat langkahku dan Isa terhenti di tengah kafe yang sedang ramai ini. 

Aira memelukku sangat erat, wangi parfum lamanya tercium dengan jelas olehku. Wanita ini tetap seperti dulu. Hanya sedikit yang berubah. Penampilannya sedikit feminim dari biasanya.

"Aku kira kamu nggak bakal dateng." Katanya.

Aku tersenyum kepadanya, "dateng dong nih sama Isa." Jawabku.

Aira menatapku penasaran, "loh pacarnya nggak diajak?" Tanya Aira lagi.

Dengan cepat aku menoleh ke Isa. Seingatku, aku belum mengatakan kepada siapun tentang hubunganku dengan Alva, dan hanya dengan Isa dan teman kuliahku saja yang tau. Satu-satunya orang yang berani menyebarkan hal ini pasti lah Isa.

"Kabar baik kan harus di umumin ke semua orang, Aym." Kata Isa, dengan cepat Isa melangkah menjauh dariku. Melihat wajahku yang semakin kesal karena ternyata dia sudah memberitahukan kepada banyak orang tentang ini.

"Ayo kesana, anak-anak udah nungguin kamu." Tanpa meminta ijin terlebih dahulu, Aira langsung menarikku kesatu sudut ruangan kafe yang lain.

Dari jauh aku bisa melihat sosok Maya dengan dress biru tua dan sepatu putih tinggi yang membuatnya terlihat sangat cantik. Di sekitarnya terlihat Shania dan Mela yang sedang asik tertawa membicarakan sesuatu dan sedang duduk Raya dan Bela yang menikmati kue.

"Hai, lihat siapa yang dateng." Seru Aira.

Semua menghentikan aktifitas masing-masing lalu menatapku dalam. Tubuhku sedikit bergetar menatap lima pasang mata menatap mataku secara bersamaan, aku merasa terintimidasi. Raya bangkit dan tempatnya duduk untuk mendekatiku. Ku tatap dalam dirinya, wajahnya tak menggambarkan apa-apa, aku tak bisa membaca raut wajah Raya, sangat datar.

"Everything it's okay, Ayma?" Tanyanya.

Pecah tangisanku mendengar pertanyaannya, ku peluk Raya seerat yang aku bisa. Tak peduli riasan wajahku akan seperti apa jika aku menangis sekarang, aku hanya bisa menangis dan menyesali semuanya. Ku rasakan beberapa sentuhan di punggung yang aku yakini berasal dari sahabatku yang lain, mencoba menenangkan aku sebisa mereka.

"Udah kenapa kok malah nangis sih, jangan dong. Masak udah cantik gini nangis." Kata Raya. Dia menghapus air mataku dengan selembar tisu kering, memberi segelas air agar aku bisa sepenuhnya tenang. 

"Karena Aym udah dateng, gimana kalo acaranya kita mulai aja. Yuk ketengah semuanya." Kata Maya

Kami mengikuti langkah mungil Maya menuju ke tengah ruangan, mendekati kue ulang tahun besar berwarna coklat. Zacha terlihat begitu gagah dengan setelan kemeja berwarna hitam dengan sedikit corak di bagian dadanya, di barengi dengan celana berwarna coklat terang yang menambah ketampanannya. Zacha terlihat sama bahagianya seperti Maya, mereka terus berdiri bersebelahan selama nyanyian 'Selamat Ulangtahun' di nyanyikan oleh semua tamu undangan yang ada di kafe ini. Maya mengundang hampir semua temannya untuk datang ke acara ini, beberapa teman SMP nya juga ikut hadir, dan beberapa aku mengenalnya. Aku memandangi satu persatu teman Maya yang berdiri memutarinya dan Zacha. Sampai ketika aku bertatap mata dengan sepasang mata yang memandangku tajam, mata yang tak asing bagi mataku. Tidak begitu jelas karena wajahnya tertutup oleh beberapa kepala orang yang berdiri di depannya. Kami terus saling menatap, selama aku menamatkan siapa dia.

Aku berhenti bertepuk tangan ketika sadar siapa laki-laki itu. Rupanya Maya benar-benar mengundang semua temannya, termasuk Tama. Ya, benar itu Tama. Dia menyunggingkan sebelah bibirnya padaku, seperti tersenyum tapi aku tidak yakin jika itu senyuman. Aku tamatkan badannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia sudah sembuh. Terakhir kali aku bertemu dengannya adalah saat di rumah sakit, dan dia belum sadar diri.

Setelah acara potong kue, Maya mempersilahkan tamu undangannya untuk mencicipi masakan yang sudah dia pesan sebelumnya. Aku memilih untuk bergabung dengan Isa yang sedang asik mengobrol dengan Mawar.

"Aym gimana kabarnya?" tanya Mawar.

"Uhh, Aym sekarang udah bahagia. Pacarnya ganteng, salah satu mahasiswa berpengaruh lagi di kampusnya." Jawab Isa. Aku memukul tangannya yang asal sekali menjawabnya. Tiba-tiba saja aku teringat sosok Alva.

"Aku kira masih sama...."

"Marr....." Mawar memotong ucapan Marry yang sebenarnya aku mengerti apa yang ingin dia katakan. Aku hanya tersenyum melihat gelagak teman-temanku yang sepertinya masih terbawa dengan hubungan rumitku yang lalu.

"Nggak papa." Jawabku.

"Kalimat favorit Ayma Putri dari dulu. Nggak papa." Kata Mawar.

Disela tawa teman-temanku ini aku kembali bertatap muka dengan Tama yang sedang berdiri di pojok ruangan bersama dengan Aze dan Putra. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi sesekali Tama melirik ke arahku. Aku dengar dari Isa jika dia di undang oleh Zacha, karena memang dari dulu mereka sahabat dekat dan pastinya Zacha akan mengundang serta Tama ke acara ini. Aku bersikap secuek yang aku bisa, tak kembali menatap dia. Aku berusaha sekuat tenaga.

***

"Makasih ya, Sa." Kataku.

"Iya sama-sama. Langsung tidur, nggak usah galau galau mikirin yang nggak penting." Kata Isa sambil menyalakan kembali mesin motornya.

Kompleks perumahanku sudah sangat sepi mengingat jam sudah sangat larut. Sebenarnya aku tidak ingin merepotkan Isa, hanya saja Isa ingin bertanggung jawab karena aku tadinya berangkat bersama dengan dia. Disamping itu Isa juga sudah berjanji pada Alva untuk mengantarku kembali ke rumah dengan selamat.

"Nanti kalau udah sampe rumah kabari ya." Kataku.

Isa menarik gas motornya perlahan. Aku menatap punggung Isa yang semakin lama semakin menjauh dan hilang di pertigaan jalan. Aku masuk kedalam rumah yang sudah gelap, Bibi dan mama sudah tidur rupanya. Aku bergerak sepelan mungkin agar tidak membangunkan mereka.

Setelah selesai membersihkan badan dan berganti pakaian, aku merebahkan diri di kasur bermaksud untuk tidur. Suara ponsel tanda ada pemberitahuan masuk berbunyi, memaksaku untuk memeriksa kembali siapa yang mengirimkan pesan selarut ini. Aku pikir pasti Alva.

Dari : Tama

Minggu depan kamu kosong?

Jantungku serasa berhenti berdetak membaca pesan singkat yang dikirimkan Tama beberapa menit yang lalu. Setelah sekian lama aku tak berhubungan dengannya, sekarang dia kembali lagi. Tidak mungkin.

Ku lempar ponsel ke sembarang tempat, ku matikan lampu kamar, menarik selimut setinggi badanku, lalu ku paksa diriku untuk segera tertidur. 


Ombak itu datang lagi, di laut yang aku kira sudah benar-benar tenang...

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
2.5M 30.9K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
232K 14.8K 19
Riana menganggap kalau pernikahannya sempurna, suami yang baik, anak-anak yang lucu dan penurut, kehidupan yang tenang dan mapan. Apa lagi yang dia c...
4.1M 30.7K 34
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!