Author POV
Namira melihatnya. Ya, sangat benar-benar melihatnya. Karena saat itu juga, ia berhasil membulatkan matanya lebar seolah akan keluar dari tempatnya.
"L-lo ngapain disini?!" Tanya Namira berseru saat sosok itu tepat berada didepannya.
"Emm, ga ada. Cuma lagi males pulang aja, jadinya ya gue masih di sekolah sampe sore begini," jawabnya dengan cengirannya yang khas.
"Ish! Lo ngagetin gue, Edoo!!" Seru Namira yang masih terus mengatur napasnya yang tersenggal-senggal karena masih terkejut. Dan dengan tenaga yang masih dimilikinya, ia memukul dada yang bisa dibilang tak terlalu bidang milik sosok yang mengagetkannya tadi secara berulang-ulang.
"Udah-udah! Pingsan lo nanti mukul-mukul gue terus! Udah yuk balik! Gue anter sekalian," ajaknya disertai seulas senyum lalu membenarkan letak kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya.
Fyi, Edo Syahputra, adalah sahabat dekatnya Arka. Dan fyi lagi, diam-diam ia menyukai seorang gadis cantik yang pernah menjadi kekasih pura-pura dari sahabatnya. Yang tak lain dan tak bukan adalah, Namira.
Pastinya ia akan mengambil kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya. Dulu, ia tertarik dengan Namira, karena Arka terus menerus bercerita tentang gadisnya pada Edo. Dan dari situ lah, ia mulai menyadari kalau ia memiliki rasa pada seorang gadis cantik yang ada dihadapannya saat ini.
Saat Namira terlepas dari Arka setahun lalu, ia merasa akan bisa memiliki Namira seutuhnya. Namun sayangnya, saat itu ia tak memiliki keberanian yang cukup untuk menyatakan perasaannya pada Namira. Dan sangat di sayangkan, teman sekelasnya, Alif, ternyata memiliki rasa yang sama juga dengannya pada Namira. Namun ia tak gentar. Ia terus memperjuangkan perasaannya pada Namira walau banyak badai yang datang menerjangnya.
Namun titik utama perjuangannya runtuh seketika, saat seorang anak baru yang dikenal bernama Raffa, datang menemui Namira dan akhirnya dekat bahkan sangat dekat dengan Namira. Ia menyerah begitu saja saat melihat Namira dan Raffa yang seolah tak dapat dipisahkan dengan cara apapun.
Namun saat ini, rasanya ia ingin berteriak sekuat-kuatnya dan mengatakan pada dunia bahwa ia akan segera memiliki Namira. Se-u-tuh-nya!
Karena, ia berhasil menyingkirkan Raffa dan Alif dari sisi Namira yang biasanya tak dapat dipisahkan oleh apapun.
Raffa yang kembali lagi ke asalnya.
Dan Alif yang sepertinya jatuh cinta dengan sahabat dekat Namira.
**
Apa yang ada dibenak kalian saat ini? Apakah kalian bertanya-tanya apa hubungannya Edo dengan kisah ini? Atau mungkinkah Edo yang menyebabkan jiwa Namira sebegitu terguncang sebulan yang lewat?
*****
God damn!
Raffa memaki dalam hati. Ia tak kunjung berhasil mengerjakan tugas yang diberikan oleh Mr. Charles siang tadi.
Di sekitarnya, sudah banyak gulungan kertas berserakan dengan jumlah yang tak biasa. Sudah sekitar lima puluh kali ia mengulang membuat surat untuk Namira. Ya, seseorang yang sangat ingin dijumpainya adalah Namira. Namira Anastasya Wijaya. Sepupu tersayangnya yang ingin dijadikannya kekasih sehidup semati, namun tak kunjung dapat ia wujudkan.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu yang cukup keras menyadarkannya dari lamunan yang mingkin akan melebar jika tidak dihentikan saat ini juga.
"Raffa, wake up! This time for dinner!" Seru seorang wanita paruh baya dari luar kamar Raffa.
"Huh..., yes Grandmaa," jawab Raffa malas lalu bangkit dari meja belajar yang ditumpanginya tadi menuju pintu kamarnya yang tertutup rapat.
Ceklek!
Pintu terbuka. Tampaklah seorang wanita paruh baya yang memanggilnya untuk makan malam tadi. Senyum yang tadinya sangat lebar hingga ke mata, hilang seketika saat melihat wajah masam dan tatapan malas juga lelah dari seorang pemuda tampan yang sekarang ada di hadapannya.
"Are you okay?" Tanya Grandma khawatir, Lalu mengelus lengan atas Raffa yang tertutup kaos tangan panjang berwarna abu-abu polos.
"Hm. I'm okay," jawab Raffa malas lalu berlalu melewati sang Grandma yang masih mematung didepan pintu kamarnya.
Tak mau memikirkan hal-hal yang buruk soal cucunya, Grandma ikut menyusul Raffa ke ruang makan yang sudah ditempati oleh anak semata wayangnya juga menantu yang tersenyum ramah, serta cucu perempuannya yang tengah terduduk lesu di tempat.
Dengan segera, ia menghampiri Chika yang masih terus merenung.
"Chika, tell me, what happen to you?" Tanya Grandma dengan khawatir.
Namun jawaban yang di dapatkannya, hanyalah segores luka yang menyayat hati.
"Basi!" Jawab Chika dengan cepat lalu pergi berlalu meninggalkan ruang makan dengan kegaduhan yang cukup ribut. Mendentingkan sendok dan garpu bersamaan di atas piring, mendorong kursi makan dengan keras sehingga terdengar bunyi decitan yang cukup keras, serta hentakan kaki yang sangat-sangat kuat dan bertenaga. Dengan langkah pasti, ia menginjakkan kakinya keras-keras di tangga kayu rumah ini agar semua orang mengerti akan keadaannya saat ini.
Abraham--Ayah Raffa-- yang sedari tadi duduk tenang di meja makan mengerutkan kening dalam.
Sama halnya dengan Velisa--Ibu Raffa-- dan Grandma ikut ambil alih dalam memgerutkan kening.
Raffa yang baru sampai di meja makan dan masih dengan posisi menarik kursi makan, mencengkram kuat sandaran kusrsi makan tersebut.
Sial! Kepindahan ku kesini hanya membuat semuanya tambah rumit tertanya! Keluarga ku tak sehangat dulu, tak seceria dulu, dan tak seramah dulu!
God... please don't playing with my destiny..
*******
Flashback on.
Hey! Little monster!"
"What do you talking about?! I'm not a monster!!"
"Okay-okay slow down.. slow down.."
"Hmmph! I hate you!"
Gadis kecil berambut hitam bergelombang tadi meninggalkan seorang pemuda kecil tampan yang tengah terkekeh geli di tempatnya.
Ia berlari terus berlari hingga sebuah tangan menahan tangannya yang tengah berayun agar berhenti.
Gadis kecil itu berbalik lalu mendapatkan seulas senyum manis dari pemuda kecil tampan tersebut yang mampu membuatnya mengerucutkan bibirnya lebih panjang.
"I have one thing for you, before.. I go,"
Pemuda kecil tampan itu menarik telapak tangan gadis manis yang sangat mungil itu lalu menutupnya rapat-rapat dengan jari-jemarinya.
Gadis kecil tersebut bingung harus apa kali ini. Dan baru kali ini juga ia mendengar sebuah kata yang tak ada didalam kosakata hidup seorang pemuda kecil di hadapannya ini.
"I have to go.. my grandma would be angry if I came too late,"
Setelah mengucapkan kalimat yang cukup panjang, pemuda kecil itu mengacak rambut bergelombang milik gadis yang ada di hadapannya. Dengan harapan, ini bukanlah usapan terahirnya pada rambut gadis manisnya.
"Raffa! Where are you now?!"
Teriakan sebuah suara mengagetkannya dan segera pergi dari hadapan gadis kecilnya.
"I have to go. Bye Namira, See you again.."
Ucapnya disertai seulas senyum yang menyakitkan lalu ia benar-benar menghilang dari pandangan gadis berambut hitam bergelombang tersebut.
Gadis kecil berambut hitam legam yang bergelombang itu mengikuti kemana pemuda kecil tadi pergi.
Namun sangat disayangkan, sebuah kejadian na'as menimpanya begitu saja.
Tanpa ada yang perduli. Maupun itu
orang lain, Ataupun Pemuda kecil itu sendiri.
Flashback off.
~°~
Hihi!
I'm late!
Sorry gaes
Tugas aku segunung banyaknya :v
Staytune disini ya gaes, walaupun gak bisa tiap hari apdet :'((
Di Just Love Me, Don't Leave Me!!
Wayoo, pada penasaran gak, Edo tuh sapa? Di part belakang nanti ada kok, slow ajah
Ada yang kangen gak sama aku#plakk
Maksudnya, ada yang kangen gak sama Namira dan Raffa atau Alif ataupun Thia??? Atau malah Jo?! Wah kalo ada yang kangen sama Jo, udah lompat sambil lari tujuh keliling dia tuh! Haha
See you on next part!