That time when we're together...

By Hayioctober

19.2K 1.4K 73

Contoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdenga... More

1. It just happens...
2. How long are you gonna be broken heart?
3. Life doesn't get better easily
4. Bad day
5. Dating your classmate should have some sort of warning.
6. Sometimes, shit just follows you everywhere
7. bad luck
8. He cares?
9. when you want to throw yourself under a moving bus
10. Crazy plan by crazy people
11. That level of beauty you have
12. Another world war
13. Please heart
14. Stupid people makes stupid plan
15. Another stupid people
16. Good job!
18. There goes another dignity
19. you serious?
20 a stranger comes
21. stumbled
22. Such a cute teddy bear
23. There goes self esteem
24. When your habit kicking in.
25 Can death just come?
26. Sweet Cheese Cake
27. It will be fine
28. Fine doesn't come that fast
29. Meeting the cat
30. The sister
31. Double date
32. French Fries
33 Party prep
34. A little flirting
35. Gossip time
36. Balada Indomie
37. A yoga story
38. Rainy
39. Crashing a Party Like ....
40. That level of silliness
41. A basket of fruit and a bouquet of flowers
42. The packages
43. The proposal
44. Hand in hand
45. Ignored
46. I am special, you know.
47. Healing time
48. Is it a battlefield?
49. Being a refugee
50. A kiss
51. The 'perhaps' option
52. It's over. The end
53. A new friend
54. Another bazaar story
55. A Flirting game
56. Some cats are fighting
57. sometimes, you just have zero expectation
58. It is over
59. Dejavu
60. It is not funny.
61. Tisyu talk
62. Why should I?
63. When you can freely talk with your ex, congrats.
64. Late night drama
65. Lets do the talk. Under the stars. Talk about times.
66. That time when we're together and that time that will be spent together.

17 when you dig your own grave

279 21 6
By Hayioctober


Mungkin saking menikmati hari ini, aku jadi lupa untuk marah hingga mengobrol asik bersama Farhan sepanjang jalan keluar gedung. Kuliah selesai! Hari senin yang panjang akhirnya selesai. Ayam bakar, sate kambing! Aku sudah tak sabar.

"hallo Meme."

"miko."

"PIKO! PE I KA OOOO!!" jeritnya kencang tepat didepanku.

Ya, aku lupa alasanku menghantamkan buku ke muka Farhan tadi. Jadi mesti terjebak bertemu dengan Miko dan Garra. Mereka menjemput Farhan kurasa. Jelas tak ada hubungannya denganku jadi aku tak repot membenarkan nama Riko dan hanya langsung menuju motorku yang tepat disebelah mobil Garra di parkir.

Tentu saja, Farhan tak melepasku dengan mudah. Dia duduk di motorku dan menyapa Garra yang ada dibalik kemudi.

"dapet salem dari Mecca." Telunjuknya menunjukku yang sedang memberinya plototan sinar laser. "dia bilang, dia naksir kamu." Rocosnya. Bisa kulihat wajah Garra berubah saat mendengarnya.

Aku menarik nafas panjang. Menghitung dalam kepalaku. Berusaha tak berubah menjadi hulk disini, saat ini juga. Terlalu banyak saksi dan aku masih kuliah beberapa semester. Aku tak ingin di kontrak marvel. Jadi, aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

"kamu benaran lucu ya." Aku menepuk-nepuk bahu Farhan sebelum mendorongnya dari motorku dan bersiap pergi.

"loh, kamu gak ikutan?" ikutan apa? Main futsal? "nonton. Putri udah disana. Dia bilang, anak kosan juga pada nonton, terus dia bilang, kunci rumah dibawa jadi kalau pulang, kamu juga gak bisa masuk."

Aku meniup anak rambut yang hinggap di mataku dan menyingkirkan tangan Farhan yang bertahan di kepala motorku.

"Meme!" tahannya. Aku melotot. Dan, dia mencopot kunci motorku. "Putri bakalan siram aku pakai lava kalau kamu gak datang." Dia memasang wajah memohon. Tanganku merebut kunci tapi dia mengangkat lebih tinggi. Aku naik ke pijakan motor mioku dan dia menjauh.

Tarik nafas Meme.

"Farhan. Aku peringatin." Dia tertawa. mundur sampai berhenti di sebelah Jedi yang muncul dengan berbagai perlengkapan main futsal. Mungkin. Ah, karena itu mereka di jemput. Tanpa diminta, Farhan dengan cepat menceritakan kenapa dia sampai punya kunci motorku.

Aku menghitung mundur dan cowok itu tetap bertahan. Berjoget monyet sambil memainkan kunciku. Satu-satunya yang menganggap ini lucu Cuma teko. Eh, Miko. Apa Piso?

Turun, aku berbalik mendapati Garra yang sudah turun dari mobilnya. Aku memandangnya sebentar dan Jedi yang berada tak jauh. Anak kosanku benar-benar berniat. Kenapa mereka lebih berniat dari pada aku sendiri? Yang diputusi aku. Jelas-jelas aku tapi kenapa mereka repot melakukan ini?

Tunggu. Ini membuatku teringat sesuatu. Tapi aku benar-benar tak suka kenapa Garra tak membalas satupun bbm panjangku semalam? Dia mengabaikanku! Demi tuhan. Berani-beraninya. Begitu banyak yang mengantri untuk bbman denganku dan disana dia, mengabaikan semuanya sampai aku merasa perlu mematikan sinyal. Memberi dia kesempatan untuk membalas bbmku dengan sopan tanpa perlu aku tahu kapan. Tapi, sepanjang malam hingga kuaktifkan lagi saat subuh, dia tak membalas satupun! Satupun!

Bianca sampai mengira aku kesurupan karena berteriak di pagi buta.

"balikin kunci motor aku. Sekarang." ucapku pelan. Farhan menggeleng. Bisa kudengar Pino tertawa makin membahana dibelakangku. Tawanya hilang saat melihatku melepas wedges yang kupakai. Bukan Cuma satu, tapi keduanya. Aku menepuk telapaknya sambil menghitung. Aku tak pintar olahraga apapun tapi aku, pintar melempar. Mungkin karena begitu banyak waktu untuk mengasah kemampuan melempar makanya lemparanku jarang meleset.

"Meme." Jedi sudah berdiri disampingku. Aku menengok. Dia menurunkan tanganku dan memanggil Farhan. Dia bilang, dia yakin lemparanku tak akan meleset dan sepatu itu benaran sakit. Dia, belajar dari pengalaman.

Meski kecewa, Farhan perlahan maju dan menitipkan kunci pada Jedi karena tak berani mendekat. Takut aku benar-benar melempar.

"tuh." Dia menyalakan motorku dan mempersilahkanku naik. Saat aku berdiri didekatnya, dia berkata. "benaran pulang? Gak mau nonton Garra?" dengan nada bercanda.

Beberapa saat, aku tertegun. Menengok padanya tanpa bisa berkata apapun. Cowok ini bercanda kan? Karena ini sama sekali tidak lucu. Dia pasti bisa melihat dengan sangat jelas kedalam rencana konyol anak kosanku dan tujuan bodoh apa yang berusaha kami capai. Lihat, dia begitu percaya diri sekarang.

Aku yang berusaha membuatnya cemburu dengan cara mendekati temannya?

Mematikan motor. Turun dan melintasinya, berhenti tepat disamping mobil. Disamping Garra yang baru akan menyalakan mobil. Menengok, aku tersenyum manis.

"boleh pinjem hape?" dia memberikanku hapenya tanpa bertanya. Terkunci tapi aku ingat apa polanya. Karena dia membukanya malam itu tepat didepan mukaku. Aku mengetik beberapa saat sebelum akhirnya mengambil fotoku sendiri. Mengembalikan hape itu pada yang punya sambil mengeluarkan hape ku. Menelpon balik nomor yang baru saja missed call. Garra jelas kaget saat melihat mukaku muncul lebar dilayar hapenya sebagai panggilan masuk. "itu nomor aku. Jangan dihapus."

Setelah itu aku mendorong Jedi yang masih berdiri didekat motorku. Menyalakan motor dan langsung tancap gas.

MEMALUKAN!!!

Harus berapa lama aku hidup dalam kehinaan ini? lihat bagaimana mereka menghancurkan harga diriku? Berani-beraninya! Mereka tega sekali. Bagaimana mungkin mereka mengaku teman dan melakukan ini padaku?

"satu porsi lagi mbak?" pelayan itu bertanya sekali lagi saat aku meminta ayam bakar porsi ke dua. Apa aku terdengar baru saja meminta hatinya? Aku Cuma meminta satu porsi lagi. Aku punya uang. Aku akan menghabiskan semua uangku untuk ayam bakar karena aku tak bisa menghabiskannya untuk membeli hati. aaargh!!

"jusnya juga satu lagi. Pokat ya." Nyawaku terlalu labil untuk bicara. Anak ini terlalu malang untuk mendengar makianku. Aku mengusirnya pelan dengan tangan sambil berbisik. "aku lagi labil. Gak usah banyak tanya."

Warung ayam bakar ini cukup jauh dari kosan. Aku bahkan keluar dari daerah jajahanku biasanya demi tak bertemu siapapun yang mungkin akan sok menyapa. Meski aku tetap gagal saat sekelompok pegawai swasta yang duduk diseberangku mulai sok menyapa.

Atau mungkin karena aku makan sambil memakai kacamata hitam. Atau karena nafsu makan buruh harian ku yang membuat mereka terpana. Entah dibagian yang mana. Kuabaikan dan tanganku hanya mengetuk pinggir meja dengan tak sabar menunggu pesananku datang. Mengabaikan fakta kalau salah satu dari mereka mengambil fotoku.

Sudah beberapa bulan dan aku masih begitu hina. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk bangkit dari nestapa diputusi ini? aku bisa begitu cool saat diputusi, kenapa harus sekarang semuanya harus kembali? Dia tak seharusnya menggodaku. Dia seharusnya diam saja biarpun tahu kalau aku jelas belum move on dan masih berada didalam jurang melarat. Depresi diputusi pacar setahun yang juga teman sekelas. Bagaimanapun, dia seharusnya memberiku toleransi. Dia tak seharusnya menyiram air garam keatas lukaku yang menganga!

Kresss!! Aku mengunyah bagian gosong lebih dulu.

Pahit.

Belum lagi mulai makan aku sudah meminta tambahan sambal. Aku benar-benar memalukan hari ini. tapi setidaknya tak ada yang mengenaliku. Putri pun tak tahu apa yang kulakukan sekarang meski dia menelpon ratusan kali. Aku tak akan mengangkatnya.

Selesai ini, setelah magrib, aku akan menyerang sate kambing!

"boleh duduk disini?"

Jangan sapa aku.

Mengangkat muka dari balik dada ayam, aku mendapati.. well, cowok yang tak kukenal. Tempatku duduk punya 3 kursi kosong. Aku menurunkan helmku disatunya, tasku disebelahnya dan disampingku, map-map tebal yang selalu kubawa.

"gak ada yang kosong." Jawabku sambil menyeruput jus. Dia masih bertahan berdiri meski tak tersenyum lagi.

"dek, jadi cewek gak boleh sombong. Ntar kualat." Ini, membuatku menengok. Aku benci orang yang menggangguku makan. apa mamanya tak pernah bilang kalau jangan bicara waktu makan? atau setidaknya, jangan sembarangan mengajak orang bicara.

Menjelang magrib, warung tak begitu ramai. Hanya ada sepasang di pojok dan kami.

"kamu juga, jadi cowok jangan suka sok akrab." Aku kembali menyedot sisa jus. Dia jelas tak bisa menebak mataku karena gelapnya kacamata yang kupakai sepekat jiwaku sekarang. aku tadinya sempat menduga ini sudah tengah malam sebelum teringat kalau ini karena kacamata.

Dia menyeringai. "kamu sombong."

Kemana panggilan adek tadi?

Aku mengumpulkan barang-barangku. "maaf mas, nenek aku baru aja ninggal jadi gak dalam mood ramah tamah." Aku memungut semua barangku. "dia, nenek yang sangat aku cintai. Permisi." Seperti bos, aku melintasinya dan bisa kulihat pantulan shocknya dicermin.

"gak papa mbak. Makanannya udah dibayarin sama mas-mas yang dipojok tadi." Bapak kasir tersenyum simpati. "turut berduka cita ya mbak untuk neneknya, semoga diterima amal ibadahnya." Kata si bapak sambil mengembalikan uangku.

Aku mengangguk takzim dan berjanji akan mengaku bersalah saat sholat magrib nanti sambil mendoakan nenekku yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

***

Continue Reading

You'll Also Like

222K 8K 39
[Sequel DELAYOTA] Hubungan itu hancur karena pilihan bukan hadirnya pihak ketiga. _________________________________________ Kalau inget kata Devan...
379 148 5
kamu amerta dalam aksara ku. start : des 27, 2023
1.2M 19K 6
Arkan dan Rallin bagaikan dua insan yang diselimuti oleh kegelapan, tak ada yang pernah menyangka jika mereka ditakdirkan untuk bersama dalam sebuah...
1.3M 66.4K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...