Short Story ( Alki Version)

By HumanMarch

57.9K 7.4K 702

Ini fiksi tentang mereka, para idola yang juga diidolakan banyak orang. Bisa berakhir bahagia, dan bisa jadi... More

1). Terlambat?
Berjuang sendiri
Berjuang sendiri (part.2)
Berjuang sendiri (end)
Cinta itu percaya
SatNite
SatNite 2
SatNite 3
Cinta Tanpa Restu
Bukan jodoh yang tertukar
Mine
Mine 2
Bukan update, nanya doang.
Mine 3 (End Bag. 1)
Mine 3 (End Bag. 2)
Truth or Dare
ToD part. 2
ToD part 3
ToD part 4
It's Your Day
Bertemu Masalalu ( CTR )
Cinta yang Sederhana
Cinta yang Sederhana 2
Cinta yang Sederhana 3
Cinta yang Sederhana (End)
Pergi
Pergi 2
Pergi (end)
SatNite (Special part)
Cinta itu Percaya (special part)
Sisi Lain part 1
Sisi Lain part 2
Sisi Lain Part 3
Sisi Lain part 4
Sisi Lain end
Apa yang salah dengan 25?? part 1
Apa yang salah dengan 25?? part 2
Apa yang Salah dengan 25? part end

ToD Ending

1K 192 9
By HumanMarch


Hari terkahir tantangan menjadikan Al sebagai kekasih membuat Yuki merasakan perasaan aneh. Ada rasa sedikit tidak rela saat harus mengucapkan kata 'putus' yang sudah ia hafalkan semalaman. Entah sejak kapan Yuki memikirkan perasaan Al nanti, apakah Al akan terluka atau malah akan merasa bahagia karena ikatan tidak jelas mereka terlepas begitu saja.

" Aduh Yuki, sejak kapan lo khawatir sama perasaan orang. Ini cuma permainan doang. Dan lo harusnya seneng karena semua ini berakhir. " Yuki berbicara sambil menatap tubuhnya di depan cermin. Tubuh berbalut seragam putih dipadu rok abu-abu pendek sedikit di atas lutut dengan rambut yang dikucir kuda itu terlihat sangat sederhana, tanpa poni,  namun menarik.

Yuki menganggukkan kepala,
"Ya, harusnya gue seneng. Gue denger sendiri Al dengan bangga nyebutin Kara sebagai pacar. Terus kenapa gue ngerasa aneh? "

Kepalanya kini menggeleng
" Nggak, ini cuma permainan. Dan Al bukan tipe gue. Gue nggak mau punya cowok yang nggak punya sikap kayak dia "

" Sekarang yang terpenting adalah, Kara akan dapet pelajaran yang setimpal. Walaupun gue yakin Al nggak akan suka! "
Yuki tersenyum, lalu meraih tas sekolah yang berada di atas kasurnya dan bergegas keluar untuk berangkat bersama tiga sahabatnya

****

" Morning guys, siap untuk hari ini? " Yuki baru saja keluar dari pagar rumahnya, mendekat pada tiga sahabatnya yang sudah menunggu beberapa menit yang lalu. Ketiganya mengangguk girang, lalu mengucapkan kata siap secara bersamaan.

Mereka berangkat menggunakan satu mobil. Kali ini milik Febby. Dengan Febby sebagai driver dan ketiganya duduk santai pada kursi masing-masing.

" Ki, apa lo udah siap mutusin Al setelah kita buat perhitungan sama Kara? " tanya Prilly dengan raut muka penasaran

"Hah?  Oh, ya emang harus gitu kan? Kan perjanjiannya cuma seminggu! " jawab Yuki tanpa melihat pada Prilly. Tatapannya masih pada jalanan yang nampak dari kaca depan mobil.

" Nggak masalah sih kalo mau diperpanjang. Lagian masa' iya lo langsung mutusin Al gitu aja tanpa alasan. Emang lo udah siapin alasannya apa? "

Yuki terdiam.
Latihan semalam hanya sekedar kata putus dan Prilly benar jika alasan yang akan ia berikan haruslah masuk akal. Bukan alasan aneh dengan mengatakan bahwa Al sudah memiliki kekasih atau Yuki tidak menyukainya. Yuki sudah tahu itu sebelum mengatakan keinginannya untuk menjadikan Al kekasih dan masalah perasaan? Bahkan orang buta pun tahu jika Yuki tidak menyukai Al saat mereka baru saja 'jadian'.

" Ee--  Bilang aja putus. Ngapain juga ngasih alasan. Dan lo kan tau Ly kemaren dia bangga bilang Kara itu pacarnya. Terus kalo gue ngajak putus, itu berkah buat dia. Nggak ada yang akan ngancem dia lagi dan gue juga udah menuhin tantangan lo. Ya kan? "

Prilly menatap Jessie lalu menaikkan alisnya dengan maksud bertanya pada sepupunya itu. Jessie hanya menggeleng tanpa berkomentar apapun.

*****

Semua aktifitas sekolah sudah lewat satu jam lalu. Harusnya di jam sekarang, empat gadis cantik itu pulang ke rumah, bukan sengaja menjebakkan diri pada sebuah tempat yang beberapa menit lalu mereka awasi. Tidak ada waktu yang mereka sia-siakan sedikitpun untuk bersantai di rumah menghabiskan hobby masing-masing atau aktifitas biasa mereka sebelum permainan seminggu yang lalu dimulai.

Rencana hari ini begitu sederhana, hanya menunggu di mobil yang berjarak beberapa meter dari sebuah sekolah yang sangat mereka ketahui itu sekolah siapa hingga Kara keluar dari sekolahnya.

Di sana sudah ada Al yang sepertinya memang kenal akrab dengan penjaga sekolah itu. Mereka terlihat tidak canggung untuk saling bertukar cerita. 

Yuki dan ketiga sahabatnya terlihat tidak sabar. terkadang mereka hanya duduk bersandar pada jok tanpa semangat.

" Kegiatan mereka apa aja sih? Lama banget keluar" komentar Prilly yang memang tidak sabaran.

" Eh, tapi cewek-cewek suruhan kita udah standby kan? " seru Febby.

" Udah. Eh eh, tu kayaknya Kara deh ".

Yuki memfokuskan pandangannya pada Kara yang saat ini berjalan menuju Al berdiri. Dari reaksi Kara yang terkejut melihat perubahan Al, Yuki tersenyum. Menurutnya, misi membuat Kara merubah pandangannya terhadap Al sudah berhasil.

Yuki menekan opsi panggilan pada ponsel pintar miliknya, lalu meletakkan ponsel itu di sampinh telinganya.

Mata Yuki masih menatap Al sambil menunggu panggilannya terjawab. Di sana, Al tengah merogoh saku celana seragamnya dan menempelkan benda elektronik miliknya pada telinga. Sama seperti yang Yuki lakukan.

" Hallo"

"Hallo Al, lo bisa jemput gue nggak? " tanya Yuki.

" Maaf, aku lagi jemput Kara sekarang. Emang kamu di mana? "

" Gue akan sms alamatnya. Kalo dalam waktu setengah jam lo nggak dateng, lo tau konsekuensinya! "
Telepon ditutup.

*******

Tempat yang cukup sepi di siang hari dan ramai pada sore harinya ini dipilih Yuki dan ketiga sahabatnya untuk melakukan eksekusi terakhir.

Mendengar kabar dari beberapa suruhan mereka lewat telepon membuat mereka tertawa bahagia.
Rasa tak sabar begitu jelas terpancar dari Febby dan Jessie. Tapi tidak dengan Prilly dan Yuki.

Bahagia yang mereka rasakan hanya sebagian, karena sebagian lain akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

Yuki menarik napas dan mencoba untuk berkonsentrasi drama yang akan ia lakoni setelah ini.

Tiga sahabatnya sudah menunggu di tempat yang cukup jauh dari Yuki duduk sekarang.
Ya, cukup sederhana. Alasan mobil yang tiba-tiba mogok di tengah jalan akan lebih mudah menempatkan mereka di tempat ini.

Sebuah taxi biru muda mendekat ke arah Yuki, lalu Al keluar dan menghampirinya.
Yuki mendekat dan memeluk Al dengan tempo yang cepat membuat Al diam seketika dan menghentikan niatnya untuk bertanya.
" Al, gue takut sendirian di sini. Kenapa lo lama? " tanya Yuki dengan raut takut yang meyakinkan lelaki yang tengah dalam pelukannya itu.

Baru saja hendak menenangkan, sebuah pintu terhempas dengan keras dan gadis yang sedari tadi memperhatikan kejadian di pinggir jalan itu keluar dengan raut kesal.

" Apa-apaan ini? Al, jelasin ke gue dia siapa? "

Al melepaskan pelukan Yuki. Wajahnya khawatir seperti maling yang tertangkap basah.

" Di, dia Yuki! " jawab Al terbata.

" Al, gue nggak tau lo juga bawa Kara. Maaf" Yuki berbisik dan terlihat merasa bersalah.

" Oh,,, ini yang lo bilang setia?
Dari kita pulang sekolah, cewek-cewek ganjen dengan banyak alasan nyamperin lo, dan sekarang cewek ini juga. Berubah segini aja udah buat cewek-cewek norak. " ucap Kara kasar.
Yuki masih terdiam.

" Kara, ini nggak seperti yang kamu pikirin. Mobil Yuki mogok, dan dia minta bantuan aku. Apa aku tega biarin cewek di tempat sepi ini sendirian! "

" Al, itu bukan alasan. Dia anak orang kaya, banyak orang yang akan nolong dia, kenapa mesti minta tolong sama lo! "

" Karena Al cowok gue! "

Mata Al membulat menatap Yuki tak percaya.
Yuki mengingkari janjinya.

" Cowok lo? Eh jangan ngaku-ngaku lo ya. Al itu cowok gue! "

Kara maju mendekati Yuki dengan kemarahan.

" Sejak kapan lo anggep Al cowok lo? Sejak Al berubah? Atau dari dulu waktu Al masih pakek kacamata kudanya? " Yuki terlihat menantang.

" Itu bukan urusan lo. Lagian lo bukannya udah tau gue pacarnya Al? Lo orang yang negor kita di mall waktu itu kan!? " tanya Kara setelah mengingat di mana dia melihat Yuki.

" Ingetan lo bagus juga. Dan sejak itu gue tau gimana perlakuan lo sama Al! "

Kara tersenyum remeh, " Orang ketiga aja bangga ".

Yuki meremas tangannya erat karena geram.

" Jangan nganggep diri sendiri bener dan bilang gue orang ketiga seakan lo suci yang nggak pernah buat salah. Lo pikir gue nggak tau apa yang udah lo lakuin sama Al? Lo bahkan dengan terang-terangan ninggalin Al dan jalan sama cowok yang lo pikir lebih kece dari dia. "

" Dan ya, ini bukan pembenaran atas sikap gue, tapi seenggaknya gue berusaha buat bikin lo lebih ngehargain perasaan orang sebelum lo kehilangan dia! "
Ucapan Yuki terdengar tulus, entah nasehat itu benar-benar untuk Kara atau untuk dirinya.

Kara terdiam tidak menjawab, " Al, ayo kita pulang! " ajaknya,  kemudian berbalik menuju pintu mobil untuk masuk.

" Aku nggak ikut. Kamu boleh pulang! " ucap Al dingin tanpa menoleh.

Kara terlihat terkejut akan jawaban Al.

" Lo akan denger kabar pemecatan bokap lo setelah ini! "
Ucap Kara dengan nada ancaman.
Al tersenyum, " Lakukan semaumu! " jawabnya.

Kara masuk mobil dan pergi dari tempat itu.

" Al, apa maksud Kara? " Yuki bertanya bingung.

Al duduk dengan tatapan kosong.

" Ini yang akan terjadi kalo aku nggak ngelakuin semua yang dia mau. "

" Gue masih nggak ngerti. "

" Kara punya segalanya. Rumah yang kami tempati bahkan milik keluarganya. Rumah itu punya halaman besar dan kami tinggal di belakang rumah itu. "

Yuki mengingat saat mereka melihat Al keluar dari rumah besar bersama dengan Kara.

" Kara itu manja.  Papanya ingin aku merubah sikap Kara untuk lebih menghargai orang, uang dan waktu. Itu alasannya aku nggak mengubah penampilan dengan bertahan seperti saat ini. Dan kami selalu menggunakan taxi atau angkutan saat bepergian "

Yuki kembali mengingat kejadian saat mereka pergi ke mall menggunakan taxi.

" Pacar itu cuma status karena pada kenyataannya dia nggak berlaku demikian. Itu juga alesan aku kenapa marah sama kamu waktu kamu mencoba untuk mengubah aku "

Lagi, Yuki teringat perbuatannya.

" Dia egois. Saat aku bersama orang lain, dia akan marah dan mengklaim aku sebagai pacarnya, berlaku seolah cemburu padahal nggak. Tapi aku sendiri harus terima kalo dia jalan sama orang lain bahkan di depan mata aku! "

Yuki merasa bersalah. Semua penjelasan Al membuatnya yakin jika Al sangat tertekan dan tidak nyaman.

" Kenapa lo nggak berontak dan nolak permintaan Papanya? "

" Papanya udah ngelakuin banyak hal untuk ayahku Yuki. Jika dia bisa melakukan itu, kenapa aku nggak? "

" Aku nggak bisa liat ayah bekerja sendiri dan terbebani oleh semua biaya hidup kami! "

" Tapi sekarang, aku harus bangkit. Aku harus coba untuk berjuang mengandalkan kemampuan sendiri! "

" Al, gue minta maaf. Nggak seharusnya gue ngelakuin ini ke elo. Gue selalu ngancem lo dan nuntut apapun sesuai keinginan gue. Gue udah kacauin semuanya Al.! "

" Nggak Ki, karena kamu aku sadar. Seenggaknya ada orang yang masih peduli dengan orang lain! "

" Al, maafin gue! " ucap Yuki tulus.

Al menggeleng, lalu menggenggam erat tangan Yuki.

" Yuki, aku ucapin banyak terima kasih sama kamu dan tiga sahabat kamu itu. Aku akan bela diri aku sendiri biar bisa bela hidup orang lain juga. "
Yuki mengangguk,

" Sekarang, kamu bisa putusin aku.  "

" Hah? " Yuki bertanya bingung.

" Apa lo nuntut janji gue saat gue minta lo untuk berubah?"

Al tersenyum getir, lalu menggeleng.

" Bukannya ToD kamu berakhir hari ini?! " tanya Al.

Yuki terlihat bingung, bagaimana Al mengetahui semua ini?

" Kamu jangan bingung. Aku bahkan tau kamu selalu buntutin aku setelah pulang sekolah. Dan kemaren saat aku bilang nama pacarku Kara, aku tau kamu ada di sana. "

" Tapi gimana bisa Al?!"

" Anggap aku punya indra keenam " jawab Al dengan sedikit gurauan.

Tiga gadis yang entah sejak kapan tiba itu berdiri di belakang Yuki dan Al yang berbicara serius.

" Kalian sejak kapan ada di sini ? " tanya Yuki menoleh ke arah ketiganya.

" Sejak Al bilang kata putus! " ucap Prilly.

" Sesuai perjanjian, lo harus putusin Al, Ki. " ucap Prilly seolah menuntut.

Yuki menelan ludahnya lalu melirik pada tiga sahabatnya bergantian.

" Maaf soal itu. Tentang taruhan gila dan entah kenapa lo yang ada di sana. Gue nggak tau takdir Tuhan seperti apa. Gimana Dia menjadikan dua orang asing saling mengenal satu sama lain. Dan gimana Dia memepertemukan kita dengan cara yang aneh. Gue nggak akan nyesel ikut andil dalam permainan itu, karena dengan begitu, gue udah buat Si Pasrah ini berani ngambil sikap. "

Yuki menarik napasnya,

" Mulai sekarang, lo bebas dari tuntutan, ancaman dan suruhan apapun dari gue. Gue janji nggak akan ngancem lo lagi dan hubungan kita berakhir sampe sini. Kita putus! " ucap Yuki sambil terpejam dan tepat saat itu, air matanya turun. Yuki menangis.

*****

Kejadian itu sudah berlalu sebulan yang lalu, tapi mampu membuat Yuki jadi orang yang tidak banyak bicara. Baik di sekolah ataupun di rumah. Hubungan Yuki dan Al terlihat biasa, tidak akrab namun tidak juga dingin. Biasa saja.

Siang ini, untuk menjadikan hari mereka lebih berwarna, Prilly, Jessie dan Febby melakukan permainan andalan mereka. Tidak ada penolakan, dan itu harus terjadi. Satu sosok tambahan yang sudah mereka siapkan kini duduk manis di hadapan Yuki yang membuat gadis itu terlihat tidak nyaman.
Yuki tidak ingin terjebak disituasi ini lagi. Melakukan tantangan dan hanya akan menyisakan penyesalan yang berkepanjangan.

Permainan dimulai dengan cara berbeda. Ya, jika biasa mereka menggunakan botol sebagai alatnya, kini tidak lagi.Cukup melakukan suit, dan pemenang akan menanyakan pada objek yang ia inginkan.

Suit pertama dimenangkan Jessie yang dia gunakan untuk bertanya pada Prilly,
" Truth or dare? "

" Truth"

" Lo balikan sama  Ali? Dan kapan?  "

Prilly pasrah, berbohong tidak ada gunanya. Lambat laun mereka akan tahu kebenarannya.

" Ya, dua minggu lalu "

Febby dan Jessie bertos ria, " Yeee dapet traktiran " ucap mereka berbarengan.

Prilly mendengus. Ia tahu akan konsekuensi ini.

Giliran kedua, Yuki.

" Al , Truth or dare? "
Tanya Yuki menatap Al.
Al terlihat tegang. Tanpa basa basi, Yuki menunjuk dirinya.

" Truth " jawabnya sedikit ragu.

" Dari mana lo tau tentang tantangan tujuh hari gue jadiin lo pacar gue? "

Al menelan ludahnya tegang, lalu menatap pada tiga gadis di sekelilingnya.

" Jangan bohong " Yuki memperingatkan.

" Mereka bertiga! "

Jawab Al jujur.

" Apa? Kenapa? " tanya Yuki tak percaya.

" Yuki, ini semua ide gue. " jawab Prilly merasa sedikit takut. Prilly berharap, Yuki tidak salah paham terhadapnya.

" Kita tau apa yang lo rasain. Kita ngarep setelah Al nanya ke elo minta kata putus, lo akan pertahanin dia karena Al lebih milih ngejauh dan melawan Kara. Tapi lo malah minta putus beneran! "

" Gue tau itu perjanjian karena permainan, tapi kita nggak tau kalo permainan justru membuat kita belajar beberapa hal. "

" Yuki, sebelumnya kita nggak pernah peduli urusan orang. Tapi sama Al beda. Lo bahkan bela-belain harus ngintai Al sampe sakit magg lo kambuh. Tanpa sadar, lo udah jatuh beneran sama rasa itu. Tapi kita bisa liat itu di mata lo Ki! "

Yuki hendak pergi dari tempat yang membuatnya tidak nyaman itu, lalu tangan Al menariknya, menyuruhnya untuk tetap berada di sana . Al mengatakan bahwa permainan belum selesai.

Mereka kembali bersuit, dan kini giliran Al.

Al tersenyum senang,

" Yuki, ini mungkin di luar, peraturan. Tapi ini yang tetakhir. Aku punya dua pertanyaan untuk kamu. "

Yuki menggeleng.
" Please, aku janji ini dua pertanyaan terakhir. "

Yuki terlihat enggan, jantungnya berdetak hebat menunggu pertanyaan pertama dari Al.

" Apa di hati kamu, aku punya tempat spesial, Yuki? Maksudku, ada sedikit rasa untukku? "

Yuki mengangguk.

Al tersenyum senang.

" And second question is... "

Jantung Al berulah. Semoga saja Yuki menjawab sesuai yang ia harapkan.

" I dare you to love me! "

Al mengucapkan dengan cepat.
Ketiga gadis yang berisik itu terdiam seketika.

Yuki tak kalah syok.

" Al? " tanya Yuki memastikan.

Al mengangguk.

" Dalam permainan ini kamu nggak boleh bohong. Jawablah seperti saat kamu jawab pertanyaan aku yang pertama! "

Dalam hatinya berperang, rasa ragu akan perasaan yang ada untuk Al masih tidak jelas. Dia hanya takut, suatu saat perasaannya berubah pada Al.

Yuki tidak menjawab, dan itu membuat Al kecewa. Lelaki itu berdiri lalu beranjak dari tempatnya untuk pulang. Kebisuan dari Yuki cukup membuat dirinya menyimpulkan bahwa Yuki menolak permintaanya.

" Al, gue belum jawab pertanyaan lo.! "

" Gue terima tantangan lo untuk mencintai lo. Dengan sepenuh hati dan tanpa batas waktu. "

Al tersenyum senang mendengar jawaban Yuki. Bahkan tidak hanya dia, tiga gadis yang masih duduk itu pun merasa sangat bahagia.

Al berlari menuju Yuki dan memeluknya erat.
Yuki membalas pelukan itu tak kalah erat,
" Yuki, makasih! "

" Ya "

TAMAT

ALhamdulillah selesai.
Hahaahah,, author liat respon Part (Bertemu Masalalu) sblm ini luar biasa.
Sad ending itu cukup membuat author dapet banyak komentar.
Nanti kapan2, buat sad ending lagi ya, biar kalian makin greget.
Paling kalo udah gitu, nggak mau baca lagi. Wkwkwkwk
Oh ya, author ga akan bosen buat ucapin banyak mksih sm klian yg setia bc crta ini. Vote, komen dan followers yg trus brtmbh itu author anggap bonus dan apresiasi atas bbrp krya yg mngkin mnrut klian pntas untuk author dptin.

Ok,, See u 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

74.3K 7.9K 27
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.5K 211 7
Sakura, mahasiswa tingkat akhir yang terlibat kembali dengan lelaki dari masa lalunya di organisasi mahasiswa. Sakura yang sudah akan wisuda tidak be...
100K 11.2K 46
Telanjur nyaman dengan kehidupan Rozaluna Kim, wanita itu hidup damai dengan sendok emas yang ia ukir sendiri dari hasil jerih payahnya. Memiliki po...
5.6K 582 22
"Kau terlambat. Aku sudah akan menikah akhir tahun ini." "Akulah yang jadi pengantin prianya." "Kau gila?" - Mature 21+ - Konflik ringan😌 - Penganut...