Aidan & Carmila (TAMAT)

By ReaSheren

5.6M 217K 6.9K

#3 in romance 04052017 More

♡PENGUMUMAN♡
0. Prolog
1. Pesta
2. Ketahuan
3. Pernikahan
4. Tinggal Bersama
5. Jealous
6. Kakanda
7. Baby
8. Suami Siaga
9. Dua Sisi
10. Karena Dirimu
11. Takluk
12. Kecewa
13. Komitmen
14. Heart
15. Sempurna
16. Percaya
17. Milikku, Milikmu
18. Gagal
19. Pesta Kebun
20. Medusa
21. Posesif
22. Mad
23. Hero
24. Rasa
25. Kangen
26. Siaga 1
27. Siaga 2
28. Selingkuh
29. Sadis
30. Jinak
31. Firasat
32. Broken 1
33. Broken 2
34. Terpuruk
35. End
36. Forever
37. Pembalasan
38. Sedih dan Bahagia
39. Akhirnya...
000
001
003
004
005
Edisi Spesial : Dimana Azka?

002

84.5K 4.5K 269
By ReaSheren


Aidan menggebrak meja kerjanya, kemarahannya mencapai batas toleransi Aidan. Apa yang ia takutkan selama ini menjadi kenyataan, dan yang membuat perasaannya semakin berantakan adalah, semua kembali terjadi pada Aleron. Tapi tidak! Aidan tidak akan membiarkan Aleron-nya berakhir sama seperti... Aleron.

Beberapa menit yang lalu, Carmila menghubunginya dan mengatakan Aleron tidak berada di sekolah. Guru Aleron menghubungi Carmila u tuk memberitahukan tugas yang harus dikumpulkan esok hari, karena Aleron ijin pulang lebih awal. Sang guru mengatakan ada pengawal suruhan Aidan yang diutus untuk menjemput Aleron, ada keperluan keluarga.

Aidan memegang kepalanya yang serasa mau pecah. Bayangan kakak kembarnya, Aleron bersimbah darah dengan tubuh tercabik terus menghantui. Dadanya terasa sesak, karena bayangan Aleron sang kakak berganti menjadi Aleron-nya. Aidan luruh di lantai kantornya, ia tak sanggup lagi. Tidak! Ia harus kuat, dindanya bergantung padanya, bagaimana bisa dirinya menjadi lemah?!

Aidan mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan. Ia harus sampai rumah secepatnya. Carmila pasti panik. Istrinya itu tidak boleh stres dengan kondisinya yang hamil besar. Semoga si kecil Alden dan Aaro tidak rewel. Aidan sudah menghubungi mamanya dan meminta tolong agar sang mama sendiri yang menjemput Aldebaran dan Aldevaro di sekolah mereka. Kedua putra kembarnya itu masih duduk di bangku TK, sedangkan Aleron yang karena kejeniusannya, meski baru berusia 5 tahun, tapi ia sudah duduk di bangku SD.

Aidan menekan klakson beberapa kali dengan tak sabar. Brengsek, apa kerjaan satpam dirumahnya ini? Buka pintu gerbang saja lama sekali! Mau dipecat mereka? Aidan mengumpat dan memaki. Begitu gerbang dibuka, Aidan langsung tancap gas dan berhenti di depan pintu utama rumahnya. Ia menaiki tangga teras rumah dengan tergesa.

"Dinda...!" Aidan memanggil istri tercinta di seluruh penjuru rumah. Ia membuka setiap pintu ruangan yang ada di lantai satu rumahnya. Tidak ada. Aidan berlari ke halaman belakang, tidak ada juga.

"Dinda!" Aidan menaiki tangga menuju lantai dua, dua anak tangga sekaligus, seperti orang kesetanan.

"Dinda...." Aidan memanggil lembut. Dilihatnya istrinya meringkuk di kasur Aleron. Aidan mendekati sang istri. Ia berlutut di samping wajah sang istri yang sembab karena air mata. Aidan membelai dan mengusap air mata di pipi istri tercinta. "Jangan menangis..." Aidan berucap lirih.

"Ale..." Carmila terisak.

"Tenanglah, aku bersumpah akan membawanya kembali padamu!" Aidan berkata tegas, "pegang janjiku!"

Carmila bangun dan menjatuhkan tubuhnya di dada bidang suami. Ia menangis disana, "kanda... "

Aidan membiarkan sang istri menangis sepuasnya. Ia hanya mengusap lembut punggung istri tercinta sampai tidak terdengar lagi isakannya. Aidan memegang pundak sang istri dan menatapnya dalam.

"Percayalah padaku!"

Carmila mengangguk.

"Jangan pikirkan apapun, kasihan bayi kita." Aidan mengusap perut Carmila yang membesar, perkiraan tidak sampai satu bulan lagi Carmila melahirkan anak ke-enamnya.

"Ya, maaf..." ucap Carmila.

Aidan tersenyum lembut sambil mengusap kepala Carmila.

"Dimana Alden dan Aaro?" Aidan bertanya karena juga tidak melihat kedua putranya itu. Alden putra keempat Aidan, setelah si kembar sekarang sudah berusia 2, 5 tahun. Dan Aaro putra kelimanya baru berusia satu tahun.

"Aaro tidur, Alden sama Papa..."

Aidan menghela nafas pelan, "baik-baik di rumah, jaga anak-anak... aku.. akan membawa pulang Ale, kamu jangan khawatir!"

***

Aidan mendobrak pintu ganda itu dengan sekali tendang. Menurut beberapa informasi yang ia terima, para penculik menyekap putra sulungnya di dalam sini. Aidan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, sepertinya tempat ini bekas pabrik. Banyak mesin-mesin besar yang sudah berkarat. Aidan menajamkan pendengarannya sambil melangkah perlahan, masuk lebih jauh ke dalam pabrik.

Sunyi.

Aidan menuju arah belakang pabrik, ke bagian gudang. Disana pun sepi, Aidan tidak mendengar ada suara. Dirinya mulai dilanda ketakutan. Aleron? Ia menghentikan langkahnya, darah berceceran dimana-mana. Aidan mengarahkan matanya, melihat lantai. Aidan shock. Matanya membelalak, nafasnya terasa sesak. Lantai tempatnya berpijak digenangi oleh cairan merah nan kental itu. Bau besi dan amis menusuk indera penciumannya. Aidan bersandar di dinding, matanya terpejam erat. Aidan menahan nafas, ia tak sanggup lagi mencium bau ini. Aidan menelan ludahnya getir, tapi sedetik kemudian ia mengerang sambil mencekik lehernya sendiri. Tidak! Aidan tidak mau merasakannya lagi...

"Kanda..." suara Carmila bergema di kepalanya.

Bayangan sang istri yang tengah menanti kepulangannya bersama Aleron, membuat Aidan sadar, ia harus kuat. Aidan mengatur nafas, mengabaikan rasa dan bau darah di dalam kepalanya. Perlahan ia membuka mata. Tidak ada darah? Aidan melihat lantai, hanya debu tebal yang menutupi lantai. Aidan melihat sekeliling, semua darah yang tadi dilihatnya lenyap. Aidan menenangkan pikirannya. Ternyata semua hanya halusinasinya saja. Halusinasi akibat trauma masa lalunya yang kelam. Aidan menghirup nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Demi dindanya, Aidan tidak boleh lagi dihantui masa lalu.

Aidan kembali melangkah. Sebisa mungkin ia menepis bayangan Aleron yang telah tiada. Ia harus optimis demi anak dan istrinya. Mantap Aidan menyusuri lorong di gudang belakang pabrik. Banyak ruangan seukuran kamar disana. Aidan tetap waspada. Semua ruangan yang ia masuki kosong. Sampai di ruangan paling ujung, Aidan berhenti. Matanya membelalak melihat darah mengalir dan menggenang di luar pintu masuk. Apakah ini nyata atau halusinasi?

Aidan menerobos masuk ke dalam ruangan itu dengan pistol ditangan. Ia terhenyak. Pemandangan di dalam ruangan itu sama sekali diluar bayangannya. Aidan menurunkan pistol di tangannya. Ia hanya bisa terpaku melihat putranya, Aleron. Tubuh Aidan merosot dan jatuh berlutut di lantai. Air mata menetes di pipinya. Aleron... putra kebanggaannya...

***

"Maaf..." hanya satu kata itu yang mampu Aidan ucapkan, meski banyak perasaan yang ingin ia luapkan.

Aidan berlutut dan menangis di pusara putih dengan batu nisan bertuliskan 'Aleron'. Carmila menangis di samping Aidan. Marina dan Julian berdiri dan ikut menangis di belakang mereka. Carmila memegang bahu sang suami. Aidan menoleh ke arah sang istri, ia memeluk istrinya dan menangis lagi. Semoga ini untuk terakhir kalinya Aidan menangis.

"Kita pulang?"

"Ya," jawab Aidan serak. Aidan kembali menghadap gundukan tanah di hadapannya, "a aku tidak akan pernah melupakanmu Ale, terima kasih... terima kasih untuk segalanya..."

Aidan berdiri. Ia membantu istri tercintanya yang tengah hamil besar untuk berdiri. Julian dan Marina mengangguk, memberinya semangat. Tanpa menoleh lagi, Aidan dan yang lain berjalan menuju mobil.

Dalam perjalanan pulang, Aidan hanya diam. Ia masih larut dalam kesedihannya. Tapi ia berjanji ini untuk yang terakhir, karena setelah ini dirinya hanya akan menatap masa depan. Aidan membuka kaca jendela mobil, merasakan angin menerpa wajahnya, membawa pergi beban yang selama ini mengendap dalam hatinya. Ia memejamkan mata, membayangkan Aleron hadir bersamanya saat ini.

"Aku menyayangimu, Kak." Aidan berkata dalam hati, berharap Aleron bisa mendengarnya.

Sampai di rumah, Aidan langsung memanggil kelima putranya. Ia ingin memeluk erat mereka semua, mereka adalah kekuatannya. Aidan akan mengerahkan segenap daya dan upaya untuk menjaga mereka, membahagiakan mereka.

"Ale...! Alde...! Aldev...! Alden...! Aaro...!"

Alden yang masih berusia dua tahun, berlari kecil menghampiri Aidan. Si kembar ikut menyusul di belakangnya dengan wajah belepotan cat air. Aaro berjalan tertatih dituntun Omah mama.

"Apa mereka merepotkanmu Omah mama?" Aidan bertanya sambil tersenyum lebar.

"Tidak sayang, mereka anak-anak yang manis... Omah mama senang mereka berada disini..." jawab Omah Mama.

"Dimana pemimpin kita? Ayah belum melihatnya?" Aidan mencari kebanggaannya, pelipur dukanya.

"Ayah mencariku?" Aleron masuk ke dalam rumah melalui pintu samping. Ia memegang sebuah buku tebal di tangannya. Buku anatomi tubuh milik Aidan sewaktu masih kuliah di kedokteran.

Aidan tersenyum lega melihat putra sulungnya. Ia menghampiri sang putra dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Aleron tertawa tergelak, senang sekali diangkat dan diputar di udara oleh ayahnya. Aidan memeluk Aleron erat.

Sesaat kemarin, ia sempat mengira dirinya sudah terlambat dan kehilangan putra sulungnya ini. Ternyata tidak. Putra sulungnya ini jauh lebih tangguh dari yang Aidan perkirakan.

Ale yang cerdik berhasil melepas ikatan tangannya dengan menggesekannya pada besi berkarat di tempat ia disekap. Saat semua penculiknya lengah, Ale mengeluarkan cutter yang kebetulan ia bawa di dalam saku celananya. Ale melepas pisau pada cutternya. Sedikit banyak ia tahu teknik bermain pisau dari Aidan. Ketika beberapa penyekapnya pergi dan hanya menyisakan satu orang saja untuk menjaganya, Ale berpura sakit perut. Dan saat penculik itu mendekatinya, Ale dengan sigap menggores pergelangan tangan dan leher penculiknya. Darah mengucur deras dari pergelangan pria yang menculiknya hingga ia pun jatuh roboh. Ale tidak tau dia masih hidup atau sudah mati. Saat itulah Aidan datang.

Melihat Aidan jatuh terduduk dan menangis, Ale kecil menghampiri sang ayah sambil tertawa dengan tangan berlumuran darah.

"Ayah datang..?"

Aidan segera menghubungi keempat sahabatnya juga polisi untuk membantu menjebak kawanan penculik yang lainnya. Mereka pun berhasil di tangkap. Modus penculikan, dendam juga uang tebusan. Ayah Rachel adalah dalang dari penculikan ini. Untuk kasus kali ini, Aidan lebih memilih menyerahkannya pada polisi. Dengan Ale selamat, itu sudah cukup baginya.

Aidan menatap wajah putra sulungnya dengan bangga, "terima kasih sayang..." ucap Aidan.

Aleron berkedip tidak mengerti. "Apa?"

Aidan tergelak sambil mengacak rambut Ale. Ya, dia sangat berterima kasih pada putra sulungnya itu, karena dialah yang menyadarkan Aidan dari traumanya, dia yang memberi kekuatan hingga pada akhirnya Aidan sanggup untuk mengunjungi makam saudaranya, Aleron untuk pertama kalinya. Beban yang selama ini menghimpitnya pun perlahan menguap. Aidan menjadi yakin jika Aleron tidak akan rela jika pengorbanannya untuk Aidan justru membuat Aidan terpuruk dan tidak bahagia.

"Ayah! Rambut Ale berantakan," Ale berteriak tak suka rambutnya diacak-acak.

"Baiklah, lanjutkan membacamu." ujar Aidan.

Aidan menghampiri istrinya yang sedang memijat kaki Omah Mama.

"Omah Mama bisa ikut dan tinggal bersama kami." Sekali lagi Carmila mencoba membujuk Omah Mama agar mau tinggal bersama mereka.

"Tidak sayang... Omah Mama tidak pantas mendapatkan kehormatan itu, mengingat apa yang pernah Omah lakukan padamu." Omah Mama menolak, sekarang ia menyesal. Mengapa dahulu ia begitu memusuhi cicit menantunya ini, padahal justru dia yang saat ini selalu rutin mengunjungi dan merawatnya ketika sakit.

"Jangan terus diingat Omah, Mil saja sudah lupa..."

"Justru karena itu sayang, Omah merasa malu padamu, Omah tidak tau lagi bagaimana cara menebus kesalahan Omah dulu..."

"Ada satu cara..." Carmila tersenyum lebar sambil menggenggam tangan Omah mama. "Omah bantuin Mil jaga dan urus anak-anak dirumah..."

Omah Mama terkejut dengan tawaran Carmila, "tapi..."

"Omah... Mil sebentar lagi melahirkan, akan semakin repot mengurus mereka... Mil butuh bantuan Omah..."

Omah mama menitikan air mata. "Ohh baiklah... Omah akan tinggal bersama kalian..."

Carmila dan Aidan tersenyum bahagia.

***



Continue Reading

You'll Also Like

18.9M 1.4M 48
Cerita ini tentang kehidupan pernikahan Reynand Malik Narendra Presiden Mahasiswa Liberty University dan Isabella Putri Ayunda seorang mahasiswa desi...
471K 27.1K 30
▪︎CERITA SELENGKAPNYA DI JOYLADA▪︎ [Amazing Cover by : kamubiru] [COMPLETED] [END] "Hebat! Lo orang pertama yang gak tau gue!" ______________ Sheila...
5.2K 3.8K 41
FOLLOW DULU SEBELUM BACA⚠️⚠️ [Sampai akhirnya aku tidak bisa melupakan kamu] Kisah tentang pasangan Reynard-Naura yang sudah menjalin hubungan semasa...
19.7K 2.9K 54
WARNING ⚠️ Cerita ini tidak cocok untuk yang mau langsung uwu-uwuan di awal. Karena, alur nya emang awal-awal sedih. Jadi, berproses ya manteman. Kal...