Bendahara Kelas [Completed]

By Akuelalala

1.3M 73.1K 1.2K

"Kalian pikir jadi bendahara itu gampang?" Kalimat itulah yang keluar dari mulut seorang gadis yang baru dudu... More

bendahara? huhh
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
bukan update
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
10 Fakta
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50 ( Ending )
bendahara pensiun.
For Your Information
UPDATE
Visual
Yang ikhlas waktu dan tenaga

Bab 35

22K 1.4K 8
By Akuelalala

Sudah 2 bulan berlalu setelah insiden minta maaf Lili dirumah sakit. Sudah dari sebulan yang lalu pen ditangan kiri Riko dilepas dan sudah dari 2 minggu yang lalu Riko kembali bersekolah. Walau dia sudah sembuh tapi Indah tak mengijinkannya membawa kendaraan sendiri apalagi motor. Jadilah selama dua minggu ini Riko diantar jemput oleh Deni. Wisnu tak bisa karna sudah sebulan ini dia berangkat pulang bersama Meta. Meski bukan satu sekolah Wisnu rela bangun pagi-pagi untuk menjemput Meta lalu setiap pulang sekolah dia nongkrong diwarkop sambil menunggu waktu menunjukkan pukul 4 sore. Teman-temannya hanya tersenyum. Mereka mendukung apapun akhirnya nanti. Mereka yakin tidak lama lagi Wisnu akan jadian dengan Meta.

Bel istirahat pertama berbunyi lima menit yang lalu.

Saat ini 3 serangkai bersama para cogan sedang berkumpul di meja kantin panjang yang bisa memuat sekitar 8 orang. Jadi setelah diisi mereka sisa 2 bangku yang kosong.

"Lo gak makan Van?" Tanya Indah saat melirik pangsit Evan yang masih utuh.

Yang ditanya hanya menggeleng.

"Bilang kek udah gua makan daritadi" kata Indah lalu menggeser mangkuk Evan jadi dihadapannya. Sementara pangsitnya yang sudah habis dia geser kedepannya, kehadapan Riko.

"Pelan-pelan makannya sayang" tegur Riko sambil menarik tisu lalu melap sudut bibir Indah yang celemotan.

Evan memutar bola matanya kesal. "Kalo mau romantis-romantisan jangan didepan gua napa?"

"Lo kenapa sih Van?" Tanya Deni heran.

"Diputusin sama Sinta. Emang enak" cibir Yana membuat Riko menatap Evan iba.

"Sabar ya Van" kata Riko bersimpati lalu mengelus rambut Evan yang langsung ditepis Evan.

"Geliin banget sih lo" celetuk Evan membuat yang lainnya tertawa.

Berbeda dengan Evan yang sedang galau. Dihadapan Evan, Wisnu malah sedang senyam-senyum sendiri sembari jari-jarinya yang menari di atas layar hpnya.

"Yang satu galau yang satu lagi kasmaran deh kayaknya. Lah lo bedua apaan?" Tanya Riko pada Deni lalu melirik Yana yang duduk didepan Deni.

"Gak tau diri si boss. Lo juga apaan sama Indah?"

Riko menggaruk tengkuknya. Salting. Indah tetap memakan pangsitnya sambil menahan tawanya. Dia tau lelaki dihadapannya sedang bingung menjawab pertanyaan Deni. Senjata makan tuan. Niat menjaili malah dijailin.

"Haii guys. Boleh gabung gak?" Tanya seseorang membuat ke-6 remaja itu menoleh lalu menatap orang itu heran terkecuali Indah dan Riko.

"Gabung aja kak" jawab Riko membuat teman-temannya menatapnya penuh tanya.

"Gak ada yang risih kan gua disini?" Tanya Lili sambil meletakkan nampannya dimeja.

Indah menggeleng lalu tersenyum. "Gak lah kak duduk aja. Btw mana temen-temen lo?"

"Yang satu gak turun yang satunya lagi mojok jadi ya gua sendiri aja ke kantinnya" jawab Lili lalu memindahkan mangkuk bakso dan es tehnya dari nampan ke meja. Dia lalu duduk disamping Yana.

Semua tlah usai makan. Hanya Indah dan Lili yang masih melahap makanannya.

"Timbangan lo berapa mbem?" Tanya Riko sambil bertopang dagu.

Indah terlihat berpikir. "Terakhir gua timbang sih masih 50 gak tau sekarang"

"Kayaknya sekarang 60 deh mbem"

"Hm iya kali"

"Gendut" cibir Riko membuat Indah meliriknya tajam.

"Badan badan gua. Yang gendut juga gua terus masalah buat lo?"

Riko menggeleng. "Gak dong Yank. Gak masalah buat gua. Intinya jangan makan berlebihan jangan juga kekurangan makan. Porsinya yang pas biar lo gak kurus gak gemuk juga"

"Hm"

"Dibilangin tuh didengerin"

"Iya Rik. Iya gua denger. Jangan bacot dah gua lagi makan nih"

Riko terkekeh lalu mengeluarkan hpnya difotonya Indah yang sedang menatapnya sinis.

"Eh lo mah suka banget motoin gua. Hapus gak?"

"Enggak"

"Ih Riko itu jelek guanya. Hapus napa? Lo foto gua itu bilang-bilang biar guanya siap"

"Mau lo siap atau enggak tetep aja lo itu gemesin tau gak" kata Riko lalu mencubit pipi Indah dengan keras.

"Riko. Ih sakit tau"

Indah marah karna pipinya slalu saja jadi sasaran cubitan. Bukan hanya Riko tapi semua orang disekitarnya suka sekali melukai pipinya.

Indah menangis, dia kesal karna pipinya yang tidak bersalah slalu dicubit.

"Yah mbem jangan nangis dong. Aduh ini gimana Van?" Tanya Riko pada Evan yang masih galau.

Evan mengendikkan bahunya. "Bukan urusan gua"

Lalu Evan memundurkan bangkunya dan melangkah meninggalkan mereka.

"Nu bantu gua dong" kata Riko lalu menoleh ke Wisnu yang masih asik dengan hpnya.

Yang ditanya malah menggeleng. "Gua gak mau ikut campur masalah lo bedua"

Lalu Wisnu mengajak Deni untuk meninggalkan kantin. Yana pun ikut dengan mereka.

"Kak ini gimana?" Tanya Riko pada Lili yang kini menatapnya lalu menatap Indah.

Lili terkekeh lalu melap bibirnya dengan tisu. "Ya gimana dong? Lo masa gak bisa berbuat sesuatu yang buat dia berhenti nangis. Apa kek. Lo itu cowok dan cowok itu harus tanggung jawab"

"Lah gua gak hamilin dia" celetuk Riko membuat Lili melempar sendoknya dan tepat mengenai kepala Riko.

"Bukan itu juga maksud gua. Ah taulah susah ngasih tau lo mending gua balik deh"

Lili meninggalkan Riko yang kini berhadapan dengan Indah yang masih menangis.

"Indah kenapa?"

Pertanyaan yang sama itu terlontar dari 2 mulut lelaki yang berdiri didekat Indah.

"Dia jahat bang" lapor Indah sambil memeluk Andi. Sementara Riko malah menggaruk tengkuknya.

"Dia ngapain kamu yank?" Tanya Rasya lembut.

"Dia cubitin pipi aku masa"

Rasya menatap Riko tajam. "Lo tuh bisa gak sih berhenti gangguin cewek gua?"

"Gua gak gangguin dia"

"Tapi lo buat dia nangis" sahut Andi. Lalu dia menatap Indah. "Ayo Ndah gua anter kekelas"

Indah mengangguk lalu berdiri dan berjalan bersama Andi. Sementara itu Riko masih berhadapan dengan Rasya, orang yang paling ingin dia musnahkan didunia ini.

"Kapan lo bisa nerima kenyataan?"

Riko menatapnya penuh tanya. "Kenyataan apa?"

"Kenyataan kalo lo gak bisa milikin dia. Dia cewek gua bro"

"Gua gak bakal nerima kenyataan itu. Sampe kapanpun gua bakal terus ngejar dia. Dan gua juga sebenarnya gak yakin sih sama hubungan kalian ini" celetuk Riko membuat Rasya meneguk ludahnya susah payah.

"Apa masksud lo dengan gak yakin?"

"Yahh pokoknya gua gak yakin aja. Udahlah malas banget gua berurusan sama lo" kata Riko lalu menubrukan dirinya kebahu Rasya saat dia melewati Rasya lalu melangkah menuju kekelasnya.

Riko berlari saat melihat Indah yang baru masuk kelasnya. Dia berpapasan dengan Andi yang meliriknya sinis.

"Gua kasih lo kesempatan bukan untuk disia-siain Rik. Udah 2 kali yaa dia nangis karna lo. Jangan sampe ada yang ketiga kalinya kalo sampe itu terjadi gua bakal ngejar dia lagi. Dan lo harus rela mundur teratur" ancaman Andi membuat Riko menahan nafasnya.

"Gak bakal ada yang ketiga kalinya. Lo gak bakal dapatin dia karna gua yang bakal masuk hatinya" sahut Riko lalu memasuki kelasnya.

Dia berjalan menuju bangku Indah. Evan sedang tidak duduk dibangkunya. Lelaki itu sedang bermain gitar dan menyanyikan lagu-lagu galau dibelakang bersama spesies cowok lainnya.

Riko menduduki bangku Evan lalu menatap Indah lembut. "Yank"

Indah menepis tangan Riko yang mencoba memegangnya. Dilepasnya ikat rambutnya membuat rambutnya tergerai.

"Kok dilepas?"

"Biar pipinya gak terekspos. Biar gak jadi korban lagi"

Jawaban Indah membuat Riko tertawa. Gadis itu sangat lucu menurutnya. Apalagi saat membiarkan rambutnya menyembunyikan setengah dari pipinya.

"Lucu"

Indah menutupi pipinya yang masih kelihatan Riko. Ditangkupnya kedua tangannya agar pipinya benar-benar tersembunyi. Lalu dia menghadap ke Riko. "Lo mau apasih? Pipi gua itu bukan kue cubit tau"

Riko menatapnya intens membuatnya salting. Lelaki itu bisa saja membuat jantungnya seperti lari marathon.

"Imut? Iya. Cantik? Iya jelas. Manis? Banget. Lucu? Gak usah ditanya. Chubby? Beh melebihi bapao dah"

"Lo muji apa ngolok sih? Gedek gua. Udah sana jauh-jauh" kata Indah lalu mendorong Riko agar menjauh.

"Aku muji kamu sayang"

Indah bergidik ngeri mendengar aku-kamuan dari Riko. "Jijik bahasa lo Rik. Udah sana. Gua mau nagih uang kas nih"

"Gua bantu yank. Gua tukang contreng aja ya" kata Riko lalu mengambil pulpen diatas meja Indah lalu berdiri sambil membawa buku kas.

"Uang kas uang kas" teriak Indah toa membuat kelasnya menjadi riuh. Ada yang langsung kabur keluar kelas demi menyelamatkan duitnya. Ada yang pura-pura tidur tapi Indah sudah hafal dengan sikap teman-teman sekelasnya. Dia hanya bisa tersenyum maklum. Jadi bendahara memang sulit. Tapi hal itu yang membuat dia dekat dengan teman-temannya.

"Evan jangan galau dah mending bayar uang kas" teriak Indah lalu melangkah mendekati Evan yang masih memetik gitarnya.

Evan merogoh saku celananya lalu mengambil dompetnya dan memberikan selembaran duit berwarna hijau.

"Angsul gak?" Tanya Indah yang mendapat gelengan Evan.

"Buat sebulan penuh"

"Nah gitu dong kan bagus kalo rajin bayar uang kas. Efek galau begini ya? Kalo gitu lo galau tiap hari dah biar enak gua nagihnya" sahut Indah lalu memasukkan duit Evan ke dompet kas lalu menatap Riko.

"Tuh contreng si Evan sebulan penuh!"

"Iya mbem"

"Cina" teriak Indah yang tidak dapat sahutan.

"Woyy Cina mana?" Tanyanya pada kubu cowok yang sedang asik bermain adu panco dimeja pojok. Meja milik Angga dan Riko.

"Lah lo gak nyadar Ndah? Dia gak turun dari 2 hari yang lalu tau" kata Digo.

"Keterangannya apa?" Tanyanya kepo.

Digo menunjuk Lina dengan dagunya. 'Tanya sekretaris noh"

"Lin. Naga ada suratnya gak?"

Lina mengangguk. "Disuratnya sih sakit Ndah"

"Sakit? Udah ada yang jenguk gak?"

Teman-teman dikelas menggeleng. Lalu semua menoleh saat mendengar celetukan kubu Cinta yang sedang bergosip.

"Ya ampun ini serius Naga?" Tanya Tia kaget.

"Lah iya. Ini kan ceweknya, anak kelas XI ipa 2 itu loh" kata Ranti lagi.

"Kalian lagi ngapain?" Tanya Indah sambil melangkah mendekat ke mereka.

"Ini loh si Arum, pacarnya Naga ngupload foto kayak lagi diruangan rumah sakit terus ngetag Naga. Captionnya gws sayang" sahut Cinta.

Indah dan yang lainnya langsung terkejut. Mereka baru sadar ternyata ketua kelas mereka sedang dirawat.

"Pulang sekolah kita jenguk dia. Yang mau ikut, ikut aja. Yang gak bisa juga gapapa. Kita beliin dia buah kali ya?" Tanya Indah meminta saran.

"Iya pake duit kas tapi Ndah" sahut Angga.

"Iya gampang itu"

"Lo sama gua nanti" bisik Riko membuat Indah mengernyitkan dahinya.

"Lo kan gak ba--"

"Siapa bilang? Gua udah bawa motor kali"

Indah melotot. "Lo itu bandel banget sih. Gak bisa dikasih tau pake bahasa manusia"

Riki meringis lalu mengedipkan matanya. "Gua udah sembuh sayang. Udah dari sebulan yang lalu. Elonya aja yang lebay pake gak bolehin gua bawa motor segala"

"Pokoknya gua gak mau ikut lo. Kalo mau celaka gak usah ajak-ajak. Gua pake angkot juga jadi kesana"

Riki menggeleng. "Jangan naik angkot. Ntar lo keringatan"

"Bodo ahh. Mending keringatan daripada kecelakaan"

"Huss omongan itu disaring dulu mbak. Makanya doain yang baik-baik"

"Gua naik gojek aja juga jadi" kata Indah bersikeras.

Riko menggeleng frustasi. "Jangan yank. Ntar keenakan abang gojeknya dipeluk sama lo. Mending peluk gua kan?"

"Menjijikan sekali anda mas"

"Ahh masa sih mbak?"

"Iyuhhh. Udah ah" kata Indah lalu kembali menagih uang kas meninggalkan Riko yang sedang menertawakannya.










1737 kata. Gak nyampe 2000 udah gua publish aje. Maapkan gua guys. Capek ngetiknya. Otak juga lagi buntu jadi ya beginilah hasilnya. Gua kasih target untuk kali ini dahh. Biar makin semangat gua ngelanjutnya.
10 Vote baru gua next. Kurang dari itu gua mikir-mikir dulu. Karna gak enak saat ngepublish tapi gak ada yang baca, gak ada yang ngeklik bintang dan ngomen :) mengertilah hati seorang Author.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
82.8K 5.5K 54
Singkat cerita Fano dan Nara harus pacaran, padahal mereka tidak saling menyukai satu sama lain dan juga masih asing. Itu semua karena permainan yang...
1.2K 143 12
Semesta tidak mengerti akan luka. Semesta hanya suka bercanda. Start-05-Februari-2024 Senin Finis-07-Mei-2024 Selasa
9.6K 1.6K 66
❝Saya titipkan Ifah padamu, Nak.❞ Daffa dan Ifah adalah teman masa kecil, yang sama-sama menyukai puding mangga. Setelah lama tak bertemu, akhirnya m...