The Last Blue

By Arasther

274K 23.8K 4.9K

Bagaimana jika identitas keluargamu ditentukan dari warna mata? Seperti... Pemilik mata hijau, YinYang di dun... More

Tempat Apa Ini?
Ada Seseorang
Pesan
Orang Aneh dan Penguntit
Bukan Seseorang
Malam Pertama di Rumah Baru
Janji
Biru Kuadrat
Mata dan Identitas
Sejarah yang Hilang
Roh Jahat
Rumah Cermin Balfas
Malaikat Hitam Gallchother
Tanda
Lubang di Pohon
Saudara Perempuan
Potongan yang Diawetkan
Dress Biru
Pesta Abu-abu
Teka-teki
Tiga Bangsawan
Hantu Sekolah
Wujud Asli atau Palsu
Hari yang Panjang
Tukang Bohong
Teror Toilet Sekolah
Wilayah Para Ular
Sejujurnya
Tak Ada yang Abadi
Keluarga Svartelli
Selamanya Ganjil

Bad Mood

11.5K 1K 66
By Arasther

Sorry late update, author lagi uas soalnya, hehe... here enjoy the story (~'v^)~

Foto Blu di mulmed yha.. (;

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

-Blu-

Entah kenapa pagi ini aku malas sarapan. Rasanya aku sudah kenyang. Huh, kenapa pindah ke tempat yang sepi begini sih. Bikin bad mood.

"Cepat habiskan sarapanmu, nanti terlambat ke sekolah, Blu!" Kata Papa dengan suara beratnya yang terdengar cukup memaksaku.

"Aku tidak lapar, Pa." Aku hanya mengetuk-ngetukan sendok ke piringku yang makanannya belum kulahap sama sekali.

"Eh, sudah jam tujuh. Blu siap-siap dulu, sarapannya dijadikan bekal saja ya." Kata Mama sambil menyiapkan kotak bekalku.

"Iya, Ma." Suaraku benar-benar datar juga senada dengan wajahku. Oh sial kenapa aku kena bad mood.

"Aku berangkat." Ucapku.

"Hati-hati di jalan!" Jawab Mama disertai dengan lambaian tangannya.

"Dah!"

Inilah hari terburuk yang pasti datang. Hari dimana aku harus masuk ke gerbang sekolah memasuki wilayah neraka dan mulai semuanya dari nol.

Hh.. sekolah..

Memperkenalkan diri di depan kelas, cari teman baru, cari bahan obrolan, pergi ke kantin, main, belajar, gosip. Agh, sangat-tidak-penting-dan-membosankan-tau.

Tapi yang paling buruk. Aku paling benci perkenalan.

"Perhatian anak-anak! Hari ini kita ada murid baru dari Kota San!" Ucap seorang guru di sebelahku dengan suara yang sangat lantang.

"Silakan perkenalkan dirimu," ia memandangku dengan tatapan ayo-kenalkan-dirimu.

"Em... Selamat pagi, namaku Bravey Luciann. Kalian bisa memanggilku Blu. Senang bertemu kalian semua." Ucapku yang membuat seisi kelas hening karena ini rekor perkenalan tersingkat.

"Perkenalkan dirimu dengan lengkap, Luciann," matanya menatapku lekat-lekat namun bibirnya tersenyum. Dasar wanita aneh. Ia bawel sekali sih, menyuruhku memperkenalkan diri dengan lengkap pula.

"Aku.. tinggal di Jalan Scythe nomor.. hem, aku lupa. Hobiku mengoleksi sneakers dan berpetualang, sekian." Ucapku cepat-cepat ingin mengakhiri perkenalan sialan ini.

Tiba-tiba kelas menjadi sangat hening. Orang-orang satu persatu lalu mulai bergosip. Aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun aku mendengar suara bisikan nama jalan rumahku. Apa-apaan itu?

"Baiklah, Luciann. Silakan pilih tempat duduk yang kau mau. Ibu sarankan jangan pilih yang paling belakang pojok kiri itu. Kursi itu tidak boleh diduduki," Ia menatap bangku pojok itu dengan intens. Lalu ia mempersilakanku pergi memilih.

Di kelas ini ada sisa lima bangku yang kosong. Kalau yang pojok kiri belakang itu sudah pasti tidak akan kududuki. Lagi pula aku juga tidak suka duduk di belakang. Kalau yang baris ke tiga ini, ah anak sebelah kelihatannya memandangku sinis. Yang depan ini saja deh kalau gitu. Anak sebelah kursi ini terlihat pendiam.

"Hey, boleh aku duduk sini?" Tanyaku dengan anak sebelah yang sedari tadi sibuk menulis sesuatu di bukunya.

"Ya. Duduk saja," ia menjawab bahkan tanpa menolehku.

Beberapa menit kami diam tanpa sepatah kata. Pandangannya benar-benar tidak lepas dari buku yang sedang ditulisnya.

"Um, namamu siapa?" Aku mencoba memecah keheningan aneh ini.

"Jangan berbasa-basi denganku, kalau kau bosan duduk sini pindah saja sana, jangan ganggu aku. Aku sedang belajar," Jawabnya dengan tatapan marah ingin mengusirku ditambah lagi bola matanya agak melotot. Aku kaget, bukan karena dia memelototiku. Matanya berwarna oranye.

Cukup aneh kalau dilihat-lihat sama sekali bukan softlens. Kalaupun ia pakai softlens bukannya keterlaluan kalau ke sekolah pakai softlens warna oranye?

"Hah, matamu kok oranye?" Tanyaku keceplosan.

"Memang," jawabnya ketus.

Sial anak ini membuatku tambah bad mood. Sepertinya aku salah pilih tempat duduk.

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

Ceritanya pendek ya, ehehe.. maaf ya, thor gak sempet ngetik banyak-banyak besok uas fisika ;_; doain semoga soalnya mudah ya..

Hohoho.. biar updatenya lama 6 VOTE UNTUK NEXT CHAPTER

*Give vomments*

Thankieezz
-Arasther-

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 57.9K 106
SEDANG TAHAP REVISI seorang namja cantik dan manis yg kehidupannya sangat menyedihkan karna di jual oleh ayah nya sendiri semata mata hanya demi mend...
6.4M 476K 25
[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Syafira tak menyangka apartemen yang disewanya ternyata berhantu. Pantas saja harga sewanya sangat murah dan para t...
2.1M 125K 53
APA LIAT-LIAT? SINI MAMPIR! [π…πŽπ‹π‹πŽπ– 𝐃𝐔𝐋𝐔 π’π„ππ„π‹π”πŒ 𝐁𝐀𝐂𝐀!] [ NOTE. SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT] GENRE : BUCIN...
17.2K 1.7K 51
Perjalanan Candini dan Larantuka dalam mencari Penawar Racun Tujuh Langkah kembali dikisahkan, dalam empat puluh dua hari tersisa hingga racun meren...