Beautiful Lie MYUNGYEOL (END)

De yukoook11

15K 1.1K 238

ON EDITING! Aku adalah kebohongan terindah untukmu Kim Myungsoo. Another story from me Nona Yupi MYUNGYEOL Y... Mai multe

Beautiful Lie 1
Beautiful Lie 2
Beautiful Lie 3
Beautiful Lie 4
Beautiful Lie 5
Beautiful Lie 6
Beautiful Lie 7
Beautiful Lie 8
Beautiful Lie 9
Beautiful Lie 10
Beautiful Lie 11
Beautiful Lie 12
Beautiful Lie 13
Beautiful Lie 14
Beautiful Lie Trailers
Beautiful Lie 15
Beautiful Lie 16 (1) End

Beautiful Lie 16 (2) End

1K 83 37
De yukoook11


Mereka hanya dua manusia yang sedang menjalani hidup dan takdir. 

.
.

Bagaimana aku menjelaskannya lagi padamu...

Aku membencimu...

Tetapi hatiku berkata lain...

Bahwa aku mencintaimu...

.
.

Udara cukup bagus hari ini, langit berwarna biru dan cerah sekali seakan mendukung kegiatan yang kini Sungyeol lakukan, ya dia sedang belajar melepaskan, Sungyeol menaburkan abu Daeyeol begitu saja di lautan lepas, dia tersenyum kecil lalu menatap Myungsoo di sampingnya.

"Apa perasaanmu jauh lebih baik?" tanya Myungsoo, dia mengelus pelan kepala Sungyeol.

"Mungkin," kata Sungyeol mengambang lalu melirik Myungsoo di sampingnya yang memandang laut lepas Jeju. "Kurasa kau membuatku merasa sangat baik saat ini," sambung Sungyeol.

Myungsoo tersenyum lega, dia mengambil abu yang tinggal setengah di dalam guci kecil dalam genggaman Sungyeol. "Ini karena Daeyeol, aku tahu dia telah memberi keajaiban dari atas sana," tukas Myungsoo lalu menaburkan abu milik Daeyeol ke laut lepas.

Jemari Sungyeol mengerat, ia tahu semuanya telah berakhir, ya hari-hari gelapnya kini sudah berakhir, karena ada seseorang yang kini berdiri di sisinya membawa sebuah lentera untuk menerangi hidupnya, Sungyeol tak bisa memikirkan bagaimana ia harus berterimakasih, berterimakasih pada Myungsoo yang tak pernah menyerah akan dirinya.

Tak ada lagi Hoya dan Woohyun yang akan membuat harinya gelap, kini hanya ada Myungsoo yang akan selalu menerangi hari-harinya. Senyum itu kini terpampang jelas di wajah Sungyeol, senyum yang selama ini hilang darinya.

Kapal yang Myungsoo dan Sungyeol taiki kini berhenti di dermaga, mereka masih bungkam setelah percakapan singkat itu, seakan masih sibuk menikmati waktu-waktu damai ini.

Kaki Myungsoo yang pertama menginjak jembatan kayu dermaga, dia menoleh menatap Sungyeol yang bergeming di pinggir deck kapal.

"Ayo, Sungyeol..." ajak Myungsoo sembari mengulurkan tangannya.

Sungyeol menatap tangan itu, tangan yang selalu meraihnya kapanpun, Sungyeol sudah memutuskan untuk takkan pernah melepaskan tangan yang selalu meraihnya, dia sekarang percaya bahwa Myungsoo adalah kebahagian yang dikirimkan oleh orang tuanya dan Daeyeol dari surga.

Sungyeol percaya bahwa ia mencintai Myungsoo. Satu-satunya pria yang ia cintai.

.

.

Woohyun berdiri di sana, memandang tajam ke arah kapal yang baru saja menepi di dermaga, tidak pernah ada yang lepas darinya selama ini, tak pernah ada. Sekalipun itu Sungyeol yang selalu berhasil kabur.

Polisi telah menjadikan dirinya brunonan, sementara Sungjong masih setia mengikuti Woohyun. Ada yang ingin membuat Woohyun terbahak, sekarang Sungyeol tersenyum bahagia bersama Myungsoo, orang yang jelas-jelas adik dari Hoya, laki-laki yang telah membunuh Daeyeol, lucu sekali.

Topi hitam dan jaketnya kini Woohyun eratkan, dia tetap harus waspada, matanya kini berpaling dari kedua sosok yang sedang menikmati kebahagian itu, tetapi ada senyum tersembunyi yang terselip di wajahnya. Mereka belum tahu siapa Woohyun. Keturunan terakhir Tuan Harada.

Malam ini tak ada lagi yang mengganggu pikiran keduanya, Sungyeol maupun Myungsoo sudah mampu menata lagi hidup mereka, bagi keduanya hari-hari ini adalah kebebasan yang mereka dapatkan setelah menunggu setelah sekian lama. Myungsoo sengaja mengajak Sungyeol makan malam di sebuah restoran sederhana di pinggir pantai Jeju yang indah, hanya ada beberapa meja, dan dihiasi lilin temaram. Hamparan pasir yang mereka pijak bahkan terasa hangat.

Suara ombak menerpa telinga Sungyeol bahkan angin terasa amat lembut, dia menatap tak percaya ke arah Myungsoo.

"Ini hanya sesuatu yang biasa, kurasa kau akan menyukainya," ucap Myungsoo dengan senyum khasnya.

Sungyeol menggeleng pelan, lalu tersenyum menatap pantai lepas kemudian wajah Myungsoo. "Ini lebih dari biasa, sangat-sangat indah."

"Terimakasih," gumam Myungsoo.

Pesanan telah tersaji, nasi abalon dan salad gurita juga sebotol wine.

"Kau suka dengan gurita?" tanya Myungsoo. Dia menatap geli Sungyeol yang membuka mulutnya lebar saat piring salad itu tersaji dihadapannya.

"Bagaimana kau tahu," kata Sungyeol tak percaya dengan mata yang tak lepas memandang potongan gurita segar itu.

Myungsoo tersenyum simpul, lalu menyendokkan salad gurita itu ke atas piring Sungyeol. "Aku ini Santa," tukas Myungsoo sambil tertawa kecil.

"Huh?" Sungyeol menautkan alisnya bingung, tetapi kemudian ia juga ikut tertawa geli, entah kenapa tetapi Myungsoo telah mengatakan hal konyol. "Kau tidak memiliki jenggot dan perut buncit, Myungsoo."

Myungsoo menggaruk kepalanya aneh. "Aku Santa yang atletis," ucap Myungsoo.

Sungyeol memandang wajah Myungsoo. Dia tersenyum lebar, senyum yang sangat-sangat tulus. "Kurasa kau akan kewalahan, kau tahu sejak kecil Santa menahan hadiah untukku, kau akan membungkus kado setiap hari Myungsoo, Santa atletis tidak membungkus kado," jawab Sungyeol.

"Aku punya tongkat ajaib, itu akan langsung terbungkus."

"Kau ini penyihir?"

"Oh, mungkin juga." Myungsoo mengangguk cepat lalu tertawa.

Nasi abalon itu sudah habis setengah sementara salad gurita itu sudah berpindah ke perut Sungyeol. Dia menatap takjub ke piringnya.

"Kau tahu sepertinya makanan di piring ini tersapu ombak."

Myungsoo tertawa kecil, dia melirik Sungyeol yang wajahnya memerah, sudah sangat lama ia tak melihat senyum itu, tawa itu, Myungsoo bersyukur akhirnya ia dapat membuat Sungyeol kembali bahagia, ya benar-benar bahagia seperti saat ini, melupakan semua kejadian buruk dan kenangan pahit itu, juga menyembuhkan luka bersama.

"Ingin sepiring lagi? Aku ini Santa," kata Myungsoo sembari mengangkat sebelah alisnya sudah lama sekali ia tak menggoda Sungyeol.

"Baiklah Tuan Santa ini saja sudah cukup."

Myungsoo menarik jemari Sungyeol dan menggenggamnya.

"Aku benar-benar akan menjadi Santamu Sunyeol, berjanjilah untuk selalu percaya padaku. Kau seperti anak-anak bagi Santa, kau penuh harapan dan doa, kau adalah sesuatu yang membuatku tetap bertahan. Jadi kumohon bertahanlah..." Myungsoo memandang lurus ke iris coklat Sungyeol.

Air mata Sungyeol menetes seketika, bukan lagi hati yang sakit melainkan hati yang bersyukur. Sungyeol membuka mulutnya kecil lalu menutupnya lagi. Tangannya terangkat menyentuh pipi tirus Myungsoo.

"Aku mencintaimu."

"Sungyeol..."

"Aku sungguh mencintaimu Myungsoo," ucap Sungyeol lagi seakan ia mampu mengatakannya beribu-ribu kali dengan hati yang tulus.

Tubuh Myungsoo bergetar hebat, dia menggigil mendengarnya. Sungyeol sungguh-sungguh mencintainya.

Lalu kemudian tak ada kata-kata lagi yang terucap tergantikan oleh kecupan hangat Myungsoo di kening Sungyeol, lama bibir tipis itu terdiam sebelum akhirnya Myungsoo melepasnya dan menghampiri Sungyeol lalu memeluknya erat.

Sungyeol duduk dengan semangat di halte dekat restoran yang baru saja ia kunjungi, Myungsoo bilang untuk menunggunya sebentar, ada sesuatu yang ingin Myungsoo tunjukkan pada Sungyeol.

Rasa aneh menyerang Sungyeol, sesuatu yang ingin Myungsoo tunjukkan, apapun itu Sungyeol penasaran.

Ia memandang jalan raya yang ramai, lampu kendaraan yang lewat menghiasi pandangannya. Pohon sakura juga mulai bermekaran, indah sekali seakan-akan ini surga yang dihadiahi untuknya. Setelah menjadi anak yang baik ia mendapatkan sebuah hadiah.

Senyum itu tak pernah pudar lagi dari wajah Sungyeol, memorinya memutar kembali kenangan bertahun-tahun lalu. Liburan bersama keluarganya sebelum kecelakaan hebat itu. Piknik bersama di bawah pohon sakura, makan sushi buatan Ibunya, bermain kasti bersama Ayahnya, lalu memancing ikan bersama. Kenangan itu kini mampu Sungyeol ingat lagi, mampu ia putar lagi dengan rasa rindu.

Tak pernah ia pikirkan bahwa sekarang ia mampu mengukir hal indah lagi, ia mampu hidup dengan bahagia seperti apa yang Daeyeol pesankan padanya. Ia tidak menyesal, Sungyeol bersyukur memiliki Myungsoo.

Myungsoo berjalan cepat bahkan setengah berlari, ia tersenyum lebar, merasa suka cita, Myungsoo ingin melakukan hal yang ajaib lagi untuk Sungyeol.

Langkahnya berhenti di sebuah toko aksesoris, dia mengatur napasnya terburu, pintu kaca putar itu Myungsoo dorong hingga suara lonceng terdengar. Myungsoo berdiri dan pandangannya menggeledah isi toko hingga ia menemukan barang itu.

Myungsoo tersenyum lebar lalu menunjuk barang yang ia butuhkan.

"Silahkan Tuan," ujar sang penjaga toko.

.
.

Dalam penjara adalah hal yang tak pernah terlintas di benak Hoya. Dia terus mengutuk, hal-hal yang ia lakukan adalah sia-sia. Hoya tertawa hambar mengingat putusan hakim pada sidang. Hukuman seumur hidup. Itu lelucon 'kan?

Di kursi itu Hoya terduduk, hanya memandang jendela kecil. Adik kecilnya sudah berubah, oh sejak kapan Hoya menganggap Myungsoo adik kecilnya, bukankah selama ini Hoya hanya menganggap adiknya adalah penghalang untuk mendapat segalanya, Myungsoo hanya sesuatu yang tak pernah Hoya sayangi. Entah sejak kapan hati Hoya menjadi begitu dingin, dia berubah terlalu jauh, dia bahkan telah kehilangan dirinya sendiri.

Saat setelah persidangan usai, sekertaris Park memberikan surat dari Ayahnya, Tuan Kim. Hoya tak pernah memikirkan apa yang akan tertulis di sana.  Hingga akhirnya ia membaca surat itu.

Kalau nyatanya bukan dukungan dan pembelaan untuk mengeluarkan dirinya dari tempat busuk ini. Melainkan Hoya telah dibuang oleh Ayahnya sendiri. Dia hanya jadi sampah yang harus disingkirkan. Kasus pembunuhan dan bisnis gelap yang Hoya lakukan membuat para pemegang saham cemas.

Hoya meremas surat itu. Dia telah dibuang. Hanya kalimat itu yang Ayahnya pikirkan. Padahal selama ini Hoya selalu berdiri di sisi Ayahnya. Saat Ayahnya menemukan wanita lain dan bercerai dengan Ibunya, Hoya berdiri di sisi Ayahnya mendukung dengan sepenuh hati tetapi sekarang apa yang ia dapat? Sebuah penghianatan kejam.

"Aku berhenti," gumam Hoya menyeringai.

Hoya menarik selimut kusam yang menjadi alas. Mengikatnya di pipa besi di atap.

Kakinya melangkah naik ke atas kursi.

Hingga kemudian...

Kaki Hoya tak menapak lagi di atas kursi.

Tubuhnya menggantung di udara dengan tali kain yang ia ikat di atas pipa.

Sekarang ia benar-benar berhenti untuk selamanya.

.
.

Sungyeol masih menunggu, dia melihat jalan di depannya, beberapa orang menyebrang dan berjalan melewatinya. Dia berharap di antara orang-orang itu ada Myungsoo.

Lampu penyebrangan orang kini berwarna hijau. Tetapi tak ada lagi yang menyebrang. Sungyeol menatap lurus, lalu matanya memfokus, seseorang berdiri di sebrang sana dengan kostum Santa. Itu aneh sekali. Bahkan natal saja masih sangat jauh.

Sungyeol berdiri. Dia berjalan hingga ke tepi jalan. Lalu ia tahu siapa sosok Santa di sebrang sana. Itu Santa Myungsoo. Benar-benar.

Myungsoo memakai kostum Santa dengan tanpa perut buncit dan jenggot, dia itukan Santa Atletis. Sebuket besar mawar putih dia genggam. Myungsoo tersenyum lebar, dia bahkan sekarang sedang melambaikan tangannya pada Sungyeol yang berdiri di sebrang sana.

"Tunggu aku di sana!" seru Myungsoo keras.

Lampu penyebrangan masih hijau, Myungsoo berjalan cepat menyebrangi jalan dengan senyum terkembang hingga matanya menyipit. Dia tak tahu kalau jalan yang lebarnya hanya sepuluh meter begitu jauh untuk saat ini padahal kenyataanya dia memang tak bisa menunggu lagi.

Tetapi langkah Myungsoo tak pernah sampai pada Sungyeol, tubuhnya tiba-tiba saja terlempar ke atas lalu berguling di aspal yang dingin. Suara benturan itu menghantam telinga Myungsoo hingga ia tak mampu mendengar apa-apa. Tubuhnya terasa kaku dan mati rasa.

Mobil itu menghantam dengan kuat tubuh Myungsoo. Di dalam sana sang pengemudi sedang tersenyum menang. Dia menoleh ke belakang melihat dengan puas.

Myungsoo menatap langit gelap dengan taburan bunga mawar yang berterbangan di langit hingga jatuh di tubuhnya, matanya bergerak sesekali, hingga ia menatap iris coklat milik Sungyeol yang basah.

.
.

Woohyun salah, dia belum sama sekali menang, walaupun berhasil menghancurkan Myungsoo dan Sungyeol. Mobil Woohyun baru saja meninggalkan tempat kejadian itu beberapa meter, Tuhan itu ada, Woohyun seharusnya tahu karma itu ada. Mobil itu hanya berjarak beberapa senti lagi sebelum akhirnya bertabrakan dengan sebuah truk besar.

Hingga cahaya lampu itu menghantam Woohyun membuat laki-laki itu berhenti, ya Tuhan telah menghentikkannya untuk selamanya.

.
.

"Myu—ng..."

"Hu...jan.." lirih Myungsoo. Itu kata terberat yang pernah ia ucapkan.

Bukan, itu bukan hujan melainkan air mata yang jatuh dari mata Sungyeol. Hujan takkan sesakit ini. Hujan takkan sedingin ini.

Sungyeol mengigil di atas tubuh Myungsoo. Kenapa harus terjadi. Setelah semuanya kenapa harus Myungsoo.

"Bangunlah...Myungsoo..." Sungyeol tak tahu dia merasa kepalanya menjadi kosong. Hatinya bahkan kini tenggelam di dasar laut yang gelap.

Sungyeol hanya bisa gemetaran dan menangis.

"Hadiahmu." Myungsoo melirik buket bunga yang hancur itu. "Maafkan... aku...," tangan Myungsoo meraih pipi Sungyeol susah payah. "Sungyeol...," lalu jatuh begitu saja.

"Myungsoo!"

.
.


Beautiful Lie

Ruangan putih itu terlihat indah, di berbagai sudut terdapat bunga. Warnanya senada, putih ya sebuah warna yang memiliki arti dalam bagi Sungyeol.

Hari-hari berlalu dengan cepat, hingga musim sudah berganti empat kali. Bahkan ini sudah setahun lebih setelah kepindahannya dari pulau Jeju.

Kota dengan seribu perbedaan yang tak pernah Sungyeol tahu, Sungyeol memandang jendela yang terbuka, langit masih biru bahkan cerah sekali. Dia duduk dan memandang bingkai foto itu dengan senyum teduhnya.

"Sungyeol-ah," seorang pria dengan setelan jas hitam yang mempesona kini berdiri di sampingnya.

Sungyeol mendongak, dia tersenyum kecil lalu menunduk.

"Apa kau sudah siap?"

Sungyeol mengangguk kecil. "Aku siap Sunggyu-ah," tukasnya.

Pria itu Sunggyu, dia menyerahkan sebatang mawar putih yang berhiaskan pita pada Sungyeol.

"Baguslah, aku menunggumu di luar, semuanya juga tidak sabar, kau terlihat sangat sempurna, berdirilah dengan bahagia di altar nanti," Sunggyu tersenyum teduh menatap Sungyeol lalu memeluknya.

"Aku bahagia sekali... Sungyeol, sungguh bahagia, kau tahu?" bisik Sunggyu.

Sungyeol mengelus punggung Sunggyu pelan dan balas memeluknya.

"Terima kasih Sunggyu..."

Kakinya melangkah menginjak karpet merah yang terbentang lurus di atas rumput menuju altar kecil di ujung sana. Setelan jas warna putih itu membalut tubuh Sungyeol dengan sempurna. Matanya menatap lurus ke depan, di sana seorang pastur dan Sunggyu berdiri menunggunya.

Juga...

Seorang yang paling ia cintai...

Pria itu berdiri dengan gagah...

Menunggu Sungyeol berdiri di sebelahnya, menanti untuk mengucap janji sampai mati.

Santa yang selalu memberi keajaiban untuk Sungyeol.

Myungsoo dia adalah pria itu. Pria yang akan mengucapkan janji setia bersama Sungyeol.

Karena bibir mampu berkata bohong dengan sangat sempurna...

Tetapi hati takkan pernah bisa berbohong...




END

TERIMAKASIH UNTUK KALIAN SEMUA, PEMBACA SETIA FF INI.

Akhirnya setelah tiga tahun cerita ini tamat. Setelah melewati waktu yang lama, saat-saat aku pernah meninggalkan ff ini dalam waktu satu tahun lebih. Maaf banget untuk pembaca setia.

Semoga ini bisa menjadi sesuatu yang membuat kalian ingat akan cerita ini. Gak banyak yang bisa aku kasih tapi aku cuma mau bilang terimakasih. Aku mau bilang terimakasih.

9 Oktober 2016

Ini hari bersejarah, akhirnya aku namatin Ff hehehehe :''')

Pokoknya maaf banget kalo endingnya .... Ya begitulah.

Tapi aku merasa bahagia saat ngetik kata END di sini.

Walau aku bakal kangen sama cerita ini.

Untuk karakter yang aku bunuh, aku minta maaf, dan kalian sudah memainkan peran dengan sangat bagus aku sangat berterimakasih.

Untuk Sungyeol dan Myungsoo semoga bahagia selalu.

Akhir kata

Terimakasih

Aku Nona Yupi cinta kalian semua :'')

Bye bye :)

Continuă lectura

O să-ți placă și

1.4M 81.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
9.8M 883K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
Making Dirty Scandal De Andhyrama

Polițiste / Thriller

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...