Bendahara Kelas [Completed]

By Akuelalala

1.3M 73.1K 1.2K

"Kalian pikir jadi bendahara itu gampang?" Kalimat itulah yang keluar dari mulut seorang gadis yang baru dudu... More

bendahara? huhh
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
bukan update
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
10 Fakta
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50 ( Ending )
bendahara pensiun.
For Your Information
UPDATE
Visual
Yang ikhlas waktu dan tenaga

Bab 4

31.6K 1.6K 36
By Akuelalala

"Pagi Ndah." sapa Riko saat melihat Indah dan Evan datang lalu langsung duduk dibangkunya.

"Hahaha" tawa Evan yang menyadari Indah tak menghiraukan sapaan Riko.

"Apasih lo ketawa-ketawa? Berisik tau gak." sinis Indah sambil menyenderkan kepalanya ditembok. Posisi Indah dan Evan duduk itu barisan pojok meja ketiga tepat di dekat jendela kelas dan Indah kini sedang duduk menghadap Evan.

"Ish Van gua lagi pengen ke danau ni, pulang ke danau yuk, ajak Yana juga." kata Indah.

"Kalian aja, gua skip dulu, gua kan mau jalan sama Sinta."

"Aishh Evan mah gak asik, mentingin cewek lo aja mulu, seketika Gua dan Yana jadi orang yang gak berharga dimata lo." kata Indah sambil mengerucutkan bibirnya.

"Mulai deh dramanya, yang bilang lo dan Yana gak berharga itu siapa sih? Gua ngerti Ndah tapi lo juga harus ngerti kondisi dimana gua harus bareng sahabat atau bareng pacar gua." jelas Evan.

"Hmm iya gua ngerti " kata Indah sambil mengeluarkan buku kasnya.

"Minggir." kata Indah saat ia melewati Evan sambil membawa buku kasnya. Lalu ia duduk dimeja guru.

"Uang kas uang kas." teriak Indah membuat beberapa teman sekelasnya menutup kuping karena suara melengkingnya.

"Ranti bantuin gua sini!" kata Indah. Rantipun mendekat kearah Indah.

"Gua ngapain?" Tanya Ranti.

"Lo yang contrengin siapa yang bayar, biar gua yang nagih."

"Tia, Cinta uang kas kalian 15 ribu." kata Indah yang mendatangi bangku Tia dan Cinta sambil menengadahkan kedua tangannya.

"Buset dah ni anak saking menjiwainya, gak liat catatanpun dia tau siapa aja yang nunggak." kata Tia sambil menyodorkan selembar 20 ribunya.

"Gak usah diangsul, 5 ribunya buat minggu depan." kata Tia lagi.

Indahpun menerima uang tersebut. "Yang mau ngangsul siapa?" Kata Indah tersenyum miring.

"Lo Ta." kata Indah sambil menengadahkan tangannya lagi pada Cinta yang sedang menyengir.

"Besok deh Ndah, gua lagi gak ada duit ini." kata Cinta.

"Gak ada duit, ntar dari kantin bawa banyak cemilan." sindir Indah sambol mendatangi teman-temannya yang lain.

"Siapa lagi yang belum gua tagih?" Tanya Indah sambil menghitung uang-uang yang dikumpulkannya tadi.

"Riko." jawab Ranti yang membuat Indahmembelalak.

"Lo aja yang tagih ya Ran, gua males sama dia." pinta Indah.

"Apalagi gua Ndah, gak mau ah ntar dia bikin gua mewek lagi." kata Ranti.

"Sekali ini aja lo gak usah mewek bisa? Gua lagi gak mood buat nagih dia."

"Enggak ah, Indah lo jangan gitu dong." kata Ranti dengan suara bergetar. Tuh kan baru disuruh sama Indah aja dia udah mau nangis apalagi kalo dimarah-marahin.

"Huhh iya yaudah gua aja." kata Indah sambil mengambil buku kas yang berada ditangan Ranti, lalu ia mendatangi meja Riko yang berada dipojok kanan belakang, ia duduk dengan Angga.

"Gua udah bayar kas Ndah." kata Angga saat melihat Indah berdiri dihadapannya.

"Gua gak nagih lo." kata Indah.

"Terus?"

"Gua nagih dia." kata Indah sambil melirik Riko sekilas. Yang dilirik hanya tersenyum simpul lalu memasang headset ke kupingnya.

"Dia ngapain coba?" tanya Indah.

Angga pun mengangkat hp Riko yang tersambung ke headset memperlihatkannya ke Indah.

"Lo pikir dia lagi baca yasin?" Tanya Angga yang membuat Indah jengkel.

"Bacot lo Ngga." umpat Indah.

"Ditagih malah gitu, minggir lo Ngga." kata Indah yang mengusir Angga.

"Huh" kata Angga sambil berlalu membiarkan Indah menduduki bangkunya.

"Kalo lo gak nunggak, gak bakal gua mau deket-deket sama lo gini." gumam Indah pelan.

Indah menepuk-nepuk bahu Riko. Tapi Riko tak bergeming membuat Indah kesal.

Saat Riko memejamkan matanya Indah mengambil hp Riko lalu mematikan lagu yang sedang didengar Riko membuat Riko membuka mata sekaligus headsetnya.

"Apa?" tanya Riko.

"Bayar uang kas."

"Apa? Gua gak denger."

"Budeg, bayar uang kas." teriak Indah.

"Gak ah, sayang duit gua." kata Riko.

"Yaudah kalo gak mau bayar." kata Indah sambil berdiri dan berniat menuju mejanya. Tapi cekalan Riko dipergelangan tangannya membuatnya terdiam, lalu berbalik dan melepaskan cekalan tersebut.

"Kok gak maksa lagi?" tanya Riko.

"Buat apa? Kalo ujungnya lo tetap gak mau bayar, mending gua langsung aduin ke Bu Mita dibanding ntar akhirnya lo..." kata-kata Indah terpotong saat mengingat kejadian tersebut.

"Gua..apa?" Tanya Riko menautkan kedua alisnya.

"Lo gak usah sok lupa gitu, hal yang lo lakuin ke gua buat gua gak akan maksa lo lagi bayar uang kas." kata Indah.

"Oh jadi segitu aja kemampuan lo jadi bendahara kelas? Gak profesional lo." kata Riko tersenyum miring.

"Serah lo, bodo amat, gua males debat sama lo." kata Indah sambil kembali menuju ke bangkunya.

Tak lama terdengar ketukan dari pintu kelas kemudian muncullah Bu Mita yang masuk disertai salam, ohiya selain wali kelas dia juga guru Bahasa Indonesia.

Setelah berdoa dan pelajaran dimulai dengan murid-murid yang disuruh mengerjakan tugas. Kelaspun menjadi hening.

"Indah." panggil Bu Mita.

"Iya Bu." sahut Indah.

"Kemari kamu! Bawa buku kas kelas." perintah bu Mita.

Indah pun membawa buku kasnya menuju meja guru sebelum sesaat ia sempat-sempatnya menoleh ke arah Riko dan memberikan senyum miringnya.

"Ada yang nunggak?" tanya Bu Mita yang membuat Indah mengangguk.

"Siapa?"

"Riko Bu."

"Riko, kemari kamu!" panggil Bu Mita.

Dengan malas-malasan Riko maju kedepan kelas dan sekarang berdiri tepat disamping Indah.

"Kamu kenapa telat?" Tanya Bu Mita.

"Saya cowok Bu. Jadi gak bakal halangan, jadi saya gak tel.." kata-kata Riko terpotong oleh Bu Mita.

"Kamu tau saya lagi bertanya tentang apa, kenapa kamu malah jawab yang aneh-aneh?" tanya Bu Mita menggeleng-geleng.

"Kan Ibu bilangnya telat, biasa kan cewek pada histeris tu kalo tau haidnya telat datang nah terus.."

"Saya gak menyuruh kamu menjelaskan pemikiran kamu itu ya Riko." geram Bu Mita.

"Makanya bicara yang jelas Bu, masa guru bahasa Indonesia ngomong gak jelas." kata Riko yang membuat seisi kelas tertawa.

"Diam semuanya! Lanjutkan tugas kalian! " perintah Bu Mita.

"Kamu kenapa nunggak bayar kas Riko?" tanya Bu Mita.

"Saya gak nunggak Bu." bela Riko.

"Loh katanya Indah kamu nunggak."

"Hehh lo nunggak gak usah sok-sok lupa gitu." kata Indah yang melotot ke arah Riko.

"Coba ibu liat catatannya." kata Bu Mita sambil memeriksa buku kas.

"Nah Rik, ini cuma nama kamu yang belum dicontreng, berarti kan kamu memang nunggak." kata Bu Mita yang menatap Riko.

"Saya gak pernah nunggak, beneran deh Bu, ini semua salah Indah." kata Riko.

"Loh kok salah gua sih?" tanya Indah.

"Iya kan lo yang jadi bendahara, tugas lo tu ya nagihin anak-anak sekelas." kata Riko.

"Ya emang gitu kan tiap hari." kata Indah.

"Indah pilih kasih Bu." kata Riko.

"Maksud kamu?" tanya Bu Mita.

"Masa yang lain ditagih sampe dipaksa-paksa sama dia tapi saya enggak. Jadi ini bukan salah saya dong Bu, toh Indahnya aja terkesan males nagihinnyam" kata Riko yang memutarbalikan fakta.

"Setan." batin Indah.

"Riko bohong Bu, kalo Ibu gak percata tanya aja sama yang lain."

Terlihat Bu Mita yang mengacak rambutnya sendiri pertanda ia sedang pusing.

"Daripada kalian terus debat, mending ikut ibu ke kantor guru, kasian temen-temen kalian gak konsen ngerjain tugas karena kalian berisik." kata Bu Mita yang berdiri dari duduknya.

"Anak-anak Ibu tinggal sebentar ya, pokoknya Ibu balik semuanya udah harus selesai dan dikumpul ke Naga, paham!" kata Bu Mita.

"Paham Bu."

"Riko, Indah ikut Ibu." kata Bu Mita yang memimpin jalan.

"Setannnn" bisik Indah tepat ditelinga Riko.

"Berarti lo temennya setan." balas Riko sambil mengedipkan matanya.

"Iyuhhh, emang kita temenan?" tanya Indah dengan nada merendahkan.

"Ohiya lupa, lo bukan temen gua, tapi calpar gua."

"Calpar?"

"Calon Pacar." kata Riko sambil tersenyum sumringah.

"Najissss, amit-amit cabang bayi." kata Indah jijik.

"Hehh belum ada baby kok ngomongnya cabang bayi? Atau jangan-jangan.." kata Riko sambil memandangi perut Indah.

"Jangan-jangan apa?" tanya Indah bingung.

Riko mendekat dan mengusap perut Indah, "Disini ada bayinya" bisik Riko yang membuat Indah bergidik ngeri sekaligus kaget.

"Riko setannnnn." teriak Indah yang mendorong kencang Riko.

"Hahaha, becanda Ndah becanda, baperan amat deh." kata Riko.

"Ehemmmm." deheman seseorang menghentikan perdebatan mereka.

"Jangan teriak-teriak lagi ya Nak, kasian yang lagi belajar." tegur Pak Arif, kepsek mereka yang tengah mengelilingi sekolah untuk memantau dan melihat kegiatan yang dilakukan seluruh siswa.

"I.. iya Pak.. Maaf" ucap Indah yang gugup.

Pak Arif tersenyum lalu melanjutkan aksi melihat-melihatnya.

"Kalian ngapain masih disitu? Masuk!" Perintah Bu Mita yang bediri diambang pintu kantor guru.

Riko dan Indah pun bergegas menuju kantor guru dan berhenti saat didepan meja Bu Mita.

"Jadi yang salah siapa?" tanya Bu Mita yang menatap Riko dan Indah secara bergantian.

"Dia." kata Indah dan Riko serempak sambil menunjuk lawannya.

"Yaudah berarti kalian berdua yang salah, Indah kamu jadi bendahara yang profesional dong, kalo kamu tagih satu yang lainnya juga kamu tagih, kamu gak boleh memihak salah satu diantara temen-temen kamu." kata Bu Mita menasehati Indah.

"Tuuu Dengerin." kata Riko.

"Kamu juga, jadi siswa dikelas tu sadar diri, kalo bisa sebelum ditagih ya bayar duluan, jangan minta diingatkan terus." kata Bu Mita pada Riko.

"Lo yang harusnya dengerin." gumam Indah pelan.

"Ohiya ada satu hal lagi yang ingin ibu bicarakan dengan kalian." kata Bu Mita.

"Iya Bu, hal apa ya?" tanya Indah sopan.

"Yang kemarin itu kejadiannya bener?" tanya Bu Mita yang membuat Indah mengernyitkan dahinya, tanda ia tak paham. Berbeda dengan Riko yang mengangguk-angguk.

"Bener Bu, saya gak maksud seriusan, saya khilaf." kata Riko.

"Huhh, pasti tentang itu, Bu Mita aja tau, apalagi murid-murid lain ya." batin Indah.

"Lain kali jangan sampe kejadian lagi, cukup kali ini Ibu menanggung malu karena murid Ibu sendiri, mengerti?"

"Ibu gak marah?" tanya Indah.

"Buat apa? Udah kejadian juga? Kata orang nasi telah menjadi bubur, iya kan?" tanya bu Mita.

"Iya Bu, tapi kan bubur masih bisa dibuat enak dengan dicampurkan ayam, kerupuk, telur." sahut Riko membuat Bu Mita dan Indah tertawa pelan.

"Ibu gak marah sama kalian, Ibu tau kok masa putih abu-abu itu gimana, ya walaupun guru-guru lain mandang sinis ke Ibu karena kejadian kemarin tapi gapapa lah, pembelajaran buat Ibu agar lebih mengawasi kalian, kalian juga harus menjaga nama baik Ibu serta diri kalian sendiri, paham?" tanya Bu Mita.

"Paham Bu." ucap Riko dan Indah bersamaan.

"Yasudah kalian boleh kembali ke kelas dan jangan lupa kerjakan tugas tadi lalu dikumpul ke Naga. Ibu mau rapat sebentar, habis itu baru ke kelas lagi." kata Bu Mita.

"Baik Bu." kata Indah sambil berjalan keluar kantor guru diikuti oleh Riko.


















Maafkan typo yang bertebaran.
Juga kata-kata kasar disini, ini semua hanya untuk menghibur dan mengurangi kesan kaku pada cerita.
Maafkan juga kalo ini cerita sedikit melenceng, ini cuma buat lucu-lucu kok jadi dibawa enjoy aja yaa...
Yang mampir jangan lupa vote and commentnya yaa...
Makasih..

Ps : Ini lagi aku revisi tiap chapternya 😊

Continue Reading

You'll Also Like

296K 14.6K 39
"Kalau yang ngawasin cantik kayak lo, gue bakal mau dihukum tiap hari." Satu kata yang menggambarkan seorang Ralika, menakutkan. Ya, menakutkan dala...
2.9M 272K 68
"GUE SUMPAHIN LO SUKA SAMA GUE!" "Mimpi." __________________________________ Angkasa cuek, Starla hiperaktif. Angkasa tenang, Starla heboh. Angkasa r...
112K 4.5K 37
#1 Tellme (12 Juli 2019) #3 Farrel (12 Juli 2019) #3 Genta (15 Juli 2019) #16 kisahklasik (14 Juli 2019) #14 cintaremaja (14 Juli 2019) Attention : A...
1.4M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...