(TERBIT) Things I Can

By MuchtarIndah

93.7K 12.4K 1.9K

"You can't protect me from everything" TERBIT, Rp. 99.000 569 halaman contact WA 0838-2902-3843 for pre order More

Announcement
Sinopsis
Prolog
01. Dreamart
02. Art of Us
03. Don't Mind! Past Anyway
04. Abraham Collins
05. Don't Say To Her
06. Fortune
07. Together
08. Tease
09. Adaptation Task
10. A Disk
11. Diner
12. Damien Skylar
13. Lil' Damien
14. Almo
15. Jordan And Algie
16. What Party? Spider?
17. Their First Conversations
18. Spider Fever
19. That Momment
20. Who Is It?
21. Dr. White
23. Missing, Again?
24. Diva
25. Soteria
26. A Regrets
27. Intermission
28. Who Is Soteria
29. Are You Sure You Hate Her?
30. Find Another Fact
31. Mr. Simpson's Task (1)
32. Mr. Simpson's Task (2)
33. Our Dreams are the Top Priority
34. Dreams
35. Let's Get Out of Here
36. What's On Michael's Mind?
37. Step By Step
38. Gathered
39. Forecast
40. Asley Brown
41. What is Exactly Wrong With Makayla?
42. Diana Skylar
43. Leah Gray
44. Lovia
45. I Don't Wanna Born In Sky-FUCKIN-Lar
46. Maximus Black's Secret
47. Michael and Makayla's Very First Night

22. A Realtionship

1.2K 222 45
By MuchtarIndah

Tatapan Michael melembut saat Makayla dengan sangat jujurnya mengatakan jika ia sangat menyayangi Michael. Michael maupun Makayla tak pernah tahu jika jauh di dalam lubuk hati Michael, ia merasakan hal yang sama dengan Makayla. Bahkan mungkin, perasaannya lebih dalam dari apa yang baru saja membuat Makayla sadar itu. Keduanya hanya terlalu buta untuk tidak menyebut perasaan mereka sebagai anugerah indah yang pernah Tuhan berikan.

"Apa kau ingin aku membersihkan ini untukmu?" tanya Makayla yang pada kenyataannya tak sekuat sekarang. Sesungguhnya, ia ingin berlari dari rumah Michael lalu mengambrukkan dirinya ke ranjang kamarnya dan mengurung diri di sana selama mungkin. Tapi Makayla sadar betul jika apa yang dilakukan Michael adalah buah dari kesalahan Makayla. Dan ini waktunya untuk memperbaiki.

"Makayla?"

Tiba-tiba saja suara itu menginterupsi Michael dan Makayla yang sedang terkubur di pikiran masing-masing. Michael membesarkan matanya ketika Makala menoleh ke belakang dan melihat siapa yang datang.

Itu Lyla.

Lyla tiba-tiba melangkah ke teras rumah Michael yang luas dan melewati tubuh Makayla untuk berdiri di sebelah Michael. Tangannya merangkul tangan Michael seolah diri Michael adalah miliknya dan Makayla tak punya hak bahkan untuk sekedar menatap.

"Hai Lyla." Alis Makayla terangkat di saat Michael hanya diam tak berkutik seperti bingung harus melakukan apa dia sebenarnya.

Kenapa aku menjadi merasa sangat bersalah pada Makayla? Aku bebas melakukan apa pun tanpa sepengetahuannya. Aku bebas menyakitinya kapan pun karena memang itulah tujuanku hidup. Batin Michael tak mengerti dengan perasaan bersalahnya ini.

"Makayla, rumahmu di sini?" tanya Lyla yang dengan lempengnya masih bisa tersenyum tanpa memperhatikan jika Michael dan Makayla sedang dilanda rasa canggung yang hebat.

Jangan pernah bilang kau tetanggaku pada Lyla. Sekelebat bayangan itu tiba-tiba saja lewat di pikiran Makayla.

"Ah. Tidak kebetulan aku sedang lewat." Alibi Makayla masih membuat Michael membeku di tempatnya. Mata Lyla turun dan melihat makanan dan pecahan piring yang berserakan di teras rumah Michael.

"Apa ini punyamu?" tanya Lyla sambil menundukkan kepalanya menatap jijik pada kue yang sudah sangat tak enak lagi kelihatannya.

"Ya. Tadinya untuk Michael. Tapi ternyata jatuh."

Tiba-tiba saja Makayla dan Lyla tersentak saat Michael menarik pinggang Lyla dengan cepat dan...

Menciumnya.

Mata Lyla masih melotot kaget saat bibirnya dikulum oleh Michael dengan napas yang berderu. Sementara Makayla.

Makayla.

Entahlah.

Makayla terhenyak dan ingin mati berdiri saja ketika melihat pemandangan ini. Michael dengan sengaja mencium Lyla di hadapan Makayla yang mana membuat Makayla begitu sakit hingga bahkan ia tak bisa menggerakkan sendi-sendinya yang ingin segera melarikan diri dari tempat itu.

Dengan sigap Lyla melepas ciuman singkat Michael itu dengan kesusahpayahannya. Lyla menatap marah kepada Michael yang seperti sengaja menciumnya di depan muka Makayla hanya untuk membuat Makayla cemburu dan marah terhadapnya.

Pada kenyataannya Lyla bukanlah gadis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai semua keinginannya. Ia bisa membaca jika apa yang baru saja Michael lakukan hanyalah siasatnya untuk membuat Makayla tersakiti. Dan sesuatu baru menampar hatinya.

Apa Michael dan Makayla terlibat sesuatu yang berhubungan dengan perasaan? Kenapa aku tak pernah tahu? Begitu bisik hatinya.

Di sela-sela kesunyian antara mereka bertiga, Lyla menatap Makayla yang tertunduk dengan mengepal tangannya keras dan bergetar. Makayla menahan air matanya keluar, itulah yang terjadi. Lyla merasa sangat bodoh untuk tak menyadari jika adanya sesuatu antara Michael dan Makayla.

Dan itu membuatnya sangat marah kepada dirinya sendiri maupun pada Michael.

"Aku pulang." Kata Lyla dengan lesu.

Buru-buru Makayla mendongak, tak peduli sudah semerah dan seberkaca apa pun matanya, ia tetap menatap Lyla.

"Tidak Lyla. Aku yang akan pulang. Kumohon, tinggallah di sini." Ucapan singkat itu Makayla utarakan dengan langkah pasti yang menjauh dari Michael dan Lyla.

"Tapi, Makayla." Lyla hendak mencegah Makayla. Namun sebelum itu terjadi, Michael menahan tangannya agar Lyla tak bisa pergi ke mana pun dari sampingnya. Lyla menoleh pada Michael dengan kesal. Sementara Michael masih membuang muka dari tatapan Lyla.

"Apa maksudmu menciumku, huh?" Lyla menghempaskan genggaman Michael yang tak terlalu keras itu dengan mudah. Lyla membalikkan wajah Michael menatap ke arahnya. "Jawab aku Michael! Aku tak butuh ciuman seperti tadi itu. Tanpa rasa. Aku tak mau kau menciumku hanya untuk membuat Makayla cemburu. Itu bukan lelaki Michael." Sentak Lyla merasa kesal.

"Siapa bilang aku menciummu untuk Makayla? Itu konyol Lyla."

Sementara itu Makayla berlari dan memilih masuk ke dalam rumahnya memakai pintu belakang agar Lyla tak tahu bahwa rumah Makayla tepat di sebelah Michael. Bahkan hampir bersatu. Makayla tak ingin melihat Michael kembali marah padanya akibat keteledoran ini.

Setelah di atas, Makayla membanting pintu kamarnya dan bayangan mengambrukkan diri di ranjang langsung ia lakukan begitu sampai. Makayla memeluk guling dan memakai selimutnya dari kaki hingga kepala. Memejamkan matanya dengan rapat, terlalu rapat agar semua air matanya keluar tanpa sisa.

Tapi apa yang Makayla lakukan justru membuat air matanya lebih deras. Ketaksanggupannya melihat Michael menyentuh gadis lain adalah sesuatu yang harus Makayla akui sebagai perasaan yang terlalu mendalam untuk Michael.

Jangankan untuk memenuhi panggilan Dr. White, untuk mengobati pedih hatiku saja aku tak tahu harus bagaimana. Raungan batin Makayla. Ia menghela napas yang terasa sangat sulit masuk ke dalam paru-parunya. Ada rasa sakit setiap kali ia mengambil dan membuang napas. Dan rasa sakit itu membuat air mata Makayla terus mengalir deras.

Tiba-tiba saja pikirannya tertuju pada Damien. Orang yang selalu ingin melindunginya, orang yang selalu ada di sampingnya ketika dibutuhkan, orang yang selalu menemaninya tak peduli sedang senang atau sedang sulit. Ya, Damien.

Tangisannya mereda saat ia ingat ada sebuah kaset yang Damien tinggalkan tadi pagi untuk didengarkan Makayla. Damien bilang lagu itu adalah lagu yang ia buat untuk Makayla. Yang artinya langsung dari hati. Dan Makayla tak sabar untuk mendengarnya.

Bergeraklah kaki Makayla untuk mendengar suara Damien yang terasa dirindukannya. Bukan bohong jika Makayla ingin Damien berada di sampingnya sekarang.

***

"Baiklah jika seperti itu." Lyla membawa tas di pundaknya dengan sangat anggun dan berdiri dari kursinya. Hari sudah gelap dan Lyla memutuskan untuk pulang. "Tadinya setelah dari sini aku memang berniat untuk mencari alamat Makayla. Tapi ternyata rumahnya di sini, berdekatan denganmu." Ucap Lyla sambil membenarkan sepatu mahalnya. Michael mengerutkan keningnya.

"Memang ada urusan apa kau dengan Makayla?" tanya Michael mengikuti Lyla berdiri di sampingnya.

"Sama seperti kepadamu. Aku ingin mengantarkan undangan pesta. Percaya atau tidak, Makayla adalah gadis yang akan menjadi Primadona di pesta kami nanti. Karena Abraham menginginkan Makayla menjadi bahwannya."

Ini dia!

"Aku tak mengerti maksudmu." Potong Michael dengan nada penasaran yang disamarkan.

"Sebenarnya ini rahasia. Intinya Abraham ingin Makayla naik ke level selanjutnya menjadi model. Aku tahu pilihanku selalu benar. Karena pertama kali melihatnya aku yakin Makayla-lah gadis yang Abraham inginkan.

Michael mengangguk-anggukan kepalanya. Sebenarnya ia masih penasaran, tetapi jika ia terlalu banyak bertanya akan kelihatan jika ia ingin tahu semuanya dan mengkhawatirkan Makayla. Jangankan untuk diketahui Lyla, otaknya pun menolak jika ia masih peduli terhadap Makayla.

"Aku antar kau ke rumahnya." Kata Michael dengan menjulurkan tangannya untuk digandeng. Lyla menerimanya lalu berjalan beriringan dengan Michael.

Michael dan Lyla keluar dari rumah menuju ke rumah Makayla. Lyla menoleh pada Michael yang pandangannya lurus seperti ada sesuatu yang sedang ia pikirkan.

"Michael, kenapa kau merahasiakan tentang Makayla padaku?" tanya Lyla yang masih saja penasaran sebanyak apa pun Michael jelaskan padanya tadi.

"Aku tidak berniat menyembunyikannya. Aku pikir itu tak terlalu penting untuk kita. Lagi pula kau tak perlu khawatir, Makayla bersama Damien," si Bajingan itu, "dan kau bersama aku."

"Makayla bersama Damien?" Lyla terhenyak mendengar berita tersebut. Karena ya, dia memang mempunyai rencana untuk semua itu.

"Ya. Jadi teorimu tentang ciumanku yang tadi itu salah. Jika aku memang berniat menciummu untuk membuat Makayla cemburu, untuk apa aku menciummu di bioskop?" goda Michael yang berhasil membuat Lyla berbunga-bunga dan mengingat kejadian dimana Michael menciumnya di bioskop.

"Ya, kau benar. Maafkan aku." Lyla tersenyum tipis karena rencana menjadikan Makayla sebagai senjata ampuhnya untuk Damien bisa berjalan dengan lancar.

Michael mengangguk sambil berpikir dalam hatinya apa tindakan dia sudah benar. Dan ia tak menemukan jawaban atas apa yang ia pertanyakan sendiri.

"Baiklah, kita sampai." Michael dan Lyla memijakkan kakinya di depan pintu rumah Makayla.

"Kau tidak akan masuk?" tanya Lyla kebingungan.

"Tidak. Aku di sini saja sampai kau selesai." Jawab Michael dengan senyuman yang ia buat semenawan mungkin. Lyla sangat bahagia jika Michael kini mau mengakui bahwa Michael adalah miliknya dan tak ada lagi keraguan untuk itu.

"Oke. Aku tidak akan lama." Lyla mengecup pipi Michael lalu berlalu darinya dan masuk ke rumah Makayla. Lyla teraneh karena rumah Makayla benar-benar mirip dengan rumah Michael. Dari ruangan, ukiran tembok hingga detail-detail kecil seperti vas bunga atau pigura. Apa mereka membelinya bersama-sama? Ini seperti duplikatnya rumah Michael. Tidak mungkin hubungan Makayla dan Michael hanya sebatas tetangga.

"Ada yang bisa kubantu?" ucap seseorang yang sukses membuat Lyla membulatkan mulutnya tak menyangka.

"Apa kau Allyson? Model berbakat yang tiba-tiba menghilang itu?" terka Lyla terkejut.

Allyson tertawa tak menyangka jika ia akan diberi label sebagai Model Berbakat yang Tiba-tiba Menghilang. Lyla masih melotot tak percaya saat Allyson dengan santainya lewat di hadapannya.

"Ya, aku Allyson. Kau mengenalku?"

"Ya Tuhan. Suatu kehormatan bisa berjumpa denganmu di tempat yang sama sekali tak aku duga ini. Aku fans terberatmu. Aku ingin menjadi model setelah melihat foto-fotomu yang sempurna itu. Tetapi aku masih sangat sedih saat kau memutuskan untuk berhenti menjadi seorang model." Cerocos Lyla yang membuat Allyson tak menyangka akan seperti itu.

"Oh terimakasih. Kau memang sangat cantik dan terlihat berbakat. Kau pantas menggantikan posisiku. Aku hanya berpikir, dunia model saat ini sudah terlalu busuk." Perkataan itu membuat Lyla tercenung.

"Bu?"

Kedatangan Makayla membuat konversasi antara Allyson dan Lyla terhenti. Dia bilang apa? Ibu? Allyson ibu Makayla?

"Oh Lyla? Bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya Makayla bingung. Bukankah Michael sendiri yang melarangku untuk tak memberitahu Lyla tentang kediamanku?

"Sayang, itu tidak sopan." Kata Allyson lalu kembali tersenyum ke arah Lyla. "Kau anggap saja ini rumah sendiri. Aku masih ada urusan di atas." Allyson menyentuh pundak Lyla lalu pergi. Sementara Makayla yang masih di tangga, turun menyusurinya untuk bertemu Lyla.

"Hai, Makayla. Aku kemari diantar Michael. Dia menungguku di luar." Kata Lyla dengan senyuman yang sangat lepas. Yang mana membuat Makayla cemburu. Pasti Lyla sudah mendapatkan apa yang ia inginkan dari Michael, batinnya menyangka.

"Maaf tadi aku pergi begitu saja. Aku lupa aku punya tugas bersama Ashley." Makayla beralasan. Tetapi memang kenyataannya, Ashley menghubungi Makayla untuk membicarakan kasus yang belum mereka pecahkan tempo hari.

"Tugas apa?" Lyla berusaha terlihat ingin tahu.

"Ah, bukan yang penting." Makayla mengibaskan tangannya dramatis. Ia bersyukur Lyla tak menyadari ada bekas air mata di mata Makayla. "Jadi, ada apa kau repot-repot kemari?" tanya Makayla ke intinya.

"Oh ya, nyaris lupa karena keberadaan ibumu." Lyla mengambil sesuatu di tasnya. "Ini undangan pesta yang Abraham minta untuk diberikan padamu. Ia benar-benar ingin kau hadir untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting untuk karirmu Makayla. Kuharap kaudatang." Lyla memberikannya dengan harapan yang menggebu-gebu.

"Apa Mike juga datang?" tanya Makayla masih fokus ke undangan yang Lyla berikan.

"Mike?"

"Maksudku Michael." Makayla tersenyum bodoh.

"Oh, jadi kau memanggilnya Mike? Akrab sekali." Ada nada cemburu dalam intonasi yang Lyla berikan. "Ya, Mike ikut sebagai pendampingku." Lyla menekan pengucapan Mike untuk menunjukkan Makayla bahwa Michael adalah miliknya.

"Ashley?"

"Tentu saja tidak. Ini hanya pesta untuk photographer dan model saja. Dia hanya akan menjadi penghalang pemandangan." Ujar Lyla sarkastik.

"Hey Lyla, apa kau pulang sendiri sekarang?" tanya Makayla seperti diingatkan sesuatu.

"Ya. Sepertinya Michael takkan mengantarku karena aku bawa mobil sendiri." Jawabnya masih dengan nada yang sama.

"Jika boleh aku ingin ikut ke rumahmu. Aku ada perlu dengan Ashley yang tak bisa diobrolkan di telepon. Masalah tugas." Kata Makayla penuh harap. Lyla melongo dengan inosensnya Makayla. Lyla bermaksud menekan Makayla tapi ia sama sekali tak merasa jika Lyla sedang melakukan itu padanya.

"Tentu saja boleh. Itu artinya, kau akan menginap? Lalu besok kau akan berangkat dari rumahku menuju ke pesta?" tanya Lyla.

"Ya, sepertinya begitu. Jika tidak boleh aku akan meminta sopirku untuk..."

"Ah tidak. Tentu saja tidak. Kau boleh ikut, tapi besok aku akan berangkat dengan Michael. Jadi aku tak bisa memberimu tumpangan." Alasan Lyla dan Makayla mengangguk.

"Tak masalah. Aku bisa minta Damien untuk mengantarku." Jawab Makayla yang membuat mata Lyla memicing.

Akhirnya Lyla dan Makayla memutuskan untuk segera pergi ke rumah Lyla. Lyla pun berpamitan kepada Michael dan mengutarakan permintaan maafnya atas tuduhan yang ia berikan kepada Michael mengenai Makayla. Meski pertanyaan di otaknya masih berkelebatan tentang hubungan Michael dan Makayla, tetapi Lyla membuang jauh-jauh pikiran itu karena pada kenyataannya Michael memilih Lyla untuk dijadikannya sebagai kekasih.

Lyla dan Makayla pun bergegas.

vomments :)

Continue Reading

You'll Also Like

83.2K 8K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
300K 2.7K 38
boypussy, cowok bermeki, BXB area TREASSURE COUPLE MINOR DNI !!!! pair: woohwan
299K 26.4K 51
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
344K 21K 25
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...