17. Their First Conversations

1.7K 273 40
                                    

Damien terus memperhatikan ponsel yang menuntunnya untuk bertemu dengan Makayla. Damien sangat khawatir mendengar suara Makayla yang sedikit bergetar tadi saat di telepon. Sial! Aku harusnya bisa mengantisipasinya. Tak jarang anak baru mendapat perlakuan seperti ini di sekolah. Tapi siapa sangka gadis secantik Makayla ada yang cukup tega mengurungnya di dalam lemari? Hatinya tak bisa tenang sedetik setelah Makayla menghubunginya tadi.

Damien tersenyum singkat saat ia sudah menemukan ruangan yang ditujunya. Ia membuka pintu dan sangat terkejut saat melihat lemarinya terjatuh.

"Kayla?"

Panggil Damien sedikit berteriak. Alisnya terkerut sedikit karena tak mendapat respon dari orang yang dicarinya. Ia melirik ponsel dan yakin jika Makayla ada di dalam sana. "Kayla!!!" Teriaknya lebih keras.

"Damien!" Sahut Makayla menjerit. Damien segera melangkah dan secara tidak sengaja menjatuhkan ponselnya karena gemetar. Sial! Siapa yang melakukan ini? Damien mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengangkat lemari tetapi seperti kelihatannya, lemari itu sangat berat. Belum lagi sebagian materialnya yang terbuat dari besi.

"Kayla, kau masih bisa menunggu sebentar? Aku akan meminta bantuan." Kata Damien tegang.

"Ya, Damien. Cepatlah!"

"Oke!" Damien dengan cepat berdiri dan keluar dari ruangan. Tubuhnya terputar mencari seseorang namun tak ada siapa pun di sana. Ia berlari mencari seseorang yang bisa menolongnya.

Sementara Michael dan Makayla masih terdiam di dalam lemari dan tak tahu harus berbuat apa lagi. Hati Michael terus menolak jika yang akan menolong mereka adalah Damien. Karena itu Michael tidak bersuara sedari tadi.

Makayla masih menggenggam laba-laba di tangannya. Dan sudah terasa ada gigitan-gigitan kecil menyerang telapak tangan berkeringatnya.

"Terimakasih." Bisik Michael tak terdengar oleh dirinya sendiri sekali pun. Michael bersyukur Makayla tak mendengar ucapan terimakasihnya tersebut. Tangan Makayla bergetar saat sesekali laba-laba itu menggigit terlalu kasar. "Kay, apa kau baik-baik saja?" tanya Michael dengan perasaan bersalahnya. Ia sama sekali tidak tahu jika Makayla menggenggam laba-laba itu sejak awal.

"Ya, aku baik. Kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri." Sahut Makayla khawatir.

"Aku tidak mengkhawatirkanmu." Elak Michael. "Apa si Bajingan itu masih lama?"

"Bajingan katamu? Dia akan menolongmu! Tolong hargai sedikit." Makayla sudah tak dapat menahan lagi gigitan laba-laba yang seperti memaksa Makayla untuk membuka genggaman tangannya. Tapi Makayla tak gentar, ia hanya berdoa dalam hatinya agar Damien segera datang.

Damien, Max, Pen dan Dave berlari masuk ke dalam ruangan dimana Makayla terperangkap.

"Kayla?" Damien memanggil dengan suara yang khawatir.

"Ya, Damien?"

"Bertahan sedikit oke? Ini akan sedikit mengguncangmu. Tidak apa-apa kan?" Damien benar-benar tak mau melukai Makayla sedikit pun.

"Aku mengerti."

"Oke." Damien mengangguk pada ketiga temannya dan mereka pun langsung mengambil bagian masing-masing. Damien, Max, Pen dan Dave mengerang kencang saat kedua tangannya meraih dan mengangkat lemari yang sangat besar dan tua itu.

Setelah seluruh usaha keras keempat sahabat itu, akhirnya lemari berhasil terangkat dengan sempurna. Lemarinya kembali menempel ke tembok seperti semula. Tapi semua ini belum berakhir, Damien masih harus memikirkan bagaimana caranya untuk membuka kunci lemari yang pasti sudah berkarat itu.

(TERBIT) Things I CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang