18. Spider Fever

1.7K 265 31
                                    

Michael melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 pm. Sejak kejadian tadi Michael hanya bisa berguling-guling di kasurnya karena tidak bisa tidur. Terlebih ada sebuah perasaan yang mengganjalnya sejak tadi sore. Michael sebenarnya tahu pasti apa yang membuat hatinya gelisah, tapi ia tak mau menerima kenyataan jika Makayla lah yang membuat kegalauan hatinya itu. Michael menolak jika ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Makayla mendengar percakapan Lyla dan Abraham tadi.

Sebuah pesta? Otaknya terus memutar kalimat itu dan mencoba menerka-nerka apa yang sebenarnya akan terjadi. Namun, Michael tak menemukan jawaban apa pun.

Mendapat ide, Michael mengambil ponsel yang ia taruh di atas nakas dan segera mencari nama Lyla di sana. Alisnya terkerut saat nada sambung Lyla yang berisik mengganggu penengarannya.

"Hai Michael, sudah lama sekali kau tak telepon. Aku kira kau sudah berhasil mendekati Grace?" nada sarkastik Michael temukan dalam intonasi ucapan Lyla. Michael memutar kedua bola matanya dengan kesal.

"Oh hai, Lyla." Michael membenarkan suaranya agar tak terkesan malas. "Apa kau sedang sibuk sekarang-sekarang?" Michael melirik kesana-kemari untuk mencari topik pembahasan yang bisa merujuk tentang pesta itu.

"Oh, pengalih pembicaraan?" Michael menepuk dahinya karena tentu saja ia belum menjawab pertanyaan Lyla.

"Oh itu. Tidak, aku hanya ada tugas untuk mendekati Grace."

"Bukankah seharusnya kau merahasiakan itu?" Lyla berbicara dengan suara terkejut juga senang. Akhirnya Lyla tahu siapa yang didekati Michael, tinggal mencari saja siapa yang akan mendekati Michael.

"Untuk apa aku merahasiakannya darimu Lyla? Oh ya, bagaimana? Apa minggu-minggu ini kau akan sibuk?" Michael kembali pada maksudnya.

"Aku hanya sedang mengerjakan tugas-tugas kecil dan tak mengapa juga jika harus ditinggalkan." Ujar Lyla berharap akan diajak ke suatu tempat oleh Michael.

"Oh begitu." Michael lagi-lagi mengerut keningnya kebingungan. Lyla menunggu ajakan Michael tetapi Michael terlalu lama melamun sampai akhirnya Lyla menegurnya.

"Michael, apa kau masih di sana?" tanya Lyla khawatir.

"Ah ya." Michael menggelengkan kepalanya. "Mmm, Lyla. Aku mau bertanya sesuatu tentang sekolah." Ucap Michael membuat Lyla yang kini mengerutkan keningnya.

"Oke."

"Jadi begini, aku banyak melihat buku tahunan di desk photography tadi. Dan aku melihat banyak sekali pesta yang diselenggarakan di sekolah. Aku hanya aneh saja, apa tidak ada pesta tahun ini? Maksudku, angkatan yang sekarang belum sama sekali mengadakan pesta." Ujar Michael akhirnya berhasil membuat satu topik yang sekiranya akan menjurus ke pesta yang dimaksud Abraham.

Lyla tertawa di seberang telepon.

"Ya ampun Michael. Kau meneleponku hanya untuk menanyakan buku tahunan? Atau jangan-jangan kau suka berpesta ya?" tanya Lyla dengan nakal. Michael hanya bisa memaksakan suara tawanya tanpa menjawab pertanyaa Lyla. "Kalian ini genap sebulan di sekolah saja belum, sudah ingin pesta. Nanti, ketika ada perayaan-perayaan besar, pasti sekolah mengadakan acara. Itu pun bukan pesta. Biasanya pesta Prom hanya dilaksanakan setahun sekali, ketika kelas tiga akan keluar." Jelas Lyla panjang lebar dan membuat Michael mendesah kecewa.

"Oh sayang sekali ya." Ujar Michael dengan nada rendahnya membuat Lyla terpikir sesuatu.

"Begini saja Michael. Ini bukan pesta sekolah, tetapi akan ada satu pesta yang diadakan oleh temanku. Jika kau suka berpesta, aku akan mengajakmu." Perkataan Lyla membuat jantung Michael serasa copot dari jasadnya. Ini dia! Hatinya berteriak.

(TERBIT) Things I CanМесто, где живут истории. Откройте их для себя