Beautiful Lie MYUNGYEOL (END)

yukoook11 tarafından

15K 1.1K 238

ON EDITING! Aku adalah kebohongan terindah untukmu Kim Myungsoo. Another story from me Nona Yupi MYUNGYEOL Y... Daha Fazla

Beautiful Lie 1
Beautiful Lie 2
Beautiful Lie 3
Beautiful Lie 4
Beautiful Lie 5
Beautiful Lie 6
Beautiful Lie 7
Beautiful Lie 8
Beautiful Lie 9
Beautiful Lie 10
Beautiful Lie 11
Beautiful Lie 12
Beautiful Lie 13
Beautiful Lie 14
Beautiful Lie Trailers
Beautiful Lie 16 (1) End
Beautiful Lie 16 (2) End

Beautiful Lie 15

838 62 43
yukoook11 tarafından

Kita tak tahu dari mana semua ini berawal

Semua yang terjadi ada di hadapanku, kamu juga merasakannya

Bagimu aku ini apa?

Bagimu apakah kita adalah sebuah hal yang semu

Coba beritahu aku

Apa aku tak cukup

Beritahu aku cinta seperti apa yang bisa merubahmu

Jangan tanya kenapa aku begini

Jangan katakan bahwa aku naif

Aku siap mengorbankan apapun

Sedetikpun aku takkan bisa melupakanmu

Aku hanya punya cinta

Aku tak peduli bagaimana kebohonganmu

Aku tak peduli seberapa besar kau melukaiku

Aku hanya punya cinta yang bisa kuberikan padamu

Coba beritahu aku

Beritahu aku apa yang harus aku lakukan?

Dua botol wine terasa belum cukup bagi Myungsoo untuk menghilangkan kesadarannya, dia memandang jalanan di luar dengan pandangan mengambang. Lampu-lampu mobil yang berlalu-lalang di bawah sana seperti kunang-kunang bagi Myungsoo. Ia tertawa kecil menatap pantulan wajahnya di jendela apartemennya. Satu botol wine lagi Myungsoo buka, ia menengguknya tak sabar, seakan ingin sekali seluruh isi wine itu pindah ke tubuhnya. Jika ia bisa tentu ia lakukan. Tetapi Myungsoo berhenti meminumnya karena terbatuk, tenggorokkannya sangat-sangat panas, bau alkohol menguar dari hidung serta mulutnya. Wajahnya terasa panas hingga memerah, bahkan air matanya tak bisa dicegah untuk tak mengalir. Myungsoo merasa hancur dan bodoh.

"Apa yang aku lakukan, bodoh..." lirih Myungsoo. Dia menenggelamkan kepalanya pada bantalan sofa, lalu menangis dalam diam. Dia hanya seorang manusia biasa, dia hanya sedang mencoba untuk setia, mencoba untuk mencintai. Tetapi semuanya terasa amat sangat sulit.

Myungsoo tak tahu apa yang ada di pikiran Sungyeol. Seorang laki-laki yang mampu membuat dunianya jungkir balik. Membuatnya menjadi seorang yang rela terluka, seseorang yang lemah. Dia tak tahu kekuatan macam apa yang Sungyeol miliki hingga membuatnya rela seperti ini. Pemakaman Daeyeol berlangsung dengan cepat, Myungsoo tak pernah menyesal datang dan memberi penghormatan terakhir untuk Daeyeol, dia bersyukur akan itu, namun ada yang berbeda. Ucapan Sungyeol membuatnya terdiam, tatapan Sungyeol yang mendingin juga perasaan aneh itu. Myungsoo tak tahu.

Dia memang belum mengetahui seluruh kebohongan Sungyeol, hanya sedikit yang Myungsoo tahu. Fakta bahwa cinta pertama Sungyeol adalah kakaknya sendiri, serta betapa inginnya Hoya menghancurkan Sungyeol. Myungsoo hanya mengetahui fakta itu, sekedar itu, dan luka yang ia dapat begitu hebat. Lalu bagaimana jika ia tahu seluruh kebenaranya, tentang Woohyun, Hoya, dan Sungyeol. Tentang masa lalu mereka bertiga yang cukup kelam.

Ponsel Myungsoo berdering, dia meliriknya sekilas, id caller nya tertulis Kim Sunggyu. Oh tadi dia juga melihat Sunggyu di pemakaman Daeyeol. Myungsoo meraih ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

"Ada apa?" tanya Myungsoo langsung setelah mendengar suara Sunggyu di balik sambungan telepon itu.

"Kau ada di mana Myungsoo?!" kata Sunggu terdengar sedikit panik.

Myungsoo mendudukkan dirinya dan mengusap wajahnya gusar. "Kau tak perlu tahu aku ada di mana, katakan kau perlu apa?" ujar Myungsoo lelah.

Sunggyu berdecak kesal, terdengar jelas bagi Myungsoo bahwa Sunggyu benar-benar frustasi. "Sungyeol hilang!"

Satu kalimat kecil itu membuat hati Myungsoo mencelos saat mendengarnya. Tangannya gemetar, apa yang terjadi?

"Jangan bercanda Kim Sunggyu, jelas sekali aku mengantar dia ke apartemennya!" raung Myungsoo keras.

"Tidak Myungsoo, aku serius! Woohyun bahkan berada bersamaku saat kami memeriksa ke apartemennya," Sunggyu terdengar ragu. "Kau akan terkejut jika melihat apa yang terjadi dengan apartemen Sungyeol sekarang."

Myungsoo berdiri terhuyung, ia menahan tubuhnya dengan menyender di jendela kaca. "Apa yang terjadi?" kata Myungsoo pelan. Efek alkohol itu terasa berat di kepalanya.

"Ini mengerikan, aku akan mengirimimu fotonya. Aku dan Woohyun sedang mencari Sungyeol, kupikir kau tahu kemana Sungyeol pergi," tukas Sunggyu.

"Baiklah," balas Myungsoo singkat lalu ia menutup sambungan teleponnya.

Myungsoo berjalan terhuyung ke arah dapur mengambil segelas air hangat untuk menetralkan sedirik rasa mabukknya. Dia sungguh peminum yang tangguh, hampir tiga botol wine ukuran sedang ia teguk namun efeknya tak terlalu besar bagi Myungsoo.

Satu pesan masuk dari Sunggyu, tertera jelas di layar ponsel Myungsoo. Ia menatapnya sekilas lalu membukanya. Sebuah foto dari keadaan apartemen Sungyeol.

Myungsoo membelalakkan matanya terkejut. Ya Tuhan sungguh apa yang sebenarnya terjadi. Keadaan apartemen Sungyeol sungguh mengerikan, semua barang-barang berhamburan kemana-mana, layar tv LED itu bahkan pecah berkeping-keping. Pecahan kaca di mana-mana, bahkan yang tak bisa Myungsoo percaya bahwa ada banyak percikkan darah di dinding. Juga sebuah tulisan yang membuat siapapun mengigil melihatnya.

'Mati kau!'

Myungsoo melemparkan dirinya dan terduduk di kursi meja makan, dia tak ingin menebak siapa pelakunya, namun semua sudah terjawab, bahwa itu mungkin saja ulah Hoya. Dan masalah terbesarnya...sekarang di mana keberadaan Sungyeol. Mereka semua tak ada yang tahu.

Mabuk itu seakan hilang, Myungsoo berdiri cepat dan berlari menuju kamarnya mengambil mantelnya juga kunci mobil. Dia sudah berpikir buruk tentang Sungyeol dia bahkan tak pantas untuk merasa tersakiti kalau kenyataannya Sungyeol lebih menderita.

Mobil itu melaju seperti kesetanan, Myungsoo menyetir seperti sudah gila dia bahkan tak mengindahkan kalau-kalau dirinya akan menabrak tiang pembatas jalan, ataupun kendaraan lain. Myungsoo tak tahu harus melanjukan mobilnya kemana, dia panik bukan main. Semua pikiran buruknya menjadi satu.

"Sungyeol maafkan aku..."

***

Sungyeol berjalan perlahan, dia berada di sebuah tempat yang asing. Wajahnya terlihat kaku, matanya kosong dengan lingkaran hitam di bawahnya, menangis baginya sudah sangat sulit. Sungyeol tak tahu sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan.

Rencana hanya sebuah rencana, Sungyeol tak bisa melepaskan diri dari Woohyun. Menjadi boneka Woohyun selama ini membuatnya selalu buta. Sungyeol pernah berjanji sekali untuk tak menjadi boneka milik Woohyun lagi, tetapi dia tak bisa pergi, kenyataannya dia telah menjadi boneka Woohyun selamanya. Sungyeol mengerjakan ini lebih cepat dari rencana yang seharusnya. Dia membuat sebuah pertunjukkan besar di apartemennya, juga sekarang dirinya menuju hal yang sangat berbahaya. Pergi menemui Hoya seorang diri. Mengantarkan kematianya.

Sungyeol berdiri di depan pagar sebuah rumah yang mewah dan megah. Dia melihat papan nama di depan pagar batu itu, 'Keluarga Kim' tertulis dengan jelas. Sungyeol memasukkan tangan kanannya yang berlumuran darahnya, luka pecahan kaca itu cukup besar. Dia menekan bell itu pelan. Entah siapapun yang membukakan pintu ini, Sungyeol berharap itu adalah Hoya.

"Maaf apa Tuan Hoya ada?" tanya Sungyeol langsung saat seorang wanita tua membukakan pintu. Dia adalah bibi pelayan di kediaman ini. Sungyeol tak terkejut kalau keluarga Kim punya rumah semewah ini, sayangnya Myungsoo tak pernah bersedia tinggal di tempat ini.

"Maaf Anda siapa?" tanya Bibi itu. Mata sayunya yang tua menatap Sungyeol penuh rasa khawatir.

"Saya teman bisnis Tuan Hoya. Apa Tuan Kim Hoya ada?" tanya Sungyeol berusaha bersikap biasa.

Bibi itu menatap ragu. "Tuan Kim sedang ada tamu, kurasa Anda bisa menunggu sebentar, silahkan masuk."

Sungyeol mengikuti langkah bibi itu, melewati taman yang cukup luas, beberapa pohon bonsai terpampang di sudut-sudut taman harganya mungkin berjuta-juta won. Sungyeol kini berdiri di depan pintu rumah kediaman Kim, ukurannya sekitar dua rentangan tangan manusia, lebih besar dari rumah megah milik Woohyun.

"Silahkan, Anda bisa tunggu di sini. Saya akan beritahu Tuan," kata Bibi itu pelan.

"Tidak usah Bi, aku sudah menghubunginya tadi," ucap Sungyeol sambil tersenyum simpul.

Bibi pelayan itu mengangguk mengerti dan pergi meninggalkan Sungyeol ke belakang setelah dia menawarkan minuman namun ditolak oleh Sungyeol.

Sungyeol berdiri di ruangan yang luas dan besar, ada perapian di ujung sana, dekat sebuah sofa merah yang besar, matanya melirik nakas yang terletak tak jauh dari sana. Dia menatap bingkai foto keluarga Kim. Ada empat orang yang berfoto di sana, Kedua orang tua Myungsoo, Hoya yang masih berseragam SMA dan Myungsoo yang sekiranya masih bersekolah di bangku SD. Sungyeol berdecih dia tak menyangka Hoya punya keluarga harmonis seperti ini. Kenapa Hoya bisa tumbuh sejahat ini. Ada suara gelak tawa menggelegar dari ruangan yang Sungyeol rasa berada di dekat tangga. Sungyeol berjalan perlahan menuju ke pintu yang sedikit terbuka itu.

"Kau sudah melakukan yang terbaik," ujar Hoya. Dia berdiri membelakangi pintu, bahunya naik turun karena tertawa. "Seharusnya sedari dulu aku lakukan ini," lanjutnya.

Sungyeol mematung, dia bersandar di dinding dan tetap menguping, Sungyeol penasaran siapa laki-laki lawan bicara Hoya kali ini.

"Seharusnya, ya begitu."

Hati Sungyeol mencelos mendengarnya. Suara itu, suara yang sangat-sangat Sungyeol kenal. Suara ramah yang sering menyapa Sungyeol di setiap pagi, suara yang selalu berkata bahwa Daeyeol akan baik-baik saja. Sungyeol gemetaran, dia melongokkan kepalanya, sekedar mengintip siapa laki-laki itu.

"Aku hanya tak mengerti bagaimana kau mengenal Lee Sungyeol Tuan Jang," kata Hoya lalu ia berjalan menuju sofa lalu sosok Tuan Jang itu terlihat.

Sungyeol memegang kuat mantelnya, buku-buku tangannya memutih, pandangannya seakan kosong, akal sehat Sungyeol dilempar jauh ke benua lain. Tuan Jang? Tuan Jang!

Sungyeol melangkah mundur dan merosot di balik tembok. Dia memeluk sendiri tubuhnya. Tuan Jang Dongwoo, seseorang yang paling Sungyeol percaya kini mengkhianatinya, bukan hanya itu bahkan ia telah di bohongi secara habis-habisan. Dokter yang selalu memberikan harapan bagi Sungyeol, dia tak percaya bahwa semua kehidupannya hanyalah sabotase.

"Pelacur itu? Ah dia selalu mondar-mandir di rumah sakitku," kata Dongwoo hingga membuat Hoya tergelak lagi.

"Jadi apa saja yang selama ini kau lakukan pada dia dan Adiknya yang bodoh itu, kebaikan apa saja yang kau berikan Tuan Jang."

"Tidak spesial," seru Dongwoo. "Namun saat kau meminta beberapa bulan lalu, aku tak memberikan apapun. Ya dia tak ada harapan sama sekali."

Napas Sungyeol memburu, dia berdiri dengan gemetaran, selama ini Hoya lah yang mendalangi semuanya, dan juga Woohyun berbohong padanya untuk menjaga Daeyeol. Jadi untuk siapa dia balas dendam, kenapa Hoya menghancurkannya, dia bahkan tak pernah menyentuh barang kali sedikitpun milik Hoya, seharusnya Hoya lakukan ini pada Woohyun saja. Kenapa hanya dirinya saja yang dijadikan boneka oleh Woohyun dan Hoya.

Sungyeol berjalan tergontai, dia menuju pintu depan tergesa, lalu berlari kecil menuju ke luar, badannya terhuyung-huyung menuju pagar keluar, hingga akhirnya Sungyeol berhasil keluar dari kediaman orang busuk ini. Dia berjalan menuju jalan raya terdekat setelah keluar komplek perumahan itu. Kakinya tak merasa lelah sedikitpun. Sekarang dia harus membawa dirinya ke mana, Sungyeol tak tahu, dirinya sudah hancur se hancurnya, tak ada tempat lagi yang bisa ia datangi. Tak ada satupun yang mampu Sungyeol percayai. Sungyeol hanya bisa menangis dalam diam, memandang jalan raya yang ramai. Memandang lampu-lampu yang memudar dalam pandangannya.

"Kau bicara apa, tentu tidak sama sekali. Bagi Hyung kaulah alasan Hyung untuk tetap hidup dan bahagia."

"Kalau aku tidak ada lagi, bagaimana nanti kau akan hidup, jangan seperti itu Hyung..."

"Kalau begitu, Hyung akan pergi bersama mu."

"Kau tahu Hyung, kau itu masih kekanakkan. Kalau kau pergi dengan cara seperti itu, memangnya nanti di sana aku, ayah, dan ibu akan menerimamu? Tidak akan."

"Kenapa? Itu jahat sekali Daeyeollie..."

"Kau harus hidup bahagia, carilah seseorang yang mencintaimu, hiduplah bahagia, jangan lupa itu Hyung. Ibu dan Ayah pasti mengharapkan itu padamu."

"Lalu kau akan meninggalkan ku? Satu-satunya yang mencintaiku hanya kau Daeyeollie, Adikku tersayang, dan kehidupan bahagia aku sudah menjalaninya bersamamu, bagaimana kau bisa bilang seperti itu, kau akan tetap hidup bersama ku!"

Tak ada lagi alasan untuk Sungyeol tetap berada di sini, memangnya siapa lagi yang ada untuknya. Percakapan terakhirnya bersama Daeyeol yang terbayang kini membuatnya benar-benar putus asa.

"Aku tidak akan memaksa, tetapi kau bisa memulai nya dengan perlahan..."

"Aku akan berusaha..."

"Aku mencintaimu Sungyeol..."

Sungyeol menghentikkan langkahnya, ingatnya memunculkan wajah Myungsoo, kali ini memori otaknya memutar seluruh kebersamaannya bersama Myungsoo, laki-laki yang terang-terangan ia bohongi, laki-laki bodoh yang mengatakan bahwa ia mencintai Sungyeol sampai mati. Sungyeol terdiam, nyatanya selama ini dia telah berubah layaknya Hoya dan Woohyun dengan menyakiti Myungsoo. Selama ini dia berbohong untuk siapa?

Sampai pada akhirnya mana mampu lagi aku berpaling

Aku ingin pergi meninggalkanmu namun ada sebuah benang tak kasat mata yang kau ikatkan padaku

Duniaku sudah gelap sebelum kau datang, lalu kenapa aku tak bisa meninggalakanmu dan berjalan ke duniaku yang dulu?

Kamu memang naif, luka yang besar itu bahkan takkan mampu aku sembuhkan walau aku hidup bersamamu seribu tahun lamanya.

Kau sebenarnya apa? Katakan apa kau bukan manusia?

Memangnya kau ini apa Kim Myungsoo?

Cinta apa yang kau punya, hingga aku tak tahu lagi harus mengatakan apa

Aku ini jalang, kau bisa pergi dengan yang lain, mencoba setia itu hal bodoh!

Tetapi bagaimana bisa aku menampung seluruh cintamu, seluruh perasaanmu?

Aku mungkin akan mati dalam bahagia selamanya jika seperti ini..

Sesuatu yang tak pernah Myungsoo pikirkan kini melintas di benaknya, dia memutar stir mobilnya menuju tempat yang hampir bertahun-tahun tak Myungsoo kunjungi, kediaman orang tuanya dulu, sebelum orang tua mereka bercerai dan punya kehidupan masing-masing. Mobil yang Myungsoo kendarai bagai melintas di atas langit kepalanya terasa berat, seluruh pandangannya menjadi bercabang-cabang, dia tak mampu mengendalikan laju mobilnya, hingga Myungsoo membanting stir itu kuat dan mobilnya terguling di jalan.

Asap membumbung tinggi di langit, cap mobil Myungsoo terbuka lebar, asap keluar dari sana. Sosok Myungsoo masih berada di kursi kemudi. Tak ada luka yang berarti dia hanya mengalami guncangan hebat, putaran itu cukup membuatnya hampir mati. Tangan Myungsoo yang bergetar membuka pintu mobil yang ringsek, setelah melepaskan seatbeltnya. Tubuhnya berdiri terhuyung, dia menatap ke sekitar, melihat orang-orang mulai mengerubunginya. Melihatnya dengan tatapan khawatir dan ngeri. Darah meluncur bebas dari pelipis Myungsoo, luka itu bahkan terlihat jelas namun tak sebanding dengan hatinya yang kalut.

"Anda baik-baik saja, Tuan?!" seru seorang yang merasa kasihan. Myungsoo menoleh sekilas namun ia hanya mengangguk pelan, Myungsoo berjalan terhuyung menuju trotoar.

Langit menjadi begitu gelap, dan malam menjadi sangat dingin. Myungsoo maupun Sungyeol adalah dua orang yang seharusnya tak bertemu. Tetapi takdir telah mempermainkan mereka berdua. Semesta menakdirkan untuk mereka kembali bertemu. Dalam keadaan apapun mereka kembali untuk bersama. Semuanya terjadi. Persimpangan yang Myungsoo pijak merupakan persimpangan yang Sungyeol pijak juga.

Tubuh mereka berada dalam jarak yang cukup dekat. Sungyeol maupun Myungsoo hanya mampu saling memandang. Keadaan yang sama-sama tak mereka harapkan.

Langkah kaki Myungsoo menjadi cepat, dia menemukan Sungyeol berdiri di hadapannya, benar apa yang ia pikirkan bahwa Sungyeol berada di area ini. Saat Myungsoo sampai di hadapan Sungyeol dengan cepat Myungsoo menarik Sungyeol dan memeluknya.

"Ke mana saja kau?!" bentak Myungsoo kencang. Suaranya terdengar amat serak.

Sungyeol tersenyum kecut.

"Apa yang terjadi huh? Pergi meninggalkan apartemenmu dengan keadaan seperti itu! Kau ingin menemui siapa Sungyeol? Kau ingin membuatku mati huh? Jawab aku!"

Sungyeol menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Myungsoo, dia bernapas pelan.

"Apa yang terjadi hm?" tanya Myungsoo melembut. Myungsoo mengusap kepala Sungyeol perlahan padahal tangannya kebas setengah mati. "Aku bisa gila kalau kau tak ada Sungyeol."

Sungyeol masih bergeming, dia hanya bernapas dengan teratur di pundak Myungsoo.

"Sungyeol..."

"Aku lelah Myungsoo..." lirih Sungyeol akhirnya.

Myungsoo mendesah lega, akhirnya ia mendengar suara Sungyeol. "Aku tahu, aku tahu."

"Kau kenapa Myungsoo? Kau gemetaran dan juga," -Sungyeol menatap darah yang meluncur dari kening Myungsoo menuju pipinya- "berdarah."

Myungsoo tertawa geli, dia seakan tak merasakan luka itu sama sekali. "Kau juga berdarah, Lee Sungyeol," kata Myungsoo sembari meraih tangan Sungyeol.

Lalu mereka terdiam. Hanya menikmatinya dalam rasa hening.

"Apa yang terjadi," kata Myungsoo lagi.

"Sebaiknya jangan temui aku lagi," balas Sungyeol seketika. Pelukkan Myungsoo mengerat.

"Kenapa?"

"Aku sudah berbohong terlalu banyak Myungsoo, aku sudah lelah..." ujar Sungyeol. Dia mendesah panjang di bahu Myungsoo.

"Aku tahu..."

"Kau sudah terluka.."

"Kita sama-sama terluka, bukankah begitu?" tukas Myungsoo. Dia melepaskan pelukkannya dan menatap Sungyeol.

"Kita?" tanya Sungyeol tak mengerti.

"Ya, bahkan semua orang di dunia ini takkan ada yang sanggup seperti dirimu dan aku. Kita mempunyai luka yang sama jadi mengapa kita tak menyembuhkan itu bersama-sama," jelas Myungsoo.

Hati Sungyeol mencelos mendengarnya, dia bahkan tak bisa berpikir seperti Myungsoo.

"Daeyeol pernah mengatakkan itu padamu?" tanya Sungyeol. Kata-kata Myungsoo selalu bisa membuat Sungyeol memikirkan Daeyeol, kata-kata yang mirip dengan ucapan-ucapan Daeyeol padanya.

"Aku bahkan tak pernah berbincang dengan Dae, kau tak memberitahuku tentangnya kan?"

Sungyeol terdiam. Dia menatap wajah Myungsoo. "Aku telah berbohong padamu," kata Sungyeol pelan.

"Aku tahu..." kata Myungsoo dia tersenyum. "Kalau kau mengatakan maaf, luka itu mungkin akan hilang."

Sungyeol mengusap darah yang sudah membanjiri pipi Myungsoo. "Maafkan aku Myungsoo," lirihnya.

"Syukurlah..." ucap Myungsoo lalu detik berikutnya tubuhnya sudah ambruk di dalam pelukkan Sungyeol. Syukurlah.. kata maaf itu sudah ia dengar.

"Myungsoo!"

"Myungsoo!"



TBC

Jadi Guys siapa yang mau chap depan tamat?

Hahaha, maaf ya kalo aku kejam banget sama MyungYeol di sini. Sungguh gak maksud.

Akhir kata Selamat Membaca ^^

Salam Yupi~

Nona Yupi

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

516K 5.5K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
724K 67.6K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
6.3M 485K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...