complicated feeling | ✓

By ardhiac

1.9M 97.6K 5.5K

[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dad... More

Tolong dibaca
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Sorry
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 44 - (1)
Part 44 - End (2)
Liam's Letter
Epilog
Extra Part
Extra Part II - Before Marriage

Part 43

21.8K 1.2K 51
By ardhiac

-Third week-

Suasana pagi ini terasa sangat tegang dan mendebarkan, karena seluruh murid kelas dua belas di SMA Sweden akan melaksanakan ujian nasional hari pertama.

Raut wajah mereka menunjukkan apa yang sedang mereka rasakan saat ini. Ada yang keringat dingin, tubuhnya gemetar, bahkan banyak dari mereka yang tiba-tiba merasa sakit perut. Tetapi, ada juga beberapa yang merasa biasa saja, karena menurutnya itu merupakan kewajiban seorang pelajar.

Begitu pula dengan ketujuh orang yang tengah duduk di bangku pinggir lapangan basket itu. Mereka semua terdiam memikirkan bagaimana nantinya jika mereka lulus dan sibuk dengan urusannya masing-masing.

Mereka takut kalau suatu saat nanti mereka tidak bisa bertemu lagi layaknya sekarang ini. Berkumpul bersama, berbagi canda dan tawa. Berbagi kesedihan dan segala keluh kesah mereka seperti dulu.

Mereka juga pasti akan sangat merindukan sekolah yang telah menjadi saksi bisu dimana kenakalan dan kelabilan mereka disaat masih menjadi murid SMA.

Sungguh, itu semua sangat sulit untuk dilupakan. Bahkan, memikirkan bagaimana nantinya mereka tidak lagi memakai seragam putih abu-abu saja sudah membuat hati mereka terasa nyeri.

Tidak lama kemudian, terdengarlah sebuah pengumuman yang berasal dari lapangan upacara.

"Untuk seluruh murid kelas 12, diharapkan untuk segera berkumpul di asal suara. Terima kasih." Ucap salah seorang guru yang bertanggung jawab mengawas ujian. Mereka semua pun dengan kompak menghela napasnya.

"Udah waktunya nih," Rio membuka suara setelah sekian lama mereka terdiam merenungkan berbagai macam hal.

Samuel mengangguk, lalu mulai membenerkan seragam dan rambutnya agar terlihat lebih rapi. "Kalian udah pada siap?" Tanyanya sambil menatap wajah kelima orang yang ada di hadapannya.

Hening. Tak ada satupun dari mereka yang menjawab.

"Engga." satu kata yang keluar dari bibir Keira, tetapi sangat cukup untuk membuat mereka semua terkejut mendengarnya.

"Kenapa?" Tanya Liam yang berada tepat di samping Keira. Menatapnya penuh rasa penasaran.

'Kenapa? Itu tandanya waktu akan terbuang sia-sia kalo satu minggu cuma dihabisin untuk ujian, Li!' Maki Keira dalam hati yang sejak tadi ingin sekali ia ungkapkan. Tetapi, itu tidak akan mungkin terjadi, bukan?

Keira menggelengkan kepalanya, lalu menutupi segalanya kesedihannya dengan tertawa kecil. "Becanda kok, tenang aja."

Lisa pun memicingkan matanya seraya menatap Keira yang sedang tertawa. "Kayanya gak ada unsur lucu diomongan lo, Kei. Terus kenapa ketawa?" Tanyanya penuh selidik yang membuat Keira langsung menghentikan tawanya.

"Menurut gue itu lucu,"

Ivy pun langsung menatap bengis wajah Keira yang sekarang makin terlihat sangat aneh dimatanya. "Udah gila, lo?" Tanya Ivy. Keira pun langsung bersedekap dada dan mencibikkan bibirnya.

Merasa jengah melihat ketiga cewek di depannya yang seperti tidak akan ada habisnya berbicara, Ken pun segera berdiri di tengah-tengah mereka dengan tangan yang sengaja diregangkan. "Udah, mending kita cepet-cepet ke lapangan upacara." Para cowok sontak mengangguk dan mulai berjalan meninggalkan mereka bertiga.

••••••

10.15 am

Hari pertama ujian nasional berjalan dengan lancar. Semua murid SMA Sweden dapat menjawab soal-soal Bahasa Indonesia tanpa halangan sedikitpun. Ternyata, apa yang sejak tadi mereka takutkan tidak seburuk itu.

Nyatanya, semua soal yang mereka kerjakan tidak jauh berbeda dengan apa yang telah mereka pelajari selama ini. Semua murid pun berbondong-bondong keluar dari ruang ujian, dan langsung saling berkumpul untuk bertukar soal apa saja yang mereka ingat dan mencocokkannya satu sama lain.

Tak jarang pula mereka merasa ragu dengan jawabannya, disaat salah satu temannya yang mempunyai soal yang sama menjawab jawaban yang berbeda dengannya. Ada juga yang memekik girang saat tahu bahwa jawaban yang mereka jawab ternyata sama.

Ya, sangat tipikal anak pelajar. Semua murid pasti melakukan hal yang sama.

"Besok matematika, ya?" Tanya Keira dengan cemas. Matematika merupakan pelajaran yang paling ia hindari. Entah apa jadinya jika semua soal ujian tidak dapat ia kerjakan.

"Iya," jawab Lisa sambil menganggukan kepalanya. "Tapi, lo tenang aja, kita semua pasti bakal lulus kok. Sekolah bayar mahal-mahal, kalo gak lulus tuntut aja!" Lanjutnya dengan perasaan menggebu-gebu.

"Ya, emang dasar pemikiran lo cetek," balas Keira santai.

Layaknya orang yang baru saja tersambar petir di siang bolong, tiba-tiba Samuel menggebrak meja kantin dengan kencang. "Gue punya ide!"

"Apa?" Tanya mereka semua berbarengan.

"Gimana kalo abis ujian kita liburan ke luar negeri?" Samuel menatap mereka satu persatu dengan pancaran penuh binar.

"Bo--"

"Engga!" Dengan cepat Keira memotong ucapan mereka. Lagi-lagi, mereka menatap Keira dengan tatapan anehnya.

"Kenapa? Bukannya malah seru, Kei?" Tanya Liam.

"Pokoknya engga!" Keira tetap berpegang teguh pada ucapannya. Tetapi, melihat wajah sahabat-sahabatnya, Keira menjadi merasa tidak enak. Mereka semua memang belum tau perihal masalah Liam. "Hem, ma-maksud gue kenapa harus ke luar negeri? Kan di Jakarta juga banyak tempat bagus," lanjutnya dengan terbata-bata.

"Gimana kalo ke Australia aja? Abis ujian gue mau ke Sydney." Dengan santai Liam berbicara. Tidak menyadari bahwa Keira sudah membulatkan matanya. Mungkin akan segera jatuh kalau-kalau ia tidak berkedip.

"KAMU MAU PINDAH?!" Tanya Keira berteriak. Yang benar saja Liam akan pindah di saat seperti ini. Waktu bersamanya sedetik saja terasa sangat berharga bagi untuknya.

"Engga, Keira. Kemarin Papa nyuruh aku ke sana." Keira pun akhirnya bernapas lega setelah mendengar jawaban Liam. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi jika Liam akan benar-benar pindah dan meninggalkannya.

"Lo berangkat kapan, Li?" Pertanyaan Rio membuat mereka semua menatap Liam penasaran.

"Mungkin sabtu," jawab Liam yang ia sendiri tidak yakin itu benar.

"Oke, bisa diatur."

••••••

Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh murid kelas dua belas akhirnya datang juga, setelah mereka semua berjuang mati-matian demi mengejar masa depannya. Menggapai sebuah mimpi yang terlalu sulit untuk digapai jika tanpa ada bekal yang melengkapi.

Walaupun ujian sudah berakhir dan sudah cukup membuat mereka semua merasa lega, tetapi tetap saja bayangan akan hasil akhir nanti terus menganggu pikiran mereka. Mereka memang seharusnya tidak perlu khawatir, karena sekolah mereka merupakan salah satu sekolah swasta elit di Jakarta. Apalagi mengingat bayaran perbulannya yang terbilang sangat mahal.

Terlebih lagi, rata-rata murid di SMA Sweden merupakan anak pengusaha dan pejabat. Jadi, sangat tidak mungkin jika pihak sekolah tidak meluluskan mereka. Itu sama saja menjatuhkan nama baik sekolah, bukan?

"Liam," panggil Keira dengan suara lembutnya. Menatap Liam yang tengah menikmati pemandangan taman di belakang rumahnya. "Aku punya permintaan buat kamu,"

Liam menoleh. "Apa?"

"Aku mau kamu ajak aku ke pantai, abis itu nyalain kembang api buat aku."

"Hem, oke." Balas Liam cepat.

"Yang bener?!" Keira menatap Liam dengan pancaran penuh binar. Selain memang ingin menghabiskan waktu bersamanya, Keira juga ingin mempunyai kenangan bersama Liam sebelum mimpi buruk datang menghampirinya.

Liam mengangguk. Mencoba untuk meyakinkan Keira. "Bener, kok."

"Yaudah, kalo gitu kamu anter aku pulang sekarang, soalnya aku maunya malam ini." Keira pun bangun dari duduknya dengan semangat. Tak lupa juga dengan senyuman yang merekah di bibir manisnya.

Entah kenapa, melihat Keira seperti itu membuat Liam merasakan sedih dan bahagia di saat yang bersamaan. Ia bahagia karena merasa berhasil membuat Keira tersenyum akan dirinya. Namun, ia sedih karena takut tidak mempunyai banyak waktu untuk menikmati senyuman itu.

••••••

09.23 pm

Suatu malam yang indah, berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Bintang-bintang memancarkan cahaya kerlap-kerlip dengan anggunnya. Bulan bersinar terang seraya memberikan senyum hangat dari kejauhan. Suara gemuruh ombak terdengar sangat dekat sambil menari-nari menuju hamparan pasir.

Hembusan angin damai menemani sepasang kekasih yang tengah duduk dengan bahagianya. Menatap keindahan purnama di ufuk sana. Bagi mereka, tak ada lagi hal paling indah, selain merasakan hangatnya kebersamaan dengan orang yang dikasihinya.

Satu patah kata pun bahkan tak dapat menjelaskan segala hal yang mereka rasakan saat ini. Hanya dengan terdiam menikmati waktu dan momen yang berharga, sudah cukup bagi mereka untuk berbagi kebahagiaan yang ada.

"Kenapa, sih, setiap aku ke pantai selalu sepi? Bahkan, terakhir kali aku ke pantai sama Samuel juga kaya gini," ucap Keira sambil menghela napasnya. Ia merasa heran dan juga bingung dengan suasana pantai yang selalu sepi tiap kali ia kunjungi. Bahkan, ia dapat menghitung berapa jumlah pengunjung yang datang.

"Mungkin karena udah malam, Kei." Sahut Liam singkat.

"Mungkin kali, ya," Keira mengangguk pelan. "Li, aku mau liat kembang apinya sekarang." Rengeknya dengan suara anak kecil yang dibuat-buat.

"Oke." Liam tersenyum, kemudian menjentikkan jarinya.

Tiba-tiba...

Duarr! Duarr!!

Keira terkejut begitu mendengar suara letusan menggema ke penjuru pantai. Langit yang tadinya hanya berisi kerlap-kerlip bintang, kini terlihat makin sempurna dengan warna-warni yang berasal dari kembang api. Entah sudah berapa kembang api yang diluncurkan menampilkan berbagai macam bentuk lucu yang berbeda. Tetapi, satu yang menarik perhatiannya, hati.

Ya, kembang api terakhir menampilkan sebuah bentuk hati berukuran besar yang begitu indah.

Lagi, Keira dibuat terkejut oleh Liam. Ia tidak menyangka bahwa dengan waktu beberapa jam, dapat digunakan oleh Liam dengan sebaik mungkin untuk mempersiapkan itu semua.

"Harus selalu dipake, ya." Begitu kata Liam setelah ia berhasil memasangkan sebuah kalung berwarna silver yang sangat cocok untuk Keira.

Keira pun tertegun lama menatap Liam. Ia dapat merasakan bahwa matanya panas. Tak terbendung lagi, air matanya turun dengan mulus. Ia menangis terharu. Ini semua terlalu sempurna, bahkan melebihi apa yang ia bayang-bayangkan sejak tadi.

"Liam..." gumam Keira.

"Kamu harus janji kalo kalung ini akan selalu kamu pake," Liam kembali mengulang ucapannya seraya menghapus air mata Keira dengan lembut menggunakan tangannya.

Keira pun sontak memeluk tubuh Liam dengan erat dan mengangguk dalam pelukannya. "Kalung ini ngebuat aku makin cantik, ya?" Suara parau akibat tangisannya membuat Liam tertawa kecil mendengarnya. Di saat seperti ini, Liam malah ingin menggoda Keira.

"Menurut aku, sih, makin jelek." Keira yang mendengar sontak memukul dada Liam dengan sedikit kencang. Liam pun tersenyum geli, lalu membalas pelukan Keira dengan tak kalah erat.

Malam ini akan menjadi malam dan sebuah kenangan yang akan selalu terukir dengan baik di memori Keira dan juga Liam. Sebuah malam yang tak akan pernah mereka lupakan sepanjang hidupnya.

Maka, izinkan aku untuk tetap berada di sini.

Bercengkrama diantara kesedihan dan kebahagiaan yang membelenggu.

Menikmati dinginnya malam yang menusuk kalbu.

Menghadirkan setiap bayangmu di mimpi-mimpi indahku.

Mengumpulkan sejuta kenangan manis didadaku yang rapuh.

Sebelum sang surya menjatuhkanku di atas daun kering dan menumbangkan diriku,

Selamanya.

••••••

2 part lagi:(

September 1, 2016.

Continue Reading

You'll Also Like

69.4K 10.6K 66
Haha. Satu kata itu mampu mewakili bagaimana konyolnya hidup ini. Semesta selalu saja memberikan kejutan. Di kehidupan yang penuh drama ini, kita...
4.2K 527 51
[ B E L U M R E V I S I ] Bagi Mahesa, tak ada hal paling penting selain belajar dan membanggakan orangtua. Tiada hari yang akan ia lewatkan tanpa be...
3.3M 168K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
706K 38.6K 40
Berawal dari tantangan, berubah menjadi sebuah kenyamanan. NO PLAGIARISM! COPY! ATAU SEJENISNYA. Highest rank: #8 General Fiction (28 Agustus '16) ...