Hello Nayla [SELESAI]

By tulipshine

225K 11.1K 537

[SELESAI✓] "Caraku mencintai bukanlah dengan memilikinya, Tapi dengan cara melindunginya, membuatnya bahagia... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Empat Belas
Lima belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima [TAMAT]

Dua Puluh Tiga

5.8K 292 13
By tulipshine

Ada yang nunggu cerita ini? Hehe maap baru update🙏 maap juga kalau update kali ini gak memuaskan. diusahakan chapter selanjutnya gak akan lama🙏
.
.
.
.

Langkah Rafa terhenti begitu Nayla keluar dari kamar inap Farel. Dilihatnya Nayla menunduk, dan sesekali menyeka air mata. Tanpa ragu Rafa melangkah dan mendekat.

"Lo kenapa?"

Sontak Nayla mengangkat wajahnya, menatap Rafa yang terlihat cemas.

"Kenapa lo nangis?" tanya Rafa lagi.

"Lo benar Raf, Farel kangen sama gue." gumam Nayla pahit.

"Terus kenapa lo nangis?" Rafa semakin bingung.

Bukannya menjawab Nayla justru mendekat dan memeluk Rafa erat. Rafa tersentak, dan ragu untuk membalas pelukan. Perlahan bajunya basah. Isak terdengar. Dengan berat Rafa mengangkat tangannya dan mengelus lembut kepala Nayla.

"Gue gak bisa lupain dia, Raf." pelukan semakin erat.

Rafa tersenyum samar. Ada yang melonjak dalam hatinya.

"Nay...,"

"Gue mau dia kembali...," Nayla melepas pelukan dan menatap Rafa penuh harap. "Lo bisa kan bantu gue? Lo mau kan bantu gue? Raf, gue mohon sama lo, bantu gue sama Farel."

"Gue usahain Nay. Pasti." jawab Rafa dengan senyum yang dipaksa.

* * *

Kabar baik datang menghampiri keluarga Rafa. Suatu hal diluar dugaan benar-benar terjadi. Rafa mendapat kabar bahwa Puna siap mendonorkan ginjal untuk Farel, saudaranya. Diana dan Pras sangat senang hingga tak bisa berkata-kata. Tidak mau mengulur waktu, Diana dan dokter yang menangani Farel langsung mengatur jadwal operasi.

Jadwal pun ditetapkan. Farel sungguh tidak sabar menunggu hari tersebut. Berbeda dengan Puna yang cemas akan datangnya hari tersebut. Di satu sisi ia ikhlas. Di sisi lain ia takut. Namun bagaimana pun waktu terus berputar. Hari yang dinantikan tiba. Semua orang datang ke rumah sakit, terkecuali Nayla. Gadis itu memutuskan untuk tetap di rumah.

Waktu terus berputar. Tidak tahu berapa kali jarum panjang melewati angka dua belas. Tiba-tiba saja operasi dinyatakan selesai dan berjalan dengan lancar. Diana yang sangat menunggu hari ini langsung menangis haru. Tanpa ragu ia memeluk Rafa, dan meminta maaf beberapa kali. Seketika hati Rafa bergetar. Bertahun-tahun ia hidup tanpa ibunya. Pelukan hangat yang lama hilang kini mulai terasa.

"Terima kasih." Diana mempererat pelukan, membuat Rafa tak tega dan membalas pelukan ibunya.

Detik itu juga, amarah yang tertanam di hati Rafa terhapus. Amarah yang ia pendam bertahun-tahun hilang dalam hitungan detik. Semenjak hari itu semuanya mulai membaik.
Tidak hanya meminta maaf kepada Rafa, Diana juga meminta maaf kepada Pras, mantan suaminya. Begitu Farel sudah benar-benar pulih, dan kembali ke rumah, rasa hangat akan keluarga mereka mulai terasa. Tapi ada yang berbeda perihal status Pras dan Diana yang kini bukan lagi sepasang suami istri. Keadaan tersebut menarik perhatian Farel dan Rafa. Di dalam kamar, Rafa mulai membicarakan hal-hal gila yang tidak mungkin dilakukan.

"Gimana kalau kita suruh mamah dan papah nikah lagi." usul Rafa.

"Gak mungkin."

"Kenapa? Dari dulu sampai sekarang, cinta papah gak pernah pudar."

"Iya, tapi cinta mamah sudah lama lenyap. Lagi pula, sebentar lagi gue balik."

"Maksud lo balik?"

"Balik ke kota lama, kota tempat gue tinggal dulu. Lo tahu kan mamah datang ke sini cuma untuk manfaatin papah supaya mau donorin ginjal ke gue."

"Gue tahu itu. Tapi nyatanya yang donorin ginjal ke lo itu bukan papah, tapi orang lain."

"Orang lain?"

"Papah gak bisa donorin ginjal ke lo. Makanya gue berusaha cari pendonor dan akhirnya gue ketemu."

"Siapa?"

"Puna. Dia temen gue. Tapi semenjak selesai operasi gue belum ada ketemu dia."

"Dia donorin secara ikhlas?"

"Nggak, gue sudah suruh papah bayar dia. Soalnya dia butuh uang buat biaya operasi ibunya."

"Kok gue gak kenal sama teman lo yang itu?"

"Ceritanya panjang. Gue ketemu dia secara kebetulan, waktu gue beli bunga untuk nembak Nayla."

"Oh..., sorry Raf, gara-gara gue lo di tolak."

Rafa tertawa dan melompat ke tempat tidur. "Lo santet Nayla atau gimana, kenapa dia tergila-gila banget sama lo. Sampai-sampai dia minta bantu gue buat bisa balikan sama lo."

"Dia minta bantu lo untuk balikan sama gue?"

"Iya. Gue tahu lo juga sayang sama dia. Dari pada dia nangis terus, mendingan lu ajak dia balikan."

Farel termangu.

"Percuma lo relain perasaan lo demi gue, nyatanya Nayla ngarepin lo." kata Rafa dan mulai memejamkan matanya.

"Gue gak bakal balikan sama dia. Lo benar Raf, gue masih sayang sama Nayla. Tapi gue sama sekali gak ngerelain perasaan gue demi lo. Gue sudah putusin buat pergi dari kehidupan Nayla. Mungkin sulit buat gue ngelupain dia, tapi bukan berarti gue gak bisa. Setelah gue pindah, gue bakal benar-benar menjauh dari dia. Karena itu, gue harap lo bisa sembuhin luka yang gue ciptain dan gue harap setelah luka itu sembuh, Nayla bisa jatuh cinta sama lo... Jangan khawatir, banyak cewe yang mau sama gue."

Rafa terdiam. Matanya tetap terpejam. Semua yang dikatakan Farel terdengar begitu jelas, dan membuat Rafa sedikit gugup.

* * *

Nayla mendapat kabar bahwa Farel sudah keluar dari rumah sakit. Namun setelah kabar itu terdengar, Nayla tak merasakan tanda-tanda akan kembalinya Farel. Sudah lama Farel keluar dari rumah sakit, tapi tak juga Farel memberinya kabar. Perkataan Farel di rumah sakit dulu benar-benar terjadi. Farel benar-benar tidak menemuinya. Tidak akan pernah Bahkan Farel tidak lagi pergi ke sekolah. Usahanya dengan meminta bantuan kepada Rafa pun tidak jelas kabarnya. Nayla menjadi cemas. Setiap kali bertemu Rafa di sekolah, ia memilih diam, meski ia ingin sekali tahu mengapa Farel tidak kembali ke sekolah.

Nayla mencari info dari Popy. Tetapi Popy mengatakan bahwa Nico tidak memberinya info apapun.

Dia beneran pergi. Gumam Nayla dalam hati.

"Nay, kantin yok." ajak Hasya.

"Gue gak lapar."

"Meskipun lo gak lapar, tapi lo tetap harus ke kantin bareng kita." ujar Popy bersemangat. Dengan langkah berat Nayla ikut bersama Popy dan Hasya.

Tiba di kantin, Popy langsung disambut oleh lambaian tangan Nico. Pria itu memamggil dan mengarahkan agar Popy dan lainnya duduk bersama mereka. Nayla yang melihat hal tersebut langsung meminta Popy agar duduk di meja lain. Namun, lagi-lagi Hasya dan Popy memaksa dirinya. Tak bisa melawan, akhirnya Nayla pasrah. Di meja lebar dan panjang duduk tiga orang pria dengan seragam olahraga, dan tiga orang wanita dengan seragam putih abu-abu.
Seperti biasanya Popy dan Nico mulai sibuk dengan hubungan mereka. Tak henti-henti Nico menggoda Popy. Hingga keduanya pergi untuk memesan makanan.
Berbeda dengan Hasya yang sibuk mengotak-atik ponsel dan Adit yang bingung.

"Sya," panggil Adit.

"Yo." jawab Hasya singkat.

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Nayla dan Rafa yang tadinya diam langsung menoleh ke arah Adit.

"Gak." jawab Hasya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kalau gue traktir makan mau gak?" tanya Adit, lagi.

"Boleh." Hasya bangkit dari duduknya dan memasukan ponselnya ke saku seragam. Adit tersenyum, tanpa basa-basi keduanya langsung bergegas membeli makanan.
Kini yang tersisa hanya Rafa dan Nayla. Keduanya saling tatap, hendak mengatakan sesuatu.

"Gue gak bisa bantu lo." tembak Rafa tanpa basa-basi.

Nayla tersenyum masam, "gimana keadaan Farel?"

"Baik. Lusa dia pindah."

"Pindah?"

"Dia nyuruh gue untuk nyampein sesuatu,"

"Apa?" desak Nayla.

"Dia minta lo lupain dia, dan jangan berharap untuk lo kembali lagi sama dia."

* * *

Puna melihat kalender yang berada di meja kasir. Tanggal hari ini kembali ia coret. Lalu ia hitung berapa angka yang sudah ia beri tanda silang dengan spidol merahnya. Puna menghela napas panjang. Setiap lonceng pintu utama toko bunga berbunyi, Puna berharap yang datang adalah Rafa dengan segala semangatnya. Mendadak Puna merasakan rindu yang tidak jelas. Bunga mawar putih ia genggam batangnya hingga duri-duri yang terdapat pada batang menusuk dalam telapak tangannya.
Puna ingin melihat Rafa, lagi.

Tring

Lonceng berbunyi. Cepat-cepat Puna mengalihkan pandangan. Bunga mawar yang ia genggam langsung ia lepas. Darah yang mengalir langsung ia tutupi dengan kain lap.

Seorang pria yang tidak asing berdiri di hadapannya. Pria itu adalah Farel.

Continue Reading

You'll Also Like

228 93 6
Seorang wanita cantik yang memiliki rambut hitam pekat, hidung mancung, dan bulu mata yang lentik, dia bernama Bianca. Bianca adalah remaja berusia 1...
7.7K 176 37
Rintik hujan membasahi tanah, membuat genangan di setiap lubang. Pagi ini cuaca mendung dengan gerimis kecil, aku menutup gorden untuk menutupi kaca...
636K 24.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
695K 12.4K 128
Rate:::: 22 May 2021 : 8 in Poems 23 July 2017 : 14 in Poetry 31 July 2017 : 18 in Poetry 5 Agt 2017 : 17 in Poetry 31 Oct 2017 : 25 in Poetry Kumpul...