Beautiful Lie MYUNGYEOL (END)

By yukoook11

15K 1.1K 238

ON EDITING! Aku adalah kebohongan terindah untukmu Kim Myungsoo. Another story from me Nona Yupi MYUNGYEOL Y... More

Beautiful Lie 1
Beautiful Lie 2
Beautiful Lie 3
Beautiful Lie 4
Beautiful Lie 5
Beautiful Lie 6
Beautiful Lie 7
Beautiful Lie 8
Beautiful Lie 9
Beautiful Lie 10
Beautiful Lie 11
Beautiful Lie 12
Beautiful Lie 14
Beautiful Lie Trailers
Beautiful Lie 15
Beautiful Lie 16 (1) End
Beautiful Lie 16 (2) End

Beautiful Lie 13

584 50 3
By yukoook11

Karena apapun yang akan aku katakan, tidak lebih dari kata kebohongan.
.
.
.
.

Kalau cinta itu ada kenapa akan sesakit ini? Kenapa akan setersiksa seperti ini. Saat aku tahu cinta yang telah aku harapkan pergi dengan begitu saja.

Sungyeol mengangkat ponselnya, ketika itu Myungsoo menghubungi, sekedar menyapa setelah kepulangan mereka dari jepang. Ada tawa terdengar dari balik ponsel Sungyeol, suara Myungsoo yang sangat khas dan kadang membuatnya ingin mendengarnya. Walaupun Sungyeol tak tahu kenapa alasannya. Tapi ia hanya ingin mendengarnya.

"Aku sudah makan, kurasa aku mulai mengantuk." Jawab Sungyeol, itu pertanyaan yang menurut Sungyeol kekanakkan, tapi Myungsoo selalu menanyakan hal itu. Apa Sungyeol sudah makan? Atau Sungyeol tidur dengan cukup, pertanyaan yang merupakan pertanyaan yang menurut Sungyeol sedikit agak konyoldan tidak penting. Tapi tetap saja Sungyeol tak bisa berbohong, kalau ia selalu tersenyum saat mendengar seluruh perhatian Myungsoo yang diberikan padanya.

Kali ini Sungyeol tidak menjawab pertanyaan Myungsoo lagi, dia terdiam, memikirkan apa yang harus ia katakan.

"Kau dengar aku? Sungyeol?" kata Myungsoo di balik panggilan itu.

"Ya.. aku dengar.." balas Sungyeol, suaranya memelan, dan mengambang bagai kapas.

"Kalau begitu, kita akan bertemu untuk membicarakkannya lagi, Aku menunggu jawaban mu."

Setelah kalimat terakhir yang Myungsoo katakan, Sungyeol langsung memeluk ponselnya erat, dia memejamkan matanya, meneggelamkan kepalanya pada bantal. Kini Sungyeol berada di kamarnya, dia hanya bisa memeluk dirinya sendiri, rasanya tubuhnya gemetar hebat. Apapun yang Myungsoo tunggu dari jawabannya, dan tentang apa yang Myungsoo tanyakan, itu adalah pertanyaan paling memusingkan yang pernah Sungyeol dapatkan.

"Sungyeol, kau kenapa?"

Sungjong berdiri di depan pintu kamar Sungyeol, ia melihat Sungyeol seperti orang yang sedang sakit perut, Sungyeol merapikan duduknya, dan menatap Sungjong biasa.

"Oh, semuanya baik-baik saja."

"Benarkah? Apa kau sakit?"

Sungyeol menggeleng pelan, "Kurasa semuanya baik. "

Sungjong duduk di sisi ranjang itu, "Oke, kupikir setelah kau tahu segalanya... kau akan menjadi hancur..."

Sungyeol tertunduk, ia merasa bodoh. Karena ia baru saja terbuai dengan rasa yang seharusnya tidak ia miliki, harusnya ia ingat tentang balas dendamnya, "Well, kupikir aku harus melakukan sesuatu."

Sungjong tersenyum, "Aku mendengar kalau Woohyun hyung menemui Hoya." Dia tampak menimbang-nimbang kata-kata yang akan ia ucapkan kali ini, "Dia mungkin akan membantumu menghabisi Hoya."

Kali ini telinga Sungyeol bagai tersengat listrik, saat mendengar kata 'Menghabisi' entah apa yang akan Woohyun lakukan, tapi menghabisi Hoya adalah bagiannya juga, Sungyeol menatap Sungjong serius.

"Dimana? Apa Woohyun menemui Hoya di apartemennya?" cecar Sungyeol, ia mengambil jaketnya dan mengantungkan ponselnya.

Sungjong menatap arah tangan Sungyeol yang mengambil jaket, "Kurasa, yeah Woohyun hyung pergi kesana." Sungjong menatap lagi, "Kau tidak serius untuk pergi kan?"

"Aku harus." Kata Sungyeol, ia bangkit dan berjalan ke arah pintu, "Aku ingin membuat dia merasakan tersiksa, lagipula mati begitu saja..itu sangat tidak setimpal." Sungyeol diselimuti dendamnya, ia tahu ia harus melakukannya, dan dia tidak perduli apapun lagi. Lagipula kini Myungsoo ada di tangannya.

.
.
.
.

"DOR!"

Hoya membuang cerutunya, dan melihat dengan dalam ke arah Woohyun, peluru itu melesat melewati kepalanya dan bersarang di sofa.

"Ku bilang kau tak akan mampu membunuhku, see.. peluru itu tak sanggup kau sarangkan ke kepalaku." Kata Hoya sarkastik, tapi Woohyun tersenyum kecil. Bukan ia tak sanggup membunuh Hoya. Tapi pesan singkat yang di sampaikan Sungjong membuatnya melakukan ini. Ada titik terang yang bisa iadapatkan. Ketika itu pintu apartemen terketuk, Hoya maupun Woohyun menoleh bersama.

.
.
.

Sungyeol sampai di depan pintu itu, dia berusaha menggedor pintu itu keras-keras, bahkan airmatanya mulai mengalir, berusaha sekuat tenaga untuk menggedornya.

Pintu itu terbuka dan sosok yang membuka terkejut tak kala melihat Sungyeol dengan ke adaan yang benar-benar tidak pernah ia bayangkan.

"Yeol... are you okay?"

Kata itu terucap, tapi Sungyeol menggeleng pelan, dan langsung menghambur memeluk sosok di depannya.

"Please..." suara Sungyeol bergetar, "Myungsoo tolong aku.." kali ini Sungyeol menatap mata Myungsoo, dan sosok yang sedari tadi ia peluk adalah Myungsoo. Apapun yang Sungyeol katakan sekarang membuat Myungsoo bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi sebenarnya.

"Apa yang terjadi, jelaskan padaku, dan siapa yang membuatmu seperti ini hah?" tanya Myungsoo bertubi-tubi emosinya meluap, ia tak bisa melihat seseorang yang ia cintai seperti ini.

Sungyeol kembali memeluk Myungsoo dan menagis di dada Myungsoo.

"Aku tak bisa mengatakannya.."

Myungsoo mengelus punggung Sungyeol, "Katakan padaku, tidak apa-apa, aku selalu ada untukmu.."

Sungyeol mengambil napasnya dalam, "Hoya..." suara Sungyeol melemah, dan genggaman tangannya pada kemeja Myungsoo mengerat.

Myungsoo menghela napasnya, jadi semua ini adalah ulah Hoya. Lagi?

"Dia bilang akan membunuhku, bagaimanapun aku berlari, dia takkan melepaskan ku.. Myungsoo..."
Kata Sungyeol yang sukses membuat Myungsoo meradang, sebagai adiknya Myungsoo merasa malu memiliki kakak seperti itu dan ini tak bisa dibiarkan. Lagipula Sungyeol sekarang sudah berada di sisinya. Ia tak kawatir jika hubungannya dengan Hoya akan rusak karena mempertahankan Sungyeol.

"Kau tenang saja, aku akan mengaturnya. Tidak usah cemas aku di sini untuk mu Sungyeol." ucap Myungsoo, ia menatap wajah Sungyeol, bagai menatap sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya. Myungsoo membelai pipi itu yang memerah. Dan membawa Sungyeol kembali ke dalam pelukkannya.

'Jadi, seberapa banyak cinta yang kau punya untukku? Apa kau tak merasakan duriku yang tajam ini Myungsoo?'

Sungyeol menyamankan posisinya di dada Myungsoo.

.
.
.
.

Hoya dan Woohyun saling tatap, mata Hoya menajam dan mengarah menuju pistol yang kini Woohyun arahkan ke padanya, Woohyun tanpa meninggalkan matanya yang menatap Hoya, kini menaruh pistol itu di tempatnya, kini Hoya dan Woohyun sama-sama berdiri, berjalan meski tidak berbarengan menuju pintu, mereka berdua sama-sama mengantisipasi siapa yang datang. Dalam pikiran Hoya adalah Myungsoo sementara Woohyun, dia tentu menganggap yang datang adalah Sungyeol.

Pintu itu terbuka, Hoya yang membukanya, dan yang pertama kali Hoya lihat adalah seseorang yang berdiri di depan pintunya dengan pandangan tak percaya.

"Aku datang mencari Myungsoo. Sepertinya aku akan datang lain kali." Sosok itu berkata agak canggung, dia kenal sedikit tentang Hoya ataupun Woohyun yang pernah bekerja sama dengannya.

"Tidak apa-apa Sunggyu-ssi, aku sudah selesai berbincang dengan tuan Hoya." Kata Woohyun agak tenang, paling tidak bukan Sungyeol yang datang ataupun Myungsoo.

"Ku rasa aku sudah selesai, jadi." Woohyun menghadap ke arah Hoya, dia sedikit membungkuk, dan setelah itu senyum kecil ia hadiahi untuk Hoya. Paling tidak lain kali Woohyun akan tertawa kencang di atas kematian Hoya. "Aku pamit, terimakasih atas jamuan anda Tuan Hoya." Setelah itu Woohyun berjalan melewati pintu, Hoya tak merespon apapun yang Woohyun katakan, dasar bajingan sialan. Batin Hoya.

Sunggyu terngungu, sebenarnya agak canggung juga, tapi apa boleh buat.

"Woohyun ssi.." Kata Sunggyu pelan, dia melihat Woohyun tersenyum ke arahnya, Sunggyu pernah sekali berbincang dengan Woohyun sebelumnya, lagi pula membicarakan bisnis ini dengan Woohyun lebih baik dari pada Hoya, karena Hoya bukan Myungsoo, walaupun mereka kakak adik tapi urusan tentang bisnis ini Hoya tak tahu apa-apa.

"Ku pikir aku bisa membicarakan ini dengan mu, well karena Myungsoo tak ada." Tutur Sunggyu, dia melihat Woohyun dan kemudian Woohyun mengangguk setuju.

"Kalau begitu Hoya-sii, aku permisi, maaf sudah mengganggu. Sampai Jumpa." Pamit Sunggyu. Dia membungkuk kecil, dan kemudian mengikuti Woohyun yang sudah jalan terlebih dahulu.

Hoya menutup pintu itu keras, ia harus mempunyai taktik lebih, permainan kali ini Woohyun benar-benar ambil kendali. Sungguh membuatnya tak boleh gegabah sama sekali. Karena semua kartu AS-nya telah berada di tangan Woohyun.

.
.

Sunggyu menaruh dua gelas ice coffee di atas meja bulat berdiameter kurang lebih 60 cm. Dia membuka pembicaraan ini dengan dua gelas coffee yang baru ia pesan.

"Ku rasa kau suka dengan coffee ini. " kata Sunggyu, dia menyeruput coffee itu pelan dan menaruhnya kembali.

Sementara Woohyun tersenyum kecil.

"Well, aku bukan tipe pemilih untuk minuman." Balas Woohyun, ia mengambil cerutu yang ada di dalam saku jasnya. Ia menyalakan rokoknya dan membuat asap kecil diantara dirinya dan Sunggyu. "Kau mau?" tawar Woohyun pada Sunggyu, Sunggyu menggeleng pelan. Menolak halus dan meminum kembali coffeenya.

Mereka berbincang lumayan lama, mulai dari masalah bisnis, dan asal mereka masing -masing. Sunggyu tidak percaya kalau Woohyun dapat menjadi teman berbincang yang menyenangkan.

Sunggyu teringat kembali saat pertama kali ia bertemu dengan Woohyun. Kali itu saat di lift. Dia ingat dengan siapa Woohyun berdiri, dengan Sungyeol, teman bercintanya sewaktu dulu. Dan untuk sekarang.. dia mungkin sudah melupakan perasaannya sedikit demi sedikit. Tapi seperti serangga yang sedang terbang di kepalanya, ini mengganggu, jadi ia ingin bertanya kepada Woohyun bagaimana Woohyun dan Sungyeol bisa bersama dan menjadi pasangan atasan dan bawahan. Setahu Sunggyu, Sungyeol tak memiliki riwayat bekerja resmi dengan orang lain.

Sunggyu selalu melihat Sungyeol berkeliaran di bar-bar mahal di kota ini. Agak miris mengingat itu, tapi itulah kenyataannya.

"Apa sudah lama kau mengenal Sungyeol-ssi?" tanya Sunggyu hati-hati, ia mungkin saja bisa mempermalukan Sungyeol kalau ternyata Woohyun tak tahu latar belakang Sungyeol sebelumnya.

Woohyun menaruh rokoknya di atas asbak yang baru saja diantarkan oleh pelayan, "Kenapa kau bertanya tentang Sungyeol, apa kau mengenalnya?" kini Woohyun yang balik bertanya, membuat Sunggyu berpikir agak keras.

"Well, aku tidak menyangkal bahwa aku pernah mengenal Sungyeol, hanya sebatas itu, jadi ku pikir-"

"Kau pikir apa? Aku baru sekitar beberapa minggu mengenal Sungyeol, dia bekerja belum lama ini sebagai sekertarisku." Jelas Woohyun, dan tentu dengan sebuah karangan yang hebat bukan main, beberapa minggu? Seharusnya Woohyun mengatakan beberapa tahun belakangan.

Sunggyu tersenyum kecil, dia melihat Woohyun lagi, "Ah, bukan apa-apa." Kata Sunggyu, ia tidak tahu tapi berhadapan dengan Woohyun dapat mengintimidasi dirinya terlebih Woohyun memberikan banyak modal pada bisnis ini, dan yang tak Sunggyu tahu alasan, mengapa selama ini ia agak sedikit takut menatap mata Woohyun. Sunggyu memalingkan wajahnya ke samping, membuat dirinya lebih rileks dan nyaman, tapi semua gerak-gerik yang Sunggyu lakukan bisa terbaca oleh Woohyun dengan mudah, kalau lawan bicaranya ini merasa terintimidasi olehnya.

.
.
.
.

Myungsoo selalu bisa menenangkan Sungyeol dengan cara apapun yang dia pikirkan, setelah Sungyeol menggedor pintu apartemen barunya. Myungsoo baru beberapa hari membeli apartemen baru, sejak kepulangan Hoya ia memilih untuk tinggal terpisah. Hanya Sungyeol yang mengetahui tempatnya.

"Sungyeol.." panggil Myungsoo pelan sekali, mereka kini duduk di sofa panjang hitam, sambil terus mengelus rambut Sungyeol.

"Hmmm...?" balas Sungyeol, ia menyamankan posisinya lagi, entah kenapa dada Myungsoo selalu nyaman seperti ini.

"Apa kau bisa jelaskan padaku.. apa masalah mu dan Hoya hyung?" taya Myungsoo pelan. Sungyeol membeku, dia diam seribu bahasa. "Apa dulu kalian pernah berhubungan?" kata itu begitu menyayat hati Myungsoo, laki-laki yang ia cintai pernah memiliki hubungan dengan kakaknya sendiri, kalau kenyataan iya, Myungsoo akan berusaha untuk menerimanya.

Sungyeol mendongak menatap Myungsoo sekali lagi ia pandangi wajah itu, wajah yang kini selalu berada di dalam hidupnya, wajah yang akan bersedia menangis dan tersenyum untuk dirinya, tangan Sungyeol mengelus pelan pipi Myungsoo, ia tahu kenyataan yang akan ia buat akan menyakitkan bagi Myungsoo. Tapi apa semua rasa sakit yang selama ini Sungyeol rasakan akan setimpal dengan rasa sakit yang akan ia berikan pada Myungsoo. Bahkan semua hal Sungyeol buat akan seperti pisau bermata dua.

'Apa kau benar-benar bodoh? Myungsoo kau benar-benar naif.' Hati Sungyeol membatin, dia kembali memeluk Myungsoo, mengambil seluruh kepercayaan Myungsoo yang bisa ia dapatkan.

"Dulu..." Suara Sungyeol tercekat, bahkan tubuhnya gemetar. "Aku bekerja di sebuah kedai teh di Jepang." Sungyeol mulai bercerita, suaranya mulai tenang dengan di bantu usapan lembut di punggungnya.

"Awalnya Hoya menjadi seseorang yang sangat baik, dia selalu memperlakukan ku seperti seseorang yang pantas, bukan seperti yang selama ini aku terima, bukan sampah yang selalu di injak-injak oleh orang." Sungyeol meneggakkan kepalanya dan melepaskan pelukkan itu.

"Hoya selalu bisa membuat lelucon yang lucu saat dia berkunjung ke kedai tempat ku bekerja. Ku rasa dia selalu membuatku merasakan bahwa aku masih layak untuk hidup dengan baik." Sungyeol terseyum sendu, tapi Myungsoo ia tak bisa mengatakan apapun, ia hanyalah seseorang yang baru datang dan tak tahu apa-apa. Dan kali ini Myungsoo merasa dirinya hancur. Karena bukan dia orang yang pertama kali membuat senyum di bibir Sungyeol.

Sungyeol merendahkan suaranya, matanya dia paksakan untuk tetap jernih tanpa air mata, "Hoya menjadi seseorang yang membuatku percaya bahwa masih ada kebahagian, Hoya selalu menjadi seseorang yang menyenangkan." Suara Sungyeol mulai bergetar, ketika ia mulai mengingat hal yang paling mengerikkan.

"Hari itu Hoya datang seperti biasa, aku tak tahu apapun yang ada di balik senyumnya yang memang selalu indah, tapi kemudian ada yang belum aku tahu bahwa selama ini semuanya hanyalah palsu. Semua keindahan itu adalah palsu dan kebohongan, Hoya telah merusakku sampai aku tak ingin menatap diriku di cermin. Bahkan aku ingin sekali mati."

Kini Myungsoo tak bisa berkutik, bahwa kakaknya memang bajingan kelas satu, ia bergetar mendengar kenyataan pahit yang Sungyeol rasakan.

"Sungyeol... aku.."
"Itu bukan salahmu..." sela Sungyeol cepat, dia menggenggam tangan Myungsoo, menatapnya dan kemudian mengalihkan pandangannya ke depan, ke arah jendela yang terbuka.

"Bahkan setelah itu aku tak tahu kenapa dulu Hoya bisa menjadi seseorang yang bisa membuatku tahu apa itu .. cinta.."

Tangan Myungsoo melemah, dia tahu kenyataan yang lebih pahit bahwa kakaknya adalah cinta pertama Sungyeol. Kepalanya terasa panas, dan dadanya ingin meledak karena ia tak tahu rasa sakit ini begitu menyiksa dirinya.

"Setelah dia menghancurkan ku, dan kemudian dia menemukanku lagi dengan keadaan ku yang mulai bangkit, kini apa yang aku harus lakukan kalau dia akan menghancurkan ku sekali lagi.."

Sungyeol melepaskan tangan Myungsoo, ia memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya di sana.

"Apa yang harus ku lakukan...?"

"Apa yang harus ku lakukan...?"

Sungyeol terus menggumam dengan suaranya yang serak, putus asa yang Myungsoo dengar.

Myungsoo menarik Sungyeol dan membuat Sungyeol menatapnya lagi, "Aku yang akan melakukannya, tidak peduli apapun yang terjadi aku yang akan melindungimu. Sekalipun dia Hyung ku."

Sungyeol mengelus pipi Myungsoo yang agak menirus, "Apa aku bisa percaya sekali lagi?"

Myungsoo membawa Sungyeol ke sebuah ciuman singkat, dia membuat sebuah janji yang tak terucap dari bibirnya ke bibir Sungyeol.

"Aku tidak akan memaksa, tapi kau bisa memulai nya dengan perlahan..."

"Aku akan berusaha..."

"Aku mencintaimu Sungyeol..."

'Aku memang menyedihkan... Myungsoo maafkan aku...' Sungyeol tak membalas ucapan Myungsoo, tapi ia kembali mencium Myungsoo bahkan penuh dengan emosi yang berapi-api.

Aku memang jalang, bahkan aku tak peduli kalau aku harus berbohong sampai mati.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
ZiAron [END] By ✧

Teen Fiction

7.8M 734K 69
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] _________________________________________________ (16+) Hanya kisah kedua pasang...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
14.7M 1.5M 53
[Part Lengkap] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Reinkarnasi #01] Aurellia mati dibunuh oleh Dion, cowok yang ia cintai karena mencoba menabrak Jihan, cewek...