Broken Wings

By claudieazalea

1.1M 68.3K 1.8K

Pernikahan seharusnya menjadi impian yang menyenangkan bagi banyak wanita. Tapi tidak dengan Kara. Pernikahan... More

1. Penderitaan
2. Bertahan
3. Menenangkan Diri
4. Benci untuk mencinta
5. Keresahan baru
7. Seseorang dari masa lalu (2)
9. Penolakan
8.Penguasaan diri
10.Kejutan
11. Alasan untuk tersenyum
12. Mimpi Buruk
13. SATU (#1)
14. Segala sesuatu ada maksudnya
15.Ketika rasa itu perlahan mulai datang
16. Membunuh perasaan
17. Te Amo
18. Ambigu
19. Yang ditakutkan terjadi
20. Double Shit
21. Perjanjian tak tertulis
22. Salahkah aku yang berharap?
23. Gosip
24. Bahu yang kuat
25. Konfrensi pers dadakan
26. Apa yang terjadi?
27. Refleksi masa lalu
28. Lebih dari sekedar rasa nyaman
29. I'm Sorry.. I can't
30. Filosofi gerbang Bradenburg
31. Mencintai dalam diam
32. Check up
33. Titik permulaan kesadaran
34. Angin segar
35. Apa yang kau lakukan terhadapku?
36. Perkelahaian
37. Lakukan demi hati
38. Keputusan
39. Upaya perdamaian
40. Waktu perenungan
41. Rindu
42. Ingin diperjuangkan
43. Rumah
POLLING PEMBACA
45. I'm Yours
Extra Part
Tanya pembaca (Pemberitahuan)
REQUEST CERITA

6. Seseorang dari masa lalu (1)

26.9K 1.6K 13
By claudieazalea

Kadangkala ada baiknya untuk pura-pura tidak tahu. Menghindari sakitnya kenyataan.

Kara tepekur seorang diri di ruang kerjanya. Berkali-kali Sandy mengetuk pintu bahkan tak dihiraukannya. Entah ia tidak mendengar atau tidak peduli.

"Sepertinya kau sedang banyak pikiran, Bos?" Tanya Sandy yang akhirnya memilih masuk tanpa diijinkan terlebih dahulu. Sudah beberapa kali ia mengetuk, namun tak ada respon juga. Pantas saja, pemandangan yang ada dihadapannya semenyedihkan ini. Bos nya terpekur seorang diri di depan notebook nya.

Menyadari kehadiran Sandy, Kara bergegas mengembalikan pikirannya ke dunia nyata.

"Oh. Hei, San.. ada perlu sesuatu?" Seolah-olah tidak ada masalah, Kara menutupi keresahannya.

"Tadinya ya. Tapi ku rasa bukan aku lagi yang memerlukan sesuatu, melainkan kau, Bos." Begitulah Sandy, seorang asisten pribadi merangkap teman bicara plus curhat juga bagi Kara. Tidak ada keseganan diantara mereka.

Sandy berjalan dengan langkah kemayu nya. Hari ini ia tampak fresh dalam balutan celana slim fit ala korea berwarna merah maroon dan baju kemeja slim fit berwarna putih dengan syal pengikat bermotif macan. Melihat kedatangannya, Kara menilai penampilan asisten nya itu dari atas hingga bawah. Dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sebenarnya, Sandy pria yang cukup tampan. Hanya saja... itu jika ia normal. Kara tahu betul latar belakang mengapa Sandy jadi seperti ini. Sister complex itu alasannya. Sandy terobsesi menjadi kakak perempuannya yang sudah lama meninggal. Ibunya sangat kehilangan kakak perempuannya itu, dan sebagai seorang anak... bagi Sandy cara membahagiakan ibu nya adalah menjadi sama seperti kakak perempuannya. Membuat seolah-olah kakak perempuannya itu hidup.

"Jika yang kau maksud keperluanmu kemari untukku menilai penampilanmu hari ini. Maka yah.... syal bermotif macanmu itu sangat menggangguku." Kara tersenyum geli. Mendengar sindirian halus itu, Sandy memberengut kesal. Ia kemudian melepaskan syal bermotif macannya dan mengambil tempat duduk dekat dengan Kara.

"Padahal aku sudah susah payah mencarikan syal ini! Kau merusak mood ku, Bos." Sandy melipat syal itu dan menyimpannya ke saku celananya.

Kara tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Geli melihat tingkah manja khas asistennya itu. Sandy melihat reaksi Kara yang seketika berubah ceria.

"Kelihatannya aku mood booster yang baik untuk harimu kali ini ya?"

Kara mengangkat bahunya acuh, selanjutnya ia memilih diam. Di detik selanjutnya, ia sudah tau apa yang selanjutnya akan dikatakan asistennya itu...

"Bertengkar lagi dengan Javier, Bos?" Tanya Sandy hati-hati.

Nah, benar kan...

Mendengar pertanyaan Sandy, Kara menggeleng cepat. Ia bukan bertengkar dengan Javier, tentu saja. Mereka bahkan sudah berbaikan. Pagi tadi, ia justru diantar Javier ke galeri nya.

"Lalu? Kali ini apalagi?" Cecarnya lagi.

Kara mengalihkan tatapannya dari notebook ke arah lawan bicaranya. Ia mendesah berat, seberat masalah yang akan diceritakannya, "Kau masih ingat aku pernah cerita tentang Helena?"

Sandy mengangguk cepat, "Ya. Mantan pacar Javier, kan?"

Kara mengangguk sambil lagi-lagi mendesah.

"Ada apa dengannya?" Sandy mendesak ingin tahu.

"Javier mengatakan padaku, bahwa Helena adalah lawan mainnya di debut film terbaru miliknya."

Sandy memajukan duduknya, matanya melotot mendengar penjelasan Kara, "Serius, Bos?"

"Apa aku nampak sedang berbohong?"

Kali ini gantian Sandy yang mendesah, ia membetulkan letak duduknya menjadi setenang mungkin. Oke, ini memang masalah Bos nya. Tapi baginya, masalah bos nya adalah bagian dari penanggungannya juga.

"Lalu apa rencanamu?" Tanyanya kemudian.

Kara mengernyitkan dahinya, "Rencana? Maksudmu?"

"Oh. Ayolah, Bos. Kau bisa saja mendatanginya di lokasi shoting dan membuat perhitungan padanya agar tak mengganggu Javier, suamimu."

Kara tertawa sumbang. Memarahi orang lain didepan umum sama sekali bukan tipenya.

"Maaf. Aku lupa itu bukan tabiatmu, Bos." Kata Sandy seperti baru saja tersadar sesuatu. Kara mengibaskan tangannya, memberi tanda untuk melupakan kalimatnya barusan.

Hening. Tidak ada lagi pembicaraan yang berlanjut diantara mereka. Untuk sesaat Kara memilih menyibukkan dirinya kembali dalam kegiatannya. Sandy yang memahami bahwa Kara sedang tidak ingin diganggu oleh masalah 'Helena', ia pun mengalah. Ia meraih handphone di saku celananya lalu mengotak-atik akun sosial media miliknya. Beginilah caranya membunuh sepi versi Sandy---larut dalam dunia maya. Ia membuka aplikasi twitter nya. Di timeline teratas, pandangannya terpaku.

(At)BintangNews : Prahara rumah tangga artis cantik Helena Abimanya http://bintangnews.ws/A489400

Sandy mengeryitkan alisnya sambil sesekali ia melirik sang Bos. Baru saja mereka membahas soal Helena. Sekarang, apa sebenarnya yang terjadi dengan Helena? Sandy penasaran. Ia membuka link berita gosip itu.

Ia membaca kata demi kata. Memastikan semua kebenaran yang ada di dalamnya. Untuk beberapa paragraf yang ia baca, ia belum yakin betul. Barangkali hanya gosip. Namun, ketika matanya tertuju pada baris akhir, barulah ia percaya.

Helena mengaku sudah dua bulan ini mereka pisah ranjang. Ditemui secara terpisah, kuasa hukum Helena mengatakan bahwa Helena sudah melayangkan gugatan cerai pada suaminya itu. Sementara suaminya, Hendrik Liam, belum ingin memberikan keterangan apapun pada sejumlah wartawan.

Sandy menggigit bibirnya. Kalau Kara tahu, bisa-bisa ia makin kalang kabut memikirkannya. Sandy berdeham, memecah keheningan yang sejak tadi tercipta.

"Hei Bos..." katanya pelan.

"Hmm?" Kara masih sibuk mengamati notebook nya, membalas satu persatu email yang masuk.

"Menurutmu... apa Helena bahagia dengan rumah tangganya?" Kali ini nada suaranya lebih terdengar seperti keraguan daripada pertanyaan. Membuat Kara gerah sendiri.

"Kau menanyakan padaku seolah-olah aku ikut terjun didalamnya. Tapi ku harap ia bahagia." Jawabnya acuh sambil tetap membalas email.

Sandy berdeham sekali lagi. Ia merasa ragu untuk mengucapkan. Namun sikap tubuhnya benar-benar tidak dapat dibohongi. Kara tahu betul Sandy sedang resah. Ia pun menjauhkan pandangannya dari notebook untuk mengamati reaksi Sandy.

"Ada apa?" Tanya Kara heran. Kini ia menyilangkan tangannya diatas meja kerjanya. Ia memasang sikap siap menerima segala cerita apapun. Tapi tidak dengan Sandy, ia masih saja ragu.

"San? Ada apa?" Ulang Kara.

Merasa terdesak, akhirnya Sandy mengalah. Ia meletakkan handphonenya di meja kerja Kara. Lalu menggeser posisinya agar tepat ada dihadapan Kara.

"Aku tak tahu apakah kau mau membacanya atau tidak. Tapi ku pikir asumsimu salah. Helena tidak sebahagia harapanmu."

Kara mengangkat alisnya. Ia curiga. Ada apa? Memangnya apa yang ada didalam handphone Sandy. Penasaran, ia pun meraih handphone itu. Ulasan berita mengenai prahara rumah tangga Helena masih terlihat jelas disana. Seketika jantungnya berdetak cepat, ia menggenggam kuat handphone itu seolah menunjukkan rasa ketakutan akan kehilangan sesuatu dalam dirinya.

***

Sementara itu ditempat lain.....

Javier nampak sedang menghapus peluh di dahinya. Adegan action hari ini benar-benar melelahkan. Ia melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa pemeran pengganti. Ia memang menikmati pekerjaannya. Segala yang dilakukannya dilakukan atas dasar profesionalitas. Itu sebabnya kerap kali ia memenangkan beberapa penghargaan sebagai best actor karena totalitasnya dalam dunia seni peran terkhusus action.

"Javier... ada yang ingin bertemu denganmu." Delisa, asisten pribadinya datang menemuinya dengan menenteng banyak baju yang tergantung di hunger di kiri kanan tangannya. Itu kostum shooting milik Javier.

Javier menautkan alisnya, "Siapa?"

"Istrimu. Ia menunggumu diluar gedung. Mau ku panggilkan?" Delisa menawarkan bantuannya. Saat ia hendak mengambil beberapa buah kostum di mobil Javier, tanpa sengaja ia bertemu Kara yang baru saja keluar dari mobil toyota yaris hitam. Nampaknya seseorang mengantarkannya ke tempat ini---ke gedung tua bergaya arsitektur khas Belanda.

"Istriku?" Javier heran, ia bertanya-tanya bagaimana mungkin Kara mengetahui lokasi shooting nya hari ini, "Kau memberitahu padanya mengenai lokasi shooting kita hari ini?"

Delisa mengangguk santai sambil memilah-milah baju yang hendak dikenakan Javier untuk scene berikutnya, "Tidak salah kan aku memberitahunya? Lagipula dia istrimu. Siang tadi ia menanyakan padaku lewat BBM mengenai lokasi shooting kita kali ini..." Delisa tertawa, "Kurasa ia merindukanmu, Jav."

Tidak berniat membalas sindiran halus Delisa, Javier segera bangkit berdiri dan melangkah keluar gedung. Langkahnya bertemu dengan Kara saat Javier hendak menuruni tangga sementara Kara hendak menaiki tangga.

"Oh. Hei..." sapa Kara saat mereka bertemu, "Kejutan?" Ia benar-benar berharap Javier tidak merasa terganggu atas kedatangannya.

"Ada perlu apa?" Javier nampak tidak begitu menyukai kehadirannya.

Mendengar pertanyaan Javier yang terkesan begitu terganggu, Kara cepat-cepat mengangkat tangannya, menunjukkan sesuatu yang dibawanya didalam plastik bertuliskan House of Coffee.

"Coffee latte?" Kara menawarkan apa yang dibawanya. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia harus menutupi kenyataan sebenarnya mengapa ia datang ke tempat ini. Ia resah karena menutupi kenyataan itu. Untuk alibi, ia membawakan coffee latte itu, sebagai alasan untuk bertemu Javier.

Melihat apa yang Kara bawakan untuknya, Javier kemudian bergerak berbalik arah, ia menaiki tangga itu lagi, "Naiklah. Tidak baik menikmati kopi ditengah jalan apalagi di tangga."

Kara boleh bernapas lega sekarang. Javier menerimanya. Kara mengikutinya dari belakang. Kedatangan Kara disadari oleh beberapa kru yang sedang bekerja, beberapa orang kru bahkan tersenyum sendiri. Baru sekali ini mereka melihat Javier membawa istrinya ke lokasi shooting. Beberapa lagi bahkan ada yang berujar, "Wah, istrimu jauh lebih cantik aslinya daripada di foto, Jav."

Mendapat pujian seperti itu Kara hanya merona malu dan mengucapkan terimakasih atas pujiannya.

"Jadi... ada perlu apa?" Tanya Javier saat keduanya sedang berada disebuah ruangan yang khusus disediakan untuk merias dan tempat kostum. Sambil menyesap coffee latte nya ia mengamati Kara yang nampak sedang memperhatikan sesuatu.

"Ah?" Kara membalikkan tubuhnya, sejak tadi ia mengamati satu persatu barang-barang yang ada di ruangan itu. Ia melihat-lihat kostum. Ada satu buah kostum yang menarik perhatiaannya. Kostum itu adalah baju terusan perempuan yang cukup pendek. Warnanya merah delima. Ukurannya kecil, kalau Kara tidak salah mengira mungkin saja baju terusan ini bila dikenakan akan membentuk indah tubuh si pemakai apalagi ditambah dengan belahan dada rendah didepannya. Tadinya, ia berniat menyentuh baju terusan itu... tapi mendengar pertanyaan Javier, sontak ia mengurungkan aksinya.

"Tidak. Tidak ada... aku hanya ingin sekedar membawakanmu coffee latte ini." Jawab Kara asal sambil menyesap moccachino miliknya.

Javier menyunggingkan senyum tipisnya, ia bersandar santai dipojok ruangan sambil menekuk sebelah kakinya. Sementara Kara, sejak tadi ia sudah mengambil tempat duduk tepat didepan meja rias.

"Menggigit bibir bawah adalah salah satu kebiasaanmu untuk menutupi suatu kenyataan. Kau pikir aku tak melihatnya di tangga tadi?" Suara Javier terdengar tegas. Ia berkata sambil menengadah ke atas melihat langit-langit ruangan itu. Lucu, sudah satu tahun hidup bersama Kara, meski menurutnya ia sama sekali tak mencintai perempuan itu, namun kenyataannya ia hafal betul segala gerak-gerik Kara. Mungkin pula, karena ia seorang aktor jadi tak sulit baginya menebak tingkah laku oranglain.

Kara terdiam mendengar pernyataan Javier. Ia sudah tak bisa mengelak lagi!

Kara tertawa sumbang, "Ku pikir... tak ada salahnya menemui suamiku sendiri bukan? Apa lain kali aku perlu alasan untuk menemuimu? Bukankah cinta tak perlu alasan?" Alasan klise, tentu saja.

Javier menegakkan caranya berdiri. Ia memasukkan sebelah tangannya pada saku celana sambil tangan yang lainnya masih memegang satu gelas kertas berisi coffee latte. Kemudian ia melangkah mendekati Kara.

"Memang tidak perlu alasan untuk menemuiku. Tapi..... tetap saja aku ingin tahu mengapa kau ada ditempat ini?"

Kara gugup saat menyadari langkah Javier semakin mendekatinya. Apa yang harus dikatakannya? Apa sebaiknya berterus terang saja? Ia ke tempat ini untuk menenangkan keresahan hatinya! Untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan baik-baik saja. Sial, Sandy! Mengapa pula ia harus menuruti saran Sandy untuk menemui Javier ditempat ini dan memastikan bahwa Helena tidak berniat jelek pada Javier?

Javier mendesah berat. Ia jadi gemas sendiri melihat aksi diam Kara. Ia yakin betul Kara sedang berbohong.

Javier kemudian meletakkan coffee latte nya di meja rias. Ia lalu memutar tempat duduk Kara untuk menghadap ke arahnya. Lalu ia menunduk, kedua tangannya bertumpu pada kedua sisi tempat duduk, mengunci pergerakan Kara. Jarak wajahnya kini begitu dekat dengan Kara. Ia bahkan bisa merasakan hembusan napas Kara mengenai wajahnya.

"Jadi.. katakan..." ulang Javier lagi.

Kara menggeliat resah. Bagaimana ini? Bagaimana? Ia memutar bola matanya kesana kemari.

Saat mereka ada di posisi seperti itu, tiba-tiba saja seseorang memasuki ruangan itu....

"Javier, apa kau..... Oh.. maaf..." kata pemilik suara itu diujung pintu masuk. Sontak Kara dan Javier menoleh ke arah datangnya suara.

Kara menelan ludah melihat siapa yang datang, "Helena....?"

Yang disapa hanya terdiam tak menjawab. Ia menatap tajam pada cara Javier mengurung tubuh istrinya itu, terkesan sangat menguasai dan.... ah, jika saja mengingat kejadian yang lalu.. Helena benar-benar muak. Namun bukan Helena namanya jika tak pandai menyembunyikan emosi. Sejurus kemudian ia sudah berhasil membuat wajahnya terlihat setenang mungkin.

"Oh, hei Kara. Ummm.. Aku kemari karena ingin mengatakan padamu Jav... bahwa scene kita sebentar lagi akan dimulai. Dan... aku kemari juga untuk mengambil ini...." Helena bergegas mengambil kostum nya. Kostum terusan berwarna merah delima. Jadi, rupanya itu milik Helena. Helena melangkahkan kakinya melewati Kara dan Javier, bergegas menuju pintu. Kara hanya mengikutinya melalui ekor matanya ia mengamati Helena. Gerak-gerik wanita itu memang tak berubah sejak dulu. Caranya berjalan benar-benar menunjukkan ia wanita sempurna dan anggun. Tiba-tiba saja dadanya dipenuhi perasaan sesak.... ia jauh berbeda dari Helena, ia tak secantik Helena.

Helena menghentikkan langkahnya, lalu dari balik punggungnya ia berkata lagi, "Kau tidak lupa kan Jav.. scene selanjutnya kita akan dipasangkan sebagai kekasih. Sudah lama tak melihatku dengan balutan pakaian yang seksi bukan?" Katanya sambil menunjukkan kostumnya. Sejurus kemudian ia menghilang dari pandangan Kara dan Javier. Dengan langkah santai diiringi tawa, Helena meninggalkan mereka dalam kebisuan.

Tbc

Readersss.. saat menuliskan cerita ini, author pribadi benci bgt sama sosok perempuan kaya Helena... kira2 di dunia nyata ada gak ya cewe yang tabiatnya kaya gini?

Continue Reading

You'll Also Like

15.4M 182K 31
" Aku bisa membantumu, tapi dengan satu syarat. " Harva " Mm..Apa syaratnya? " Nesha " Layani aku setiap aku mau dan selama masa kuliah kita. " Harva...
85K 7.7K 11
Marizka Djenar baru terbebas dari belenggu pernikahan yang membuatnya merasakan kekerasan dalam rumah tangga. Ia kini sendiri dengan satu anak yang i...
8.4M 673K 71
Kanesa Alfira hanya berencana berlibur usai resign dari Tano Group setelah bekerja selama 6 tahun. Memilih pulau Komodo sebagai destinasi liburan 2 m...
2.6M 199K 69
[NEW VERS] Tahu parasit? Tahu benalu? Iya, mereka sama. Parasit adalah istilah untuk organisme pengganggu, dan benalu adalah salah satu contoh tumbu...