complicated feeling | ✓

By ardhiac

1.9M 97.6K 5.5K

[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dad... More

Tolong dibaca
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Sorry
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44 - (1)
Part 44 - End (2)
Liam's Letter
Epilog
Extra Part
Extra Part II - Before Marriage

Part 38

18.9K 1.1K 32
By ardhiac

Tidak seperti biasanya yang selalu masuk sekolah apapun yang terjadi, entah kenapa, hari ini Liam tidak masuk sekolah. Bahkan, ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Keira merasa sangat khawatir, karena ini merupakan yang pertama kalinya Liam seperti ini. Biasanya, jika Keira menelepon maupun mengirim pesan, Liam akan segera menanggapinya.

Keira pun mencoba untuk menghubungi nomor rumah Liam.

Tetap sama, tidak ada jawaban.

Apa ini yang dirasain sama mantannya Liam? Pikiran buruk mulai menghampiri Keira.

"Masih belum bisa dihubungin, Kei?" Keira pun segera menoleh ke samping kiri dan mendapati Samuel tengah duduk di sebelahnya.

Keira menggeleng lemah. "Belom, Sam." Jawabnya dengan suara pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Samuel.

Samuel pun menatap Keira dengan prihatin. Ia merasa sangat kasihan kepada Keira yang saat ini terlihat sangat sedih. "Sabar, Kei, mungkin hp dia mati," ucapnya meyakinkan. Berusaha agar Keira tidak beranggapan buruk.

"Iya, mungkin." Keira menghela napasnya gusar.

Mereka berdua sempat terdiam lama satu sama lain, karena tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Keira yang tidak nyaman dan canggung ini akhirnya membuka suara.

"Gimana cewek yang lo suka, Sam?" Tanya Keira berusaha mengalihkan pembicaraan.

Seketika, kerutan terlihat jelas di kening Samuel. "Cewek yang mana?" Tanyanya bingung.

Keira berdecak kesal. "Cewek yang lo suka itu loh, yang lo ceritain kemaren," jelas Keira. Samuel pun terdiam sejenak sambil mencerna omongan Keira. Kemudian, ia tersenyum getir saat mengingat bahwa ia memang pernah bercerita tentang seorang gadis yang berhasil merebut hatinya.

Cewek yang gue suka cuma lo, Keira. Batin Samuel.

"Kok lo diem aja, sih, Sam?" Keira melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Samuel.

"Sorry, gue lagi engga fokus,"

Keira menghela napasnya dengan berat. "Nanti anterin gue ke rumah Liam, ya, Sam."

Samuel pun mengangguk patuh. "Oke."

•••

Carrie POV

Liburan sekolah tahun ini, aku memang sengaja untuk ke pergi Indonesia. Aku mendengar dari temanku kalau Liam pindah sekolah ke sana. Awalnya, aku tidak percaya karena Liam pernah bilang padaku bahwa ia tidak akan pernah mau bersekolah di luar negeri. Tetapi, begitu aku bertanya pada teman dekatnya, barulah aku percaya.

Saat mendengar namanya, hatiku seakan bergetar. Jantungku berdebar dengan sangat kencang. Senyum selalu menghiasi wajahku. Namun, begitu mengingat wajahnya saat aku memutuskannya beberapa bulan lalu, hatiku yang tadinya bergetar, seketika menangis dengan histeris.

Sejujurnya, aku hanya berbohong pada Liam saat aku mengatakan bahwa aku sudah menemukan pengganti dirinya yang lebih baik. Faktanya itu tidak benar. Biar bagaimanapun itu tidak akan pernah terjadi, karena hanya Liam yang akan selalu berada di hatiku.

Aku juga merasa sangat bersalah saat aku selalu mengabaikan telepon dan pesan darinya.

Sungguh, Liam adalah seseorang yang sangat baik. Hatinya begitu mulia. Ia tidak akan pernah sanggup jika harus melihat orang yang dia sayangi mengeluarkan air matanya, walau hanya satu butir.

Aku saja yang dengan bodoh memutuskannya layaknya dia adalah seseorang yang bersalah di hubungan kami. Awalnya aku mengira jika Liam memang mempunyai kekasih lain di belakangku. Nyatanya, selama ia tidak berada di sampingku, ia tengah berjuang untuk mempertahankan hidupnya.

Kenapa aku bisa berbicara seperti itu? Karena, Kurang lebih dua minggu yang lalu, sebelum aku ke Indonesia,  aku menelepon Mama Liam untuk menanyakan kabarnya dan Liam juga pastinya. Tidak lupa pula, aku bertanya apa rahasia yang selama ini selalu Liam tutup rapat-rapat.

Awalnya, Mama Liam menolak memberitahuku, karena itu adalah rahasia keluarga. Tetapi, setelah aku berhasil meyakinkan Mama Liam bahwa aku tidak memberitahu siapapun, barulah Mama Liam menceritakan semuanya.

Kalian tahu, setelah mengetahui fakta dan kebenarannya, satu minggu penuh aku hanya menangis di dalam kamar merutuki kebodohanku. Merutuki segala kesalahpahaman yang telah aku buat dengan fatal. Bahkan, aku hampir dirawat di rumah sakit jika aku tidak menolak suruhan Daddyku. Aku merasa bahwa aku sangat tidak tahu diri dengan menuduhnya yang tidak-tidak di saat Liam tengah kesulitan.

Sekarang, aku sudah berada dekat dengannya. Aku berjanji dan bersumpah akan selalu menjaga dan merawatnya apapun yang akan terjadi ke depannya. Aku akan melakukan segalanya agar Liam tahu bahwa aku memang benar-benar tulus dan ingin memperbaiki hubungan dengannya.

"Liam?" Aku menepuk bahu Liam pelan yang tengah duduk sendiri di taman belakang rumahnya. Hanya seorang diri sambil menatap hamparan tanaman yang seolah sangat menarik dimatanya.

Aku dapat melihat bahwa Liam sedikit terkejut. Tetapi, ia langsung bersikap seolah-olah tidak terganggu sedikitpun oleh kehadiranku.

"Apa?" Tanyanya.

"Gapapa, cuma mau manggil kamu aja," aku pun ikut duduk di sebelahnya. Ikut menikmati siang hari yang terasa jauh lebih hangat dibandingkan sebelumnya. "Kok kamu gak sekolah?" Tanyaku berusaha memulai pembicaraan.

"Lagi gak enak badan." Jawabnya singkat.

"Mau aku anter ke dokter?"

"Engga perlu."

Aku pun hanya bisa menghela napas mendengar jawaban singkatnya. Mulai sekarang, aku harus mulai terbiasa.

"Kamu udah banyak berubah sekarang,"

"Maksud kamu?"

"Iya, kamu yang dulu engga pernah jawab pertanyaan aku dengan singkat kaya tadi." ucapku sambil berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air mata yang sama sekali tidak aku inginkan keberadaannya.

"Semua orang pasti akan berubah sesuai dengan keadaannya masing-masing." Balasnya tanpa menatapku sedikitpun. Bahkan, melirik saja tidak.

"Aku tau, Li, aku minta maaf."

"Mending sekarang kamu masuk, disini banyak angin, nanti kamu sakit."

Hatiku terenyuh mendengar ucapannya. Apa dia masih peduli padaku?

"Kamu yang seharusnya masuk, Li, kamu lagi gak enak badan, 'kan?"

Tanpa menjawab pertanyaanku terlebih dahulu, Liam pun bangkit berdiri dan meninggalkanku sendiri. Hatiku sangat sakit melihatnya yang seperti tidak menerima kehadiranku. Namun, aku tahu diri, aku dulu juga pernah berbuat seperti itu padanya.

Saat melihat tubuh Liam yang terlihat ingin jatuh, aku pun dengan sigap berlari dan memegang tubuhnya.

Oh my fuc*ing god! His body is so cold. How could this be?

Liam pun memegang tanganku dengan erat. Aku tahu, dia juga sudah tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya. Aku bisa merasakan itu.

Aku dengan segera membantunya berdiri dan sesuatu membuatku terkejut dan hampir menangis.

Liam mimisan!

Darah mengucur dengan deras dari hidungnya. Aku pun berusaha menghapusnya dengan tanganku.

"Carrie," Liam menatapku dalam dan bisa kulihat tatapannya melembut. Tidak lagi menatapku dengan tatapan tajamnya.

Aku tidak tahu lagi harus seperti apa saat mendengar Liam menyebut namaku. Demi Tuhan, ini pertama kalinya dia memanggilku sejak aku tiba di sini.

Aku langsung saja memeluk tubuhnya dengan erat, agar ia mengerti bahwa aku akan selalu berada di sampingnya.

"Don't worry, i will always on your side, no matter what happens. You have to trust me." Aku makin mengeratkan pelukanku. Aku senang bahwa Liam menerima perlakuanku ini, walaupun ia tidak membalas pelukanku.

Aku tak masalah. Hanya dengan menerima keberadaanku saja, itu sudah cukup untukku.

"Li-Liam,"

Aku pun sontak menoleh ke sumber suara. Ternyata, ada dua orang berseragam sama dengan sekolah Liam berdiri mematung tidak jauh dari tempatku dan Liam berada. Ia terlihat sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Apa mungkin dia orangnya? Orang yang beruntung mendapatkan hati Liam?

••••••

[A/N]

Okay, aku serius. Cerita ini ... sebentar lagi ending!;(



August 19, 2016.

Continue Reading

You'll Also Like

5.1M 427K 48
Anggoro series 1. "Kamu kenapa, sih? Aku udah bilang, dengarin aku dulu!" sentak Dewa marah. Gladis memberanikan diri menatap lurus ke arah mata lela...
560K 35.2K 47
[ADLINA'S SIDE STORY] Mamanya meninggal waktu melahirkan. Papanya yang sangat membencinya Cinta pertamanya yang ikut meninggalkannya. Kehidupannya se...
5M 346K 45
"Sampai mati gue bakalan benci sama lo!" "Gue gak pernah punya abang bejat kaya lo!" "Gue benci banget sama lo!"
627K 126K 54
[HUMOR DI CERITA INI OVERDOSIS! MOHON UNTUK TETAP WARAS] Sean itu ganteng✅ Jago bawa motor✅ (Asalkan motor matic) Jago godain cewek❌ Jago baperin ce...