(TERBIT) Things I Can

By MuchtarIndah

93.6K 12.4K 1.9K

"You can't protect me from everything" TERBIT, Rp. 99.000 569 halaman contact WA 0838-2902-3843 for pre order More

Announcement
Sinopsis
Prolog
01. Dreamart
02. Art of Us
03. Don't Mind! Past Anyway
04. Abraham Collins
05. Don't Say To Her
06. Fortune
07. Together
08. Tease
09. Adaptation Task
10. A Disk
11. Diner
12. Damien Skylar
13. Lil' Damien
14. Almo
15. Jordan And Algie
16. What Party? Spider?
18. Spider Fever
19. That Momment
20. Who Is It?
21. Dr. White
22. A Realtionship
23. Missing, Again?
24. Diva
25. Soteria
26. A Regrets
27. Intermission
28. Who Is Soteria
29. Are You Sure You Hate Her?
30. Find Another Fact
31. Mr. Simpson's Task (1)
32. Mr. Simpson's Task (2)
33. Our Dreams are the Top Priority
34. Dreams
35. Let's Get Out of Here
36. What's On Michael's Mind?
37. Step By Step
38. Gathered
39. Forecast
40. Asley Brown
41. What is Exactly Wrong With Makayla?
42. Diana Skylar
43. Leah Gray
44. Lovia
45. I Don't Wanna Born In Sky-FUCKIN-Lar
46. Maximus Black's Secret
47. Michael and Makayla's Very First Night

17. Their First Conversations

1.7K 273 40
By MuchtarIndah

Damien terus memperhatikan ponsel yang menuntunnya untuk bertemu dengan Makayla. Damien sangat khawatir mendengar suara Makayla yang sedikit bergetar tadi saat di telepon. Sial! Aku harusnya bisa mengantisipasinya. Tak jarang anak baru mendapat perlakuan seperti ini di sekolah. Tapi siapa sangka gadis secantik Makayla ada yang cukup tega mengurungnya di dalam lemari? Hatinya tak bisa tenang sedetik setelah Makayla menghubunginya tadi.

Damien tersenyum singkat saat ia sudah menemukan ruangan yang ditujunya. Ia membuka pintu dan sangat terkejut saat melihat lemarinya terjatuh.

"Kayla?"

Panggil Damien sedikit berteriak. Alisnya terkerut sedikit karena tak mendapat respon dari orang yang dicarinya. Ia melirik ponsel dan yakin jika Makayla ada di dalam sana. "Kayla!!!" Teriaknya lebih keras.

"Damien!" Sahut Makayla menjerit. Damien segera melangkah dan secara tidak sengaja menjatuhkan ponselnya karena gemetar. Sial! Siapa yang melakukan ini? Damien mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengangkat lemari tetapi seperti kelihatannya, lemari itu sangat berat. Belum lagi sebagian materialnya yang terbuat dari besi.

"Kayla, kau masih bisa menunggu sebentar? Aku akan meminta bantuan." Kata Damien tegang.

"Ya, Damien. Cepatlah!"

"Oke!" Damien dengan cepat berdiri dan keluar dari ruangan. Tubuhnya terputar mencari seseorang namun tak ada siapa pun di sana. Ia berlari mencari seseorang yang bisa menolongnya.

Sementara Michael dan Makayla masih terdiam di dalam lemari dan tak tahu harus berbuat apa lagi. Hati Michael terus menolak jika yang akan menolong mereka adalah Damien. Karena itu Michael tidak bersuara sedari tadi.

Makayla masih menggenggam laba-laba di tangannya. Dan sudah terasa ada gigitan-gigitan kecil menyerang telapak tangan berkeringatnya.

"Terimakasih." Bisik Michael tak terdengar oleh dirinya sendiri sekali pun. Michael bersyukur Makayla tak mendengar ucapan terimakasihnya tersebut. Tangan Makayla bergetar saat sesekali laba-laba itu menggigit terlalu kasar. "Kay, apa kau baik-baik saja?" tanya Michael dengan perasaan bersalahnya. Ia sama sekali tidak tahu jika Makayla menggenggam laba-laba itu sejak awal.

"Ya, aku baik. Kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri." Sahut Makayla khawatir.

"Aku tidak mengkhawatirkanmu." Elak Michael. "Apa si Bajingan itu masih lama?"

"Bajingan katamu? Dia akan menolongmu! Tolong hargai sedikit." Makayla sudah tak dapat menahan lagi gigitan laba-laba yang seperti memaksa Makayla untuk membuka genggaman tangannya. Tapi Makayla tak gentar, ia hanya berdoa dalam hatinya agar Damien segera datang.

Damien, Max, Pen dan Dave berlari masuk ke dalam ruangan dimana Makayla terperangkap.

"Kayla?" Damien memanggil dengan suara yang khawatir.

"Ya, Damien?"

"Bertahan sedikit oke? Ini akan sedikit mengguncangmu. Tidak apa-apa kan?" Damien benar-benar tak mau melukai Makayla sedikit pun.

"Aku mengerti."

"Oke." Damien mengangguk pada ketiga temannya dan mereka pun langsung mengambil bagian masing-masing. Damien, Max, Pen dan Dave mengerang kencang saat kedua tangannya meraih dan mengangkat lemari yang sangat besar dan tua itu.

Setelah seluruh usaha keras keempat sahabat itu, akhirnya lemari berhasil terangkat dengan sempurna. Lemarinya kembali menempel ke tembok seperti semula. Tapi semua ini belum berakhir, Damien masih harus memikirkan bagaimana caranya untuk membuka kunci lemari yang pasti sudah berkarat itu.

Tapi...

Pikirannya terhenti saat melihat sesuatu yang terbuka sedikit. Pintu lemarinya tergetar pelan seolah tak mengalami kerusakan apa pun. Dengan keyakinan yang sedikit, Damien membuka pintu lemarinya perlahan. Dan, jackpot! Pintu itu terbuka dengan mudahnya.

Sebelum rasa penasaran Damien muncul, Makayla keluar dari dalam lemari dan langsung memeluk Damien bergetar. Makayla memejamkan matanya bersyukur dan cepat-cepat tangannya membuang laba-laba yang sedaritadi membuat telapak tangannya sakit. Tangan Damien dengan cepat menyentuh kepala dan punggung Makayla bergantian untuk menenangkannya.

Alis Damien terkerut saat melihat Michael keluar sesaat setelah Makayla keluar.

"Kau!" Damien menunjuk Michael. Michael membuang muka dan tak mengacuhkan Damien sedikit pun. Lalu ia melenggang keluar.

"Hei tunggu!" Damien melepas Makayla dan menghampiri Michael yang dengan lempengnya tak mengucapkan sepatah kata pun pada Damien. Michael menghentikan langkahnya dan langsung berhadapan dengan Damien. Michael mengangkat dagunya dengan arogan. "Kau yang membuat Makayla terkurung di dalam kan?" terka Damien kasar.

"Tidak Damien." Segera Makayla memotong pembicaraan yang ia duga pasti terjadi pertengkaran setelahnya.

"Jangan membela, Kayla." Ujar Damien sarkastik.

"Serius bukan Michael. Aku yang mengajak Michael bersembunyi di dalam lemari." Ucap Makayla berbohong. Dia lebih memilih mengatakan yang tidak jujur daripada terjadi perkelahian setelah ini.

"Kenapa kau mengajaknya bersembunyi?" tatapan Damien berpindah pada Makayla yang diam di antara Damien dan Michael.

"Um..." Makayla menggigit bibirnya memikirkan apa yang akan dia katakan. Sedangkan Michael membuang wajah dari keduanya seolah tak ingin tahu apa yang sedang terjadi. "Tadi aku bertemu dengan seorang yang menyebalkan, dia selalu menggangguku. Dia..."

"Siapa orang itu?" introgasi Damien.

"Mana kutahu?" Makayla mengangkat kedua bahunya berlagak tak punya ide.

"Kenapa kau malah mengajak dia bersembunyi? Memangnya ada hubungan apa dia dengan orang yang kau bilang menyebalkan? Kenapa kau tidak meminta bantuannya saja untuk menghajar orang itu?"

Ah! Ya Tuhan! Makayla menepuk jidatnya tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba Makayla terkesiap saat Michael maju ke hadapan Damien. Menyingkirkan Makayla dan memotong jarak antara dia dan Damien.

"Kau tahu? Itu sama sekali bukan urusanmu. Apa pun yang kami lakukan, apa pun itu maksudnya kau tidak berhak tahu." Tekan Michael membuat Damien secara tidak sadar merasa terintimidasi dengan tatapan yang Michael tujukan padanya.

"Oh baiklah. Yang terpenting Makayla sudah keluar, oke?" Pen berusaha melerai Damien dan Michael. "Lihat! Hari mulai gelap, sekolah akan ditutup dan kasusnya akan lebih rumit jika kita ikut-ikutan terkurung di tempat yang lebih besar, di sini. Bisakah kita pulang?"

"Sejak kapan kau yang membuat keputusan?" sergah Damien.

"Whoa! Hentikan! Aku pikir, dia benar. Ayolah Damien, kita pulang saja." Rengek Makayla. Kekesalan Damien seketika lenyap saat menonton kemanjaan Makayla.

"Oke." Damien mengangguk sambil mengusap kepala Makayla dengan sayang.

"Makayla pulang denganku." Usik Michael sekali lagi membuat Damien yang telah ditenangkan kembali menggeram marah.

"Apa kau bilang? Setelah mengurung Makayla di dalam lemari kaupikir aku akan membiarkanmu pulang dengannya?" gertak Damien membuat Max dan Dave saling bertatap dan menggelengkan kepala bersamaan.

Max berdehem membuat semua perhatian tertuju padanya. Max melangkah ke hadapan Damien dan menepuk bahunya pelan.

"Maaf Dude. Tapi di sini aku yang membawa mobil, kalian bertiga menumpang di mobilku. Aku takkan membiarkanmu membawa mobilku untuk mengantar Makayla dan menelantarkan kami bertiga di sekolah ini pada pukul segini." Jelas Max mengutarakan pikirannya.

Michael mengangkat kedua alisnya dengan tatapan mengintimidasi lagi kepada Damien. Damien menekan bibirnya menjadi garis tipis karena kesal. Sedangkan Makayla tertunduk kaku tak tahu apa yang mesti ia lakukan.

"Baik." Damien mengangguk pasti. "Bawa aku bersama kalian. Aku tak percaya kau akan membawa Makayla selamat sampai tujuan." Persyaratan itu membuat alis Michael terkerut. Berikut dengan teman-teman Damien.

Michael terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya memutuskan.

"Terserah. Jangan kotori mobilku." Ujar Michael angkuh sambil pergi meninggalkan Makayla, Damien dan teman-temannya.

Jika aku tak membiarkannya melakukan itu, aku pasti terjebak berduaan bersama Makayla. Aku hanya merasa kasihan kepadanya, jadi aku mau mengantarnya pulang. Gerutu Michael dalam hatinya.

Akhirnya Michael, Makayla dan Damien berpisah dengan Max, Pen dan Dave. Hari sudah berpindah gelap jadi mereka harus segera keluar dari gedung sekolah sebelum semua sistem mengunci mereka di sana hingga esok hari.

Makayla terus menundukkan kepalanya karena pusing. Belum lagi gigitan kecil di telapak tangannya masih terasa perih. Tangan Damien menuntun tangan mungil Makayla dengan hati-hati. Ada sedikit kekhawatiran yang membuncah dari dalam dirinya untuk Makayla. Damien sama sekali tak memercayai Michael.

"Aku menginginkan cerita yang sebenarnya Kayla, kenapa kau bisa terkurung di dalam sana?" desak Damien ketika Makayla dan Michael bergegas menuju tempat pemarkiran mobil Michael.

"Damien, aku... aku yang salah."

"Aku tidak menanyakan siapa yang salah Kayla. Aku ingin tahu kronologisnya!" Tekan Damien. Michael yang berada sedikit di depan mereka, menolehkan kepalanya dan menatap Damien dengan sinis.

"Kau tidak lihat wajahnya yang pucat? Setidaknya tanyakan apa dia sakit atau tidak. Bukan menanyakan yang sudah terjadi, idiot." Cemooh Michael sambil kembali ke jalannya tanpa sadar jika ia yang lebih mengkhawatirkan keadaan Makayla.

Damien masih berjalan di belakang Michel dan ia benar-benar merasa kesal dengan kelakuan dingin Michael. Tapi Damien melihat ke wajah polos Makayla dan perkataan Michael benar. Wajah Makayla sangat pucat seperti tak ada darah mengalir di wajahnya.

"Kayla, kau baik-baik saja?" tanya Damien sambil menyentuhkan punggung tangannya ke kening Makayla.

"Ah, tidak perlu khawatir Damien. Aku hanya perlu tidur setelah itu aku pasti baikan." Makayla menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Damien.

Akhirnya mereka bertiga sampai di depan mobil Michael.

Michael segera berjalan ke kursi kemudi, sebelum Damien menyerobotnya.

"Aku yang akan menyetir." Bisik Damien sambil menyentuh kunci mobil Michael dengan paksa. Michael mengerut keningnya marah.

"Sejak kapan aku turut pada perintahmu? Ini mobilku! Kau duduk di belakang!" Perintah Michael kesal.

"Oke, asal Makayla di belakang." Sergah Damien cepat.

"Kau pikir aku ini supir pribadi huh? Aku di depan sendiri menyetir dan kau berduaan asyik di belakang. Mengobrol ke sana-kemari dan aku kalian abaikan?" gerutu Michael.

"Guys..." Makayla menopang tubuh dengan tangannya karena sudah lemas. "Aku yang akan duduk di belakang. Aku lelah dan ingin istirahat, aku tidak mau mengobrol. Damien duduk di sebelah Mike. Apa kita sudah menemukan penyelesaian?" Ujar Makayla lemas. Damien dan Michael saling bertatapan lalu setelahnya Damien mengangguk merasa itu adalah penyelesaian masalah yang terbaik.

Akhirnya mereka sepakat untuk duduk di mana.

Michael duduk di kursi pengemudi sementara Damien membukakan pintu untuk Makayla lalu setelahnya baru disusul oleh Damien yang duduk di samping Michael.

"Hey Keriting, bisa kau pinjamkan jaket itu untuk Makayla?" sahut Damien ketus. Seharusnya jika Michael memang seorang lelaki sejati, hal sekecil itu tidak perlu diminta kan? Terlebih Damien sedang tidak memakai jaket.

Michael memutar kedua bola matanya.

"Tidak. Kalau kau mau di dalam tas hitam itu ada baju hangat. Kau bisa memakainya." Jawab Michael sambil melarikan tatapannya ke kaca spion.

Makayla mengangguk dan membungkuk segera untuk mengambil jaket sesuai perintah Michael tadi. Michael menyalakan mobil dan segera menjalankannya.

"Mike, bukankah ini baju hangatku?" Makayla membawa sebuah baju hangat selutut berwarna mint dari tas yang Michael maksud. Mata Michael tiba-tiba membesar menyadari apa yang baru saja ia lakukan adalah kesalahan besar.

"Mana kutahu? Ada banyak baju hangat di situ. Mungkin kau lupa meninggalkannya." Michael beralasan.

"Ini sudah sangat lama hilang." Ujar Makayla sambil memakainya.

"Kau menuduhku mencurinya? Pikir saja olehmu, mana mungkin aku ingin memakai baju hangat seorang gadis?" Michael mulai kesal. Tahu begini, aku tingalkan saja mereka.

"Bisa tidak, kau berkata sedikit lebih lembut?" sembur Damien.

"Tidak bisa. Jika kau tidak suka, bawa gadis itu keluar bersamamu dari mobilku." Jawab Michael gusar.

"Kalian, sudahlah. Jangan bertengkar terus, aku pusing mendengarnya. Aku mau tidur." Ucap Makayla pelan.

Keheningan menyelimuti mobil Michael cukup lama. Sampai tiba-tiba sesuatu menghampiri pikiran Damien.

"Kau yang waktu itu menyusul mobilku dengan cepat kan?" bisik Damien dengan tatapan curiga karena tak ingin mengganggu Makayla yang sudah lelap.

"Entahlah." Michael mengangkat sebelah bahunya tak berdosa, terlebih ia tak peduli dengan apa pun itu yang menyengkut Damien.

"Apa selalu begini caramu mengendarai mobil? Kuperingatkan, jika kau tukang kebut-kebutan di jalan, kau akan mati muda." Peringatan Damien sedikit horror.

"Kau tidak akan mati muda jika kau cukup pandai berkendara. Sekarang tutup mulutmu atau aku akan menendang bokongmu jauh-jauh dari mobilku."

***

Damien membantu Makayla untuk turun setelah sampai di depan rumahnya sementara Michael menunggu dengan sabar di dalam mobilnya.

Makayla berjalan ke arah Michael setelah keluar bersama Damien. Makayla menundukkan kepalanya untuk bisa menatap mata hijau Michael yang sedikit gelap.

"Terimakasih tumpangannya Mike. Aku ambil baju hangatku." Ujar Makayla tersenyum lemas. Angin yang meniupkan helai rambut Makayla membuat perhatian Michael tertuju pada makhluk cantik di sampingnya. Wajah pucat Makayla mengantarkan perasaan khawatir dalam hati Michael.

"Ya sama-sama. Segera istirahat jika kau ingin pulih." Kata-kata itu terdengar sangat puitis untuk Michael. Tapi untuk Damien, nada bicara dingin seperti itu sangat kasar untuk ditujukan pada Makayla. Dasar tidak sopan! Gerutu Damien dalam hati.

"Ya, aku akan segera istirahat. Kau juga, kau terlihat sangat lelah." Kata Makayla sedikit berbunga ketika menyadari jika Michael mengkhawatirkannya. Michael mengangguk dingin dan menjalankan mobilnya.

"Kau yakin baik-baik saja?" tanya Damien khawatir sambil menautkan beberapa helai rambut Makayla yang terbawa angin ke daun telinganya.

"Sangat yakin. Ayo, masuk. Aku akan menyuruh supirku untuk mengantarmu pulang ke rumah." Makayla menarik tangan Damien masuk ke dalam rumah.


Vomments :)

Continue Reading

You'll Also Like

45.7K 6.2K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
461K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
72.9K 7.1K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
169K 14.3K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...