The Mission

By D_green38

173K 10.1K 276

Hannah Underwood, harus menghidupi adiknya yang masih berumur 10 tahun. Ia harus mencari pekerjaan. Setelah i... More

The Mission: 1
The Mission: 2
The Mission: 3
The Mission: 5
The Mission: 6
The Mission: 7
The Mission: 8
The Mission: 9
The Mission: 10
The Mission: 11
The Mission: 12
The Mission: 13
The Mission: 14
The Mission: 15
The Mission: 16
The Mission: 17
The Mission: 18
The Mission: 19
The Mission: 20
The Mission: 21
The Mission: 22
The Mission: 23
The Mission: 24

The Mission: 4

9.3K 529 12
By D_green38

“Hannah. Kau sudah tau soal operasi tubuh itu, ‘kan?”

          “Ya.”

          “Operasi tubuh itu tidak dilakukan dirumah sakit. Tempat pengoperasian itu lumayan jauh dari perkotaan. Tapi gedung itu besar. Ada lebih dari seratus ‘dokter’ yang ahli dalam pengoperasian seperti itu. Setiap hari, mereka mendapat kurang lebih sepuluh lansia yang menginginkan pengoperasian. Biaya yang para lansia keluarkan juga amat banyak. Mungkin cukup untuk membeli satu mobil sport.”

          Aku diam, semahal itukah pengoperasian tubuh itu? Untukku, biaya semahal itu bisa untuk makan dua tahun penuh.

          “Bagaimana menurutmu, Han?”

          Aku berfikir, bagaimana menurutku? Aku masih tidak bisa membayangkan, kalau aku yang menjadi para remaja itu. Di culik untuk di jadikan stok manusia di tempat aneh itu. Di perjualbelikan organ dalamnya hanya untuk para lansia.

          “Itu sama saja pembunuhan paksa.”

          “Kau benar. Direktur yang mempunyai rumah pengoperasian itu adalah teman anakku.”

          Anaknya? Aku baru teringat, kalau Thesa sudah memiliki cucu, jadi dia juga pasti memiliki anak yang paling sudah berumur seperti kedua orang tuaku.

          “Namanya Beckley. Wajahnya selalu berubah-ubah setiap hari. Terkadang wanita, pria, anak-anak, dan lansia sekalipun. Tidak ada yang tau wujud aslinya seperti apa.”

          Aku bisa membayangkan, wujudnya yang menyeramkan dengan topeng aneh menempel di wajahnya.

          “Jadi, misi rahasiamu adalah—membunuh Beckley dan menghancurkan tempat itu.”

          Perutku menengang. Tidak percaya pada apa yang telah Thesa katakan. Aku tidak ingin membunuh manusia.

          “A-apa? Membunuh Beckley? Tapi—“

          “Tolong, Hannah. Kau sudah menyetujui pekerjaan ini. Aku perlu bantuanmu, tubuhku sudah tidak sanggup untuk melakukan seperti itu.”

          Jadi dia menginginkan anak muda untuk membantu misinya. Tapi kenapa harus aku? Aku tidak berani melakukan tindak kejahatan seperti itu.

          “Aku janji. Aku akan memberimu upah yang sangat setimpal.”

          “Tapi, aku tidak bisa membunuh orang. Bagaimana kalau aku ketahuan, dan misi rahasiamu gagal?”

          “Tidak. Itu tidak akan terjadi. Aku tau kau adalah anak yang lincah dan cerdik. Dari semenjak gedung itu berdiri, aku mencari seorang remaja yang cocok untuk membantuku, dan sekarang aku menemukanmu. Dan aku yakin kau bisa melakukannya.”

          Jantungku belum berdetak normal. Bagaimana bisa, misi rahasianya itu sangat berbahaya. Dan dia bilang, semenjak gedung itu berdiri? Apa dia sudah merencanakan misi ini dari jauh-jauh hari dan setengah permintaannya telah dikabulkan dengan kehadiranku. Aku jadi merasa tidak enak dengan Thesa.

          “Tolonglah, Hannah. Aku yakin sesuatu yang buruk tidak akan menimpamu.”

          Wajahnya sangat sungguh-sungguh, dan itu membuat hatiku jadi tenang sedikit. Aku harus menolong lansia ini. Menolonglah jika ingin di tolong, kata-kata ayah terngiang di kepalaku.

          “Baiklah. Tapi, bagaimana caranya?”

          “Kau tau, Mr. Nellist yang barusan kutelepon itu?”

          “Ya.”

          “Dia adalah kerabat dekatku. Dia menyamar sebagai penjaga gedung itu disana. Setiap hari dia mengecheck mobil-mobil yang mengangkut tubuh-tubuh Blacks.”

          Aku terus memandang Thesa. Sekarang kepalaku dibayang-bayangi, aku menghancurkan gedung yang mungkin sangat besar itu. Aku menjadi takut.

          “Ikutlah denganku, akan kutunjukkan kau sesuatu.”

 ***

          Thesa membuka sebuah pintu besar. Seperti pintu depan, pintu itu terdapat keamanan yang sangat ketat. Sidik jari, nomor kode dan lensa mata, lalu terbukalah pintu yang terbuat dari besi itu. Aku menganga melihat tempat ini. Tempatnya luas. Lebih luas dari ruang tamu itu, tidak ada jendela dan lubang apapun, hanya dinding kedap udara yang bernuansa putih polos dengan layar yang sangat lebar di salah satu dinding. Dan ruangan ini di kelilingi oleh meja yang terdapat banyak sekali tombol-tombol yang berkedap-kedip.

          Ruang ini sangat memukauku.

          Hanya barang-barang canggih yang terdapat disini. Thesa duduk di kursi di depan layar yang memenuhi dinding itu. Muncullah wajah lelaki yang berumur sekitar 40 tahunan.

          “Hello, Mrs. Thesa.”

          “Hallo, Mr. Nellist. Seperti yang sudah aku katakan, aku sudah mendapatkan orangnya.”

          Thesa menoleh padaku, dan tersenyum padaku. Aku kembali melihat layar itu, dan pria—Mr. Nellist tersenyum padaku.

          “Aku Hannah. Senang bertemu denganmu, Sir.”

          Mr. Nellist tersenyum menampilkan sederetan gigi putihnya, tapi ada satu gigi emas di graham atasnya. Terlihat karena sangat mengkilap dan mencolok.

          “Hallo, Hannah. Senang bertemu denganmu juga.”

          Thesa menggeser sedikit mikrofon yang berada di depannya. Dan menoleh padaku.

          “Dia sedang mendapat shift bekerja. Jadi dia bisa berkomunikasi lewat alat ini juga.”

          Itu artinya, rumah Mr. Nellist juga pasti sebesar rumah Thesa. Besar dan banyak alat-alat canggih yang belum pernah kulihat.

          “Jadi, Mr. Nellist. Kapan kita akan melaksanakan misi kita?”

          “Bagaimana kalau kita perbincangankan ini besok saja? Dirumahku.”

          “Baiklah, sampai jumpa besok.”

          Alat itu mati, dan kini hanya tinggal dinding putih polos itu. Aku terus memerhatikan ruangan ini. Apa kegunaan ini semua? Ruangan ini seperti ruang mata-mata yang canggih.

          “Besok kita akan ke rumah Nellist. Sekarang, anggap saja ini sebagai rumahmu sendiri. Jangan pernah kau memasuki ruangan ini tanpa seizinku.”

          Aku hanya mengangguk. Sepertinya tempat ini sangat rahasia untuk Thesa. Kalau ini rahasia, mengapa dia mengajakku kesini?

          “Aku telah mempercayaimu.”

 ***

        Thesa dan aku sudah berada di rumah yang tidak kalah besarnya dengan rumah milik Thesa. Yang hebat dari rumah ini, terdapat besement dan diatapnya terdapat atap kaca yang besar. Entah apa itu, tapi itu sangat memukauku. Darimana orang-orang memiliki uang sebanyak ini setelah perang? Rumahku saja sudah hancur lebur rata dengan tanah.

          Aku mengikuti Thesa dari belakang. Setelah sampai di pintu utama yang besar, seperti istana kerajaan di negeri dongeng. Bagaimana Mr. Nellist hanya bekerja sebagai penjaga di tempat operasi itu, ia dapat memiliki rumah yang sangat besar ini?

          “Thesa dan Hannah.”

          Lalu, pintu besar itu terbuka otomatis. Pemandangan yang sangat menakjubkan. Dunia telah berubah setelah peperangan itu. Memang peperangan itu hanya terjadi sebentar, tapi anehnya, anak-anak dan remaja malah paling banyak yang meninggal. Dan orang-orang lansia dan dewasa masih aman dan tidak memikirkan perang yang bisa terjadi lagi cepat atau lambat.

          Setelah di dalam, kami disambut oleh lelaki dewasa berkumis dan berambut pirang terang dengan mata biru menyala. Salah satu organ tubuh yang sangat orang-orang banggakan dari dulu. Gigi lelaki itu mencolok berwarna emas, hidung mancung dan agak tinggi.

          “Senang kalian datang. Mari, ikuti aku.”

          Selama mengikuti Thesa dan Mr. Nellist, pandanganku tidak bisa berhenti memerhatikan seisi rumah ini. Banyak lukisan-lukisan yang indah dan berkarakter. Dan juga foto-foto yang mungkin foto keluarga Mr. Nellist sendiri. Tapi anehnya, sama sekali tidak ada foto yang mirip dengan Mr. Nellist.

          Kami sudah sampai di suatu tempat yang kedap suara dengan meja panjang berada di tengah ruangan yang tidak terlalu luas ini. Tempat ini bernuansa hijau alami, membuat siapa saja yang melihat menjadi tenang.

          “Apa kabarmu, Hannah?”

          “Baik, Mr. Nellist.”

          “Kau sangat cantik. Aku dengar kau masih 16 tahun ya?”

          “Ya,”

          Sudah pasti dia mendengarnya dari Thesa. Kalau sudah bertiga di tempat yang tertutup seperti ini, sudah pasti ujung-ujungnya akan membicarakan hal yang serius dan misi rahasia itu. Memang itulah tujuanku dan Thesa kesini.

          “Tempat itu bernama White Horizon, yang dimiliki oleh Beckley yang sangat jenius, tapi dia malah menggunakan kejeniusannya itu untuk hal-hal bodoh, seperti tempat itu sekarang.”

          Aku memerhatikannya, berbicara dengan nada pelan namun serius. Lesung pipitnya nampak sekilas saat dia berbicara. Seperti lesung pipit yang ayah miliki.

          “Dan mungkin kau sudah diberitahu oleh Thesa tentang misi rahasiamu. Dan, apakah kau menyutujuinya?”

          “Ya, ini semua demi adikku.”

          Tiba-tiba Mr. Nellist mencondongkan badannya, tangannya dikaitkan ke tanagnnya yang lain. Tatapannya masih serius dan tegas.

          “Walaupun ini misi yang sangat sulit untuk anak seusiamu dan—apalagi kau perempuan. Tapi aku dan Thesa yakin, kau bisa melakukannya. Aku akan membantumu juga.”

          Kata-kata yang seperti itu yang membuatku menjadi beban. ‘misi yang sulit untukku’, tentu saja. Aku belum pernah membunuh orang sama sekali. Tapi kalau menggunakan pistol, senapan dan semacamnya, aku sudah pernah. Ayah sangat melarangku untuk membunuh, karena resikonya sangat besar. Penjara. Banyak orang yang mati disana. Kelaparan, kehausan dan kekerasan untuk orang yang melanggar apapun yang berada di sekililingnya.

          “Lihatlah ini,”

          Layar seperti yang Thesa miliki di rumahnya, menyala di sisi dinding itu. Gedung White Horizon yang besar dan tinggi mencakar langit, gedung itu terlihat sangat wajar dari luar. Tapi apakah orang-orang lain mengetahui kalau dalamnya ada banyak lansia yang membeli tubuh Blacks? Kurasa gedung ini terselip di antara penduduk, jadi tidak banyak yang mengetahuinya.

          Mr. Nellist menggeser layar itu dengan sentuhan jarinya. Dia sedang berdiri disamping layar besar itu, layaknya sebuah perusahaan yang sedang rapat, dan dialah ketuanya.

          Layar itu berganti dan terdapat gambar—entah itu laki-laki atau perempuan, dengan benda aneh di kepalanya. Benda itu menutupi seluruh bagian kepalanya, tidak ada rambut yang terlihat sama sekali. Dan wajahnya berubah-ubah seperti komputer yang sudah rusak. Tubuhnya tinggi dan berisi, memakai jas putih selutut, seperti ‘dokter’, dan ada yang aneh dengan tangan kirinya.

          “Ada apa dengan tangan kirinya?” aku bertanya menunjuk layar itu.

          “Dengar-dengar, tangan itu terpotong saat peperangan. Jadi, dia membuat sebuah tangan tiruan, namun tangan itu berisi alat-alat canggih seperti ini. Tapi, saat kau lihat aslinya, tangannya normal seperti tangan manusia yang lainnya.”

         Begitukah? Betapa jeniusnya orang itu, membuat alat yang sangat canggih seperti itu. Tapi sangat berbahaya di dalamnya. Lalu Mr. Nellist kembali menggeser layar itu menggunakan jarinya,

          “Ini adalah tenaga kerja ‘dokter’ yang bekerja pada Beckley. Kau tau, tenaga pekerja itu sebenarnya hanya orang biasa seperti kita,”

          “Lalu?” tanyaku, saat Mr. Nellist memberhentikan ucapannya.

          Thesa membenarkan posisi duduknya. Aku baru tersadar, kalau dari tadi Thesa belum berbicara sesuatu.

          “Para pekerja itu sebenarnya manusia biasa. Namun mereka di cuci otaknya oleh Beckley, lalu mereka menjadi tenaga kerja yang bekerja untuk Beckley itu.”

        Perasaanku geram, entah mengapa aku sangat kesal saat mendengar kekejaman Beckley itu. Berapa banyak kekejaman yang sudah dia perbuat? Membunuh orang, memperjualbelikan orang, mencuci otak orang yang tidak bersalah. Itu semua gila! Ingin sekali kubuka topeng bodohnya, dan memelintirkan lehernya itu.

          “Apa dia sekejam itu?” nada suaraku meninggi dan mungkin bisa terlihat emosiku yang tergambar di wajahku.

          “Begitulah. Semakin lama, orang itu semakin pintar memikat para lansia untuk melakukan pengoperasian itu. Terkadang dia mengiklankan new arival di situsnya.”

          New Arival? Hal bodoh apa yang dia lakukan? Tubuh manusia dia sebut sebagai kedatangan baru? Walaupun Blacks adalah musuh, tapi dia tidak boleh sembarangan melakukan itu. Sebenarnya aku sama sekali tidak mendukung Blacks maupun Whites. Itu peperangan yang sangat konyol.

          “Beckley juga terkenal sering menculik anak-anak untuk kepentingannya,”

          “Cukup!” aku berteriak.

          Aku sudah merasa muak mendengar semua kekejamannya. Aku berlari meninggalkan ruangan itu, lalu aku terdiam di tengah-tengah rumah yang besar ini. Terdapat banyak lorong-lorong seperti di rumah Thesa. Namun lorong di rumah ini lebih banyak dan panjang.

          Lalu aku mendengar suara langkah kaki dari belakang, dan tangan menyentuh bahuku. Aku berbalik, dan melihat Thesa dengan tatapan menyesalnya.

          “Tolong, aku sudah tidak kuat mendengarkan hal itu.”

          “Iya, maafkan kami, Hannah.”

          Thesa memelukku, lalu aku terisak di bahunya. Mr. Nellist tersenyum menghiburku, tapi dalam senyumannya lebih terlihat senyuman menyesal.

 ***

          Thesa dan aku kembali berada di dalam mobilnya. Diantara kami tidak ada yang membuka percakapan. Mungkin Thesa tau, aku butuh penenangan setelah membahas hal memuakkan tadi.

          Saat sudah cukup jauh dari rumah Mr. Nellist, tiba-tiba Thesa memberhentikan mobil sportsnya di pinggir. Lalu dia merintih memegangi dadanya, dia mulai bernafas sesak. Apa yang terjadi dengannya?

          “H-Hannah, to-tolong, bawa a-aku ke rumah sa-sakit, sekarang.” Thesa bernafas dengan suara melengking. Aku panik. Thesa keluar dari kursi supir, dan aku juag keluar dari kursi penumpang. Kami bertukar tempat.

          Sudah lama sekali aku tidak menyetir mobil. Aku tidak tau, apakah aku masih bisa atau tidak.

          “C-cepatlah!”

          Karena di desak oleh Thesa yang terus merintih, aku memasukkan gigi mobil ini dan mulai menginjak gasnya dengan perlahan. Sangat perlahan. Aku takut akan terjadi apa-apa dengan mobil mewah ini.

          “Rumah sakit.” Aku berbicara pada alat navigasi di dashboard mobil ini.

          Lalu tertera rumah sakit yang terdekat, dan aku langsung menginjak gas mobil yang sangat enteng ini. Dengan kecepatan yang masih di batas, dan Thesa masih terus bernafas sesak, kami sampai di rumah sakit.

          Aku memasuki ruang unit gawat darurat, dan memanggil para perawat dan yang lainnya. Thesa pun tertangani. Dia langsung dipakaikan alat oxygen di sekitar mulut dan hidungnya. Dia masuk ke UGD.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 153K 34
[Fantasy & Romance] SEQUEL of The Sorcery: Little Magacal Piya [published] Temukan cerita ini secara lengkap, tersedia di Toko Buku terdekat! ^^ Saat...
332K 49.7K 38
Ketika tempat teraman di seluruh dunia baru ini tak lagi menjadi tujuannya. Mia Sanders kini berusaha mencari alasan baru untuk bertahan. Dengan usah...
3.5K 355 21
โตŒใ€Œ ๐š๐š’๐š–๐š—๐šŠ๐šœ ๐š๐šŠ๐š—๐š๐š’๐šŒ๐š๐š’๐š˜๐š—! ใ€ Hujan asam itu meluruhkan seluruh kehidupan, yang disisakan hanyalah kota mati. Beberapa survivor...
84.5K 9.4K 19
Wattys2020 Winner - Fantasi Peter dan Borin, yang pada awalnya hanyalah dua orang pelayan di sebuah kastel tiba-tiba harus menghadapi petualangan ser...