Mrs 30

By nyonyahcullen

651K 33.1K 782

Ghendis, gadis berusia 30 tahun seorang pengangguran dan jomblo sejati. karena kondisinya ia selalu dikucilk... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Bab 7
Delapan
Sembilan
10
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat belas
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27 (revisi)
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
bab 32
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40

Bab 33

12.6K 801 25
By nyonyahcullen


             Ghendis baru saja menyelesaikan huapan terakhir, matanya melirik piring nasi goreng yang masih banyak milik Ike. “Lo enggak makan?”

               Ike menggeram. “Lo mah ah enggak mau jawab!” tuduhnya.

               Ghendis mendesah dan berdiri sambil membawa piring kotornya. “Nasinya sayang, lo bekerl ya gue ambil misting lo.”

               Ike menggaruk rambutnya dan berdiri mengejar Ghendis yang sudah masuk ke dapur membuka kabinet. “Ih lo mah! Jadi lo cinta apa enggak sama bapak CEO terhormat itu?”

               Ghendis menutup pintu kabinet setelah mengambil misting berwarna ungu. “Gue bahkan belum pernah jatuh cinta, gimana gue bisa tahu.”

               “Lo...”

              “Udah cukup bicaranya, udah mau jam setengah delapan dan lo harus siap-siap berangkat.”

               Ike mnghela nafas tidak puas, namun ia tidak punya pilihan untuk mendesak karena ia harus berangkat ke kantor. Dengan setengah hati ia menyisir dan memberikan make up di wajahnya, setelah rapi ia berangkat kerja dengan mobilnya.

               Ghendis mendesah lega karena akhirnya ia sendiri di rumah. ia duduk lesehan di teras rumah kontrakan Ike menikmati pemandangan tukang bubur, nasi kuning, lontong kari yang hilir mudik di depan rumah. rasanya sudah lama tidak melihat pemandangan itu, mengingat rumah Hiro adalah kawasan elit yang bahkan warung saja tidak ada.

               Cinta... apa itu cinta?
            Ia tahu secara teori apa itu cinta. Sebagai pembaca cerita fiksi sungguh makna cinta adalah hal yang lumrah, tetapi sebagai pelaku yang mengalami... tidak.

                Sampai sekarang sulit rasanya menganggap Hiro sebagai kekasih. Di matanya, Hiro adalah Ayah Akira, pria yang sudah menikah. Mengingat masih ada foto Sakura tentu membuat Ghendis merasa gelisah.

                Cinta... cinta... ah... yang ia butuhkan hanyalah ide untuk kisah Yan! Pembaca sudah tidak sabar menanti dirinya menerbitkan bab pertama. 

              Dia butuh sharing, tapi dengan siapa? Ike? Ah pasti anak itu akan terus membicarakan Hiro.

               Si juara tiga? Tapi ia tidak punya nomor kontaknya.

              Ghendis meremas rambutnya frustasi. Matanya melihat gerobak gorengan, dengan cepat ia memanggil tukang dagang untuk membeli.

               Ia butuh asupan agar bisa berpikir lancar

....

               Hiro baru saja selesai meeting dan tengah dalam perjalanan untuk kembali ke rumah. keluarga besar Ryuzaki tengah berkumpul untuk menyambut kedatangannya.

                Salju di luar sudah semakin lebat, bahkan sampai menutup jalan. Supir nampak mempercepat mobil agar mereka tidak terjebak macet.
             Rumah utama sudah mulai ramai oleh sanak saudara. Semakin banyak orang, keamanan semakin ketat membuat Hiro nampak puas. Keselamatan keluarga Ryuzaki adalah paling utama. Baik di Jepan maupun di Indonesia, keluarga Ryuzaki sama sekali tidak diizinkan pergi tanpa pengawal. Karena perusahaan mereka yang mendunia membuat musuh semakin banyak menargetkan mereka.

                “Kamu sudah datang Hiro,” ucap Okaasan melihat Hiro yang baru saja masuk ke dalam. “Tanganmu begitu dingin, salju di luar semakin lebat. Ayo masuk dan hangatkan dirimu dengan teh ini.” 

              Hiro mengangguk, matanya begitu lembut memandang sang Ibu yang masih begitu cantik. “Bagaimana dengan Akira?”

               “Dia sedang bermain dengan sepupunya. Tapi Okaasan bingung, sejak bangun tidur, Akira terus memanggil nama Ghendis.”

               “Itu betul, siapa Ghendis itu?” tanya Obachan menghampiri Hiro.

               Hiro meraih tangan penuh keriput Obachannya. Sikap Hiro hanya bisa lembut terhadap dua orang di dunia dan mungkin sekarang tiga yaitu Okaasan, Obachan dan Ghendis. “Ghendis... dia... guru Akira.” 

           “Guru? Dia mengajari Akira apa? Kenapa kamu tidak membawanya ke sini saja. Kasihan sekali Akira nampak sedih.” Ucap Okaasan. 

              “Dia mengajari segalanya, menemani Akira, mengajarinya berinteraksi sosial, Akira sering diajak masak bersama, olahraga, menggambar, yah.. dia bukan guru khusus satu kemampuan,” 

              Okaasan dan Obachan saling menatap, wajah mereka nampak bingung.

                “Mengapa Obachan lebih merasa gadis bernama Ghendis ini lebih seperti ibu untuk Akira?” tanya Obachan penasaran. 

              Hiro tidak mampu berkata apa-apa, ia tidak tahu bagaimana respon keluarganya jika Ghendis adalah kekasihnya. Sejak dulu hidupnya di atur dan ia tidak pernah menentang keinginan keluarganya. 

               Untunglah Akira datang, anak itu menggunakan kimono coklat. Memang sebelum perayaan shici go san, Akira akan mengenakan kimono begitu pun sepupu yang lain yang akan merayakannya. Wajah Akira nampak cemberut dan lusa, Hiro tahu putranya sejak pagi gelisah karena belum mendengar suara Ghendis. 

             “Cucu buyutku yang tampan, ayo makan dengan obachan.” Ajak Obachan merangkul pundak Akira. Akira tadinya ingin menolak namun melihat Obachan begitu sayang padanya membuat Akira mengangguk. Matanya menatap Ayahnya yang hanya menganggukkan kepala.

               “Di mana otousan?”

               “Otousanmu sedang bermain shogi dengan ojisan di belakang.” 

              “Kalau begitu aku akan menemui mereka.”

.....  

            “Ayah, aku rindu ateu.” Ucap Akira pada Hiro ketika mereka hendak tidur.

               Hiro meraih HPnya dan langsung menghubungi Ghendis

......

               Sementara Ghendis yang sedang menikmati nasi goreng abang lewat bersama Ike di teras rumah sambil lesehan. Di depan mereka terdapat aneka makanan dari seblak, kwetiaw, cireng bumbu dan bajigur yang sengaja mereka beli.

                “Dis, telepon tuh! CEO lo kayaknya.”

               Ghendis mengambil HP dan mengerutkan kening karena Hiro melakukan panggilan video. Gadis itu menyimpan Hpnya di atas meja agar tidak repot memegang lalu menekan tombol hijau.

               “ATEEE!!!” Teriak Akira.

               Ghendis melebarkan matanya dan tersenyum melihat bocah kecil yang memang ia rindukan. “Belum tidur?”

               “Mau telpon ate dulu!” ucap Akira tersenyum lebar.

               “Sejak pagi dia cemberut rindu kamu.” Ucap Hiro yang berada di samping Akira dan memposisikan kamera agar menyorotnya.

               Mendengar suara legendaris, Ike yang sejak tadi anteng makan buru- buru duduk di samping Ghendis dan ikut melihat layar HP. Ia memekik melihat dua lelaki tampan dengan piyama dan beda generasi sedang tersenyum.

               BENERAN! BENERAN! ITU CEO HIRO!! ALAMAK ganteng banget... anaknya juga ganteng, duh coba kalau anaknya udah gedean dikit, ditungguin dah. 

              Ghendis melirik sahabatnya yang nampak antusias di sebelah. “Kami lagi makan,” ucap Ghendis melaporkan dan menyorot kamera ke arah makanan. 

              “ATE... banyak banget makanannya.”

              “Itu menu apa aja sayang? Aku Cuma tahu nasi goreng sama kwetiauw ya?” tanya Hiro penasaran. Ghendis selalu mengenalkan aneka makanan asing padanya.

               “Ini seblak, cireng bumbu, bajigur, kalau yang di gelas plastik ini cimol bonjot.” Jelas Ghendis. 

              Hiro dan Akira saling bertatapan. “Ate, cireng itu yang waktu kita buat kan?”

               “Iya, cuma kalau ini di campur kuah kacang.”

               Hiro mengerutkan kening. “Sayang, makan di plastik itu tidak baik untuk kesehatan.”

               “Die kagak tahu aja yang enggak baik itu justru selalu nikmat.” Gumam Ike di sebelah.

               “Siapa?”

               Ghendis memindahkan kamera ke arah Ike. Ike yang tidak siap nampak kaget dan buru-buru merapikan rambutnya. Duh gue kucel gini, napa kagak ada filternya sih? “Malam Pak CEO, saya Ike sahabatnya Ghendis.”

               Hiro mengangguk. “Saya pacarnya Ghendis.” Jawab Hiro. “Tolong jaga pacar saya,”

            “I-iya Pak! Siap!” jawab Ike semangat. Duh pacarnya Ghendis beneran ganteng huhuhu, anaknya juga lucu

               Ghendis kembali mengarahkan kamera padanya, dan Hiro kembali tersenyum sementara Akira di samping Hiro nampak sudah mengantuk.

                “Akira kayaknya udah ngantuk.”

               “Ya, besok pagi-pagi kami harus ke kuil.” 

              “Semoga lancar acaranya.”Ghendis menatap Hiro beberapa detik, lelaki itu pun balas menatapnya tanpa kata. “Kalau gitu kamu juga harus istirahat.”

               “Kamu juga jangan tidur telalu malam.” 

              Ghendis mengangguk. 

              “Aku rindu kamu, Ghendis sayangku.” Ucap Hiro dan mematikan teleponnya.

            “ROMANTISNYA!!!!!” Pekik Ike di samping Ghendis. “Langsung dah kawin Dhis! Kalau gue jadi lo udah gue puasin dia biar enggak lari kemana-mana.”

Continue Reading

You'll Also Like

566K 80K 35
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
1.1M 55.5K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
286K 739 4
bocil diharap menjauh
764K 77.2K 35
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...