Dear Nafika badbaby sist!

بواسطة ccherwy

53.4K 4.4K 1.6K

"Saga, I LOVE YOU!!!" "Lu adek gua, Fika!" "Adek-adek'an gue, mah." *** Bagaimana reaksimu ketika orang yang... المزيد

00. Prolog
01. Morning kiss
02. Keciduk Mama Papa
03. Ujian Matematika
04. Nafika galau
05. Cemburu
06. Bujuk rayu Saga
07. Badutmu
08. Sapu tangan biru
09. Gadis kecil di masa lalu
10. Nasi goreng ala Fika
11. Murid baru
12. Pencuri mangga
13. Tuan Muda Reo
14. Mimpi
15. Old love
16. Hujan with Reo
17. Fika demam (rindu)
18. Bukan cinta tapi rasa bersalah
19. Rahasia apa?
20. Hidup dalam kebohongan
21. Butuh kejelasan
22. Berjuta pertanyaan
24. Luka lama
25. Bukan keluarga
26. Serpihan ingatan
27. What do you cry?
28. Masa lalu yang dirindukan
29. Gadis masa lalu, kembali.
30. Pesta petaka
31. Kau seorang ibu? Yang benar saja!
32. Two birds talk
33. Ibu dan anak
34. Anak laki-laki dan lukanya
35. Menunggu untuk sia-sia
36. Keluarga yang hancur, lagi
37. Ini kisahmu, kamu berhak tau
38. Hanya punggung yang rapuh
39. Maaf yang tak seberapa
40. Reo si gentleman?
41. Terimakasih telah kuat
42. Karena kita terlihat sama
43. Ingatan yang segera kembali
44. Habiskan cintamu, di aku
45. Aku tak mau lupa lagi
46. Semuanya tak lagi sama
47. Pertama kalinya
48. Dinner sebelum ujian
49. Nafika, dan ujiannya
50. Menagih janji
51. I never loved you
52. Rintik luka lama
53. Liburan yang aneh
54. Sang Manipulator dan korbannya
55. Perasaan yang tak akan berubah

23. Terlambat untuk berhenti

1K 90 3
بواسطة ccherwy

-HAPPY READING-

Berkali-kali kepala Nafika ingin tertunduk karena menahan kantuk yang tak tertahankan. Terlebih lagi dia belum menyentuh makan malam miliknya. Karena dia menunggu Saga.

Tepatnya, saat ini Nafika meneguhkan hati untuk makan malam bersama Saga. Lalu, dia akan bertanya kenapa Saga bersikap seperti itu. Sayangnya, sejak makan malam di hidangkan, Saga tak kunjung datang dan makan bersamanya.

"Ini dia beneran ga mau ketemu gue lagi?" Nafika bergumam lirih, matanya menatap pintu kamar Saga yang bisa dilihat dari meja makan.

Bibi Dera merasa kasihan melihat Nafika yang seperti itu. Beliau sudah mencoba membujuk Saga untuk turun dan makan bersama Nafika, sayangnya yang mereka dapatkan hanya penolakan yang tegas.

Nafika bangkit dan menggebrak meja karena sudah tidak tahan lagi menunggu. "SAGAAAA!!! Kalo lo ga turun, gue beneran ngga mau makan sampai kapan pun!"

"Gue bakalan makan diluar, makan makanan ngga sehat!" pekik Nafika mengancam. Tangannya terkepal kuat saking kesalnya dia sekarang.

Nafika mencebikkan bibir kesal, menggerutu sambil memainkan sendok dan garpu. Kemudian kembali berteriak. "Gue bunuh diri nih! Gue gunain garpu buat jadiin leher gue sate!"

Tak lama setelah Nafika mengatakan itu, ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pesan masuk.

Saga:
Makan.
Gua udah makan di luar.

Tangan Nafika dengan kesal mengetik di papan keyboard. Membalas pesan Saga yang sengaja mempermainkannya seperti orang gila.

Anda:
Mau makan bareng lo!
Gue nelen garpu nih kalo lo ga turun

Saga:
Ga usah aneh-aneh.

"Gue beneran makan garpu loh!!!" teriak Nafika yang kembali mengancam. Dia tidak ingin berkomunikasi dengan Saga hanya melalui chat.

"Liat nih, gue nelen garpu beneran!" Nafika menoleh pada Bibi Dera, memintanya membantu sandiwara Nafika. "Iyakan, Bi? Fika mau nelen garpu nih!"

Bibi Dera menghela napas, kemudian mengangguk. "Turunlah sebentar Saga, temani Fika sebentar saja."

"Tuh! Dengerin kata Bibi!" sambung Nafika bangga karena dibela.

Namun, meski Bibi Dera ikut membantu Saga bahkan tidak menanggapi mereka. Baik langsung atau melalui chat. Dia benar-benar bertingkah seolah-olah tidak tahu dan tidak dengar apa pun.

Helaan napas panjang dari bibir mungilnya. Nafika benar-benar sudah lelah berusaha untuk mengobrol dengan Saga. Memang sejak dulu Saga sering menolak cintanya, tapi Saga tidak pernah menunjukkan sikap dingin bermusuhan seperti ini. Saga yang Nafika kenal setelah mengalami lupa ingatan adalah Saga yang cuek tapi perhatian. Berbeda dengan yang sekarang. Saga terlihat seperti orang lain yang tidak mau peduli tentang Nafika.

Perhatian Nafika teralihkan karena mendengar suara mobil yang baru saja masuk pekarangan rumahnya. Sepertinya itu Aira dan Dirga yang baru saja kembali dari luar negeri.

Dengan wajah antusias Nafika berjalan menuju pintu untuk menyambut mereka. Kaki jenjangnya berlari kecil dengan sebuah harapan jika dia mengadu bahwa Saga mendiamkannya Aira dan Dirga akan memarahi saudara angkatnya itu.

"Mama! Papa!" sapa Nafika ketika mereka memasuki rumah dengan wajah kelelahan. Meski begitu, mereka tetap tersenyum pada Nafika.

Aira mengecup dahi putrinya, mengelus surai panjang Nafika. "Kenapa belum tidur? Ini udah larut banget."

"Saga loh, Ma! Masa dia nyuekkin Fika?" adu Nafika dengan wajah ngambek. Seolah-olah dia sedang mengadu seperti anak kecil yang kehilangan permen.

Senyum Aira memudar. Wajahnya sedikit dingin dari sebelumnya, bukan karena kelelahan tapi karena alasan lain.

"Dimana Saga?" Dirga yang bertanya. Sambil melepaskan jas yang tadi ia pakai, beliau berjalan lebih dahulu.

Nafika mengekor bersama Aira. Mereka menuju meja makan. Bersamaan dengan itu, Saga yang sepertinya juga mendengar suara mobil ikut turun menyambut orang tuanya.

Melihat Saga yang mau keluar dari kamar membuat hatinya senang.

"Akhirnya mau keluar juga! Sebenarnya ngga baik tau ngurung diri di kamar, entar jadi tikus mondok," kelakar Nafika diakhiri tawa kecil. Tangannya masih merangkul Aira.

"Mama, Papa udah makan belum? Fika belum makan, Saga juga. Sekalian kita makan bareng, beberapa hari ini 'kan kalian sibuk banget jadi kita ga sempat makan bareng." Nafika menarik Dirga dan Aira duduk di meja. Meminta Bibi Dera menyiapkan makanan baru untuk mereka. Saga juga bergabung, tapi dia tidak mengambil kursi di sebelah Nafika seperti biasanya.

Aira duduk disebelah Nafika, dan Dirga duduk disebelah Saga. Mereka duduk dengan tenang seolah-olah mereka sudah mengetahui aturan duduk yang baru.

"Saga sebentar lagi ulang tahun, Mama sama Papa bakalan rayain kayak biasanya 'kan?" tanya Nafika menatap mereka satu persatu.

"Akan dirayakan, tapi tidak seperti yang sebelumnya," balas Dirga dingin. Tangannya terulur mengangkat secangkir kopi lalu menyeruput pelan.

Nafika menatap bingung Dirga. "Maksudnya?"

"Ulang tahun Saga yang kali ini akan dirayakan bersama para partner bisnis keluarga kita. Mengingat Saga sebentar lagi akan menjadi penerus, maka dia harus bisa berbaur dengan pewaris lainnya." Aira yang menjelaskan itu. Cara bicaranya juga berubah dingin, Nafika bisa melihat mata sayu ibunya menatap Saga tajam.

Nafika menoleh ke arah Saga yang terlihat tidak terkejut. "Kamu udah tau?"

"Tentu Saga tahu. Dia jelas sangat tahu apa yang harus dia bayar atas perbuatannya." Lagi-lagi Aira yang menjawab. Saga yang ada di sebelah Dirga hanya diam seribu bahasa sambil memakan makanannya.

Melihat itu Nafika merasa jengkel, tangannya terkepal. "Fika nanya sama Saga, Mama. Biar dia yang jawab."

"Buat apa? Dia sudah kehilangan haknya," balas Aira tenang. Tangannya meletakan kembali sendok, mendorong kursi ke belakang. Pergi dari meja makan.

Dirga juga sama. Makanan keduanya bersisa. "Datang ke ruangan saya, Sagara."

Begitu mengatakan itu pada Saga, Dirga pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun pada Nafika.

Bingung? Tentu Nafika bingung, tapi dia tidak mengerti situasi yang sedang terjadi itu. Mata Nafika menatap Saga yang menundukkan kepalanya. Tidak ada emosi dari cowok itu, semuanya seperti biasa saja.

"Gue ngga mau sweet seventeen lo jadi acara politik," kata Nafika serius. Meski begitu, tidak ada respon dari Saga.

"Setidaknya jawab gue. Kita udah ngga ngobrol berapa hari loh! Gue bisa gila kalau gini terus!" sentak Nafika merasa frustrasi.

Meja makan itu tetap senyap. Saga hanya melahap makanannya dengan tenang tanpa mempedulikan Nafika yang menatapnya jengkel.

"Saga! Gue lagi ngomong sama lo, bukan sama tembok. Jadi jawab gue," desak Nafika. Matanya memanas, kenapa semua orang menjadi dingin.

"Gue kangen suara lo, tolong sebut nama gue lagi. Gapapa marah, tapi tolong jangan diemin gue gini." Nafika berkata lirih.

Bukannya menuruti kemauan Nafika, Saga justru tetap tak bergeming. Tangannya berhenti menggerakkan sendok untuk beberapa detik. Kepalanya masih tertunduk, seolah-olah menyembunyikan matanya dari Nafika.

Suara kursi berdecit terdengar saat Saga menariknya ke belakang. Dia pergi tanpa sepatah kata pun untuk Nafika seperti Dirga.

Menyadari itu Nafika tertawa hambar. Menatap makanannya yang kini terasa hambar. Senyumnya menjadi kecut. "Makan sendirian itu ngga enak tau. Sepi, sunyi, dan sesak."

-dear nafika-

Sebuah cafe kini tengah dipenuhi para remaja yang berkumpul sambil menikmati nyanyian dari boyband. Tepatnya nyanyian dari teman mereka.

Semua mata yang melihat jarinya dengan lihai menyatu dengan tiap petikan gitar membuat mata tak bisa berkedip. Suara berat namun nyaman saat masuk di telinga sungguh memabukkan.

Sang Vokalis, Reo Gautama. Saat ini guna menghibur diri dari kebosanan yang menyiksa, dia berserta band yang ia buat tampil di sebuah cafe ternama.

"Then she fell in love with a pill
That could take away all her pain, yeah~⁠♪"

"Then she fell in love with a whole new drug~⁠♪"

"That could fill her veins
And then~⁠♪"

"She's high
She lives in the sky
Tonight, she's satisfied
Rolling back her eyes
But then she starts to cry
Everything is turning to black
All in one night~⁠♪"

Gemuruh tepuk tangan dan sorakan memenuhi cafe itu. Semua mata menatap kagum sang bintang yang bersinar malam itu.

Bintang kita, Reo Gautama. Orang yang dikenal dan sering disebut 'tanpa celah'. Selain tampan, Reo juga sangat berbakat dalam hal apa pun. Jika di sekolah, kebanyakan orang hanya tau Reo adalah seorang berandalan urakan yang sering membolos dan berbuat onar. Bahkan dijuluki 'biang kerok, pembuat masalah' dan banyak julukan memalukan lainnya.

Berbanding terbalik dengan orang yang mengenal sisi lain Reo. Tuan Muda Reo Gautama, pewaris tunggal dari Gautama Corporation, dengan total aset senilai sekitar 705,8 Miliyar Yen atau setara dengan $5,3 Miliyar USD.

Reo menyeringai nakal pada para fans yang meneriaki namanya. Rambutnya yang basah karena keringat disunggar kebelakang guna menambah pesonanya berkali-kali lipat.

"Memukau seperti biasa!" Yudha yang merupakan gitaris dari band Reo melakukan high five dengan sang bintang. Kemudian turun dari panggung menuju pesta mereka.

Reo mengganti pakaiannya dengan jas yang telah di siapkan. Meja yang Reo tempati kini penuh dengan para sahabatnya, Yudha, Seno, dan Alvi.

"Jadi, apa rencana lo ke depannya?" Alvi membuka topik sambil menyeruput secangkir kopi.

Reo mengangkat bahu. "Gua cuma 'membimbing' dia menuju jalan yang sebenarnya."

"Apa lo yakin orang dewasa bakal diam aja?" sahut Seno.

"Gua dengar, mereka merencanakan sesuatu. Dan itu akan terjadi beberapa hari lagi," tambah Yudha.

"Mau gimana lagi? Gua udah teriak 'action' Veya mulai bergerak, Fika mulai mengorek informasi, dan Saga mulai termakan umpan. Jadi gua cuma perlu nunggu waktu buat teriak, 'cut! ok!" balas Reo dengan smirk di wajahnya.

Ting!

Ponsel Reo bergetar. Sebuah notifikasi masuk. Dari Informan miliknya.

Jack:
Dia minta gua nyari rumah lamanya.
Kasih tau?

Anda:
Tentu. Pastikan dia dapat semua petunjuk, lalu kita ciptakan kejutan buat semua orang.

Seno mengintip isi pesan yang di kirim Reo, kemudian tertawa renyah.

"Ga nyangka, prediksi lo tepat sasaran semua."

-TO BE CONTINUE-

Sebenarnya rencana Reo itu apa?

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

Friendzone بواسطة briellgby

أدب المراهقين

1.3K 896 8
Pertemanan antara laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan sepertinya mustahil. Mungkin salah satu dari mereka kalah akan pertahanannya sela...
5.7K 726 16
Malica Larasita Fajari,gadis cantik yang bisa di bilang nakal tapi tidak juga,pinter berbahasa prancis,suka musik dan fajar. Pertemuannya dengan seor...
Asing (On going) بواسطة aprisls

القصة القصيرة

318 76 13
Dalam hidup kita pasti selalu menemukan sebuah momen, entah itu momen menyenangkan atau menyedihkan sebagai manusia kita seringkali ingin mendapatkan...
VieRa (TAHAP REVISI) بواسطة Alsaa

أدب المراهقين

20K 3.9K 57
(BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Awalnya, Keira hanya berniat membantu Seno- sang sepupu. Untuk menjadi pacar pura-puranya karena laki-laki itu i...